KOMUNIKASI...? Sebuah istilah yang akrab terdengar, namun memiliki arti luas dan kompleksitas. Keluasan kata komunikasi memerlukan pembahasan dan pemahaman yang komprehensif, sehingga menjadi salah satu studi pada beberapa program akademis di banyak kampus perguruan tinggi. Hal tersebut didasarkan bahwa mengingat dengan semakin majunya peradaban umat manusia, maka komunikasi menjadi sangat penting, urgen dan memiliki peran vital dalam peri kehidupan makhluk beradab...
Kebuntuan komunikasi, dapat berimbas terhadap macetnya tatanan sistem yang sedang bergerak. Sebaliknya, dengan komunikasi yang baik, maka tujuan akhir sebuah sistem dapat terwujud, cepat atau lambat, tergantung akselerasi dan efektivitas unsur komunikasi itu sendiri. Dimulai dari sumber komunikasi (sourch), komunikator, pesan informasi (massage), saluran atau media (channel), sampai kepada komunikan sebagai audiens yang akan memberikan umpan balik (feed back).
Adalah contoh sebuah kondisi komunikasi saat ini, pada suatu komunitas bernama IMPALM (dulu singkatan dari Ikatan Mahasiswa Pecinta Alam di Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, sekarang telah menjadi Lembaga Nirlaba dan tetap bernama sama). Komunikasi itu telah terjalin (kembali), setelah "mis" sekian kurun waktu karena persoalan waktu, jarak dan piranti teknologi. Sejak berdiri tahun 1977, kemudian mandiri dari naungan kampus hijau, Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya tahun 1992, sampai saat ini, komunitas IMPALM telah menyebar di penjuru tanah air, bahkan luar negeri.
Pada era teknologi komunikasi dewasa kini, piranti teknologi dan akses jaringan komunikasi bukanlah jadi persoalan. Maraknya "domain" di dunia maya, menjadikan komunikasi lebih murah, cepat, tepat, efektif dan efisien. Dari mulai website, situs, email, chat, facebook sampai blog, semua memberikan layanan multifungsi dan multimanfaat. Untuk sebuah komunitas seperti IMPALM, jalinan komunikasi menjadi lebih plural, global dan "networking".
Bahkan untuk media diskusi, debat atau "brainstorming" (umbar gagas), teknologi informatika menjadi pilihan tepat untuk komunikasi yang terkendala jarak, waktu dan biaya. Posting ilmiah sampai "ekstrim" menjadi nuansa tersendiri dalam suatu interaksi antar user. Kekeluargaan dan keakraban terjalin justru dari pesan (massage) yang beranekaragam bentuk dan isi, yang di "connect" oleh layanan jaringan komunikasi global.
Seberapa ekstrim "massage" yg diposting ke email groups, seberapa itu juga "warna" diversity "the big familiy of community". Tinggal lagi, bagaimana kita secara "dewasa" mencermatinya sbg suatu bentuk "kecintaan" dalam "frame" yg lain (lateral). Karena pewarnaan narasi dan dialektika dari bentuk komunikasi, juga tergantung dari basic informasi, kesadaran (awarness), kepedulian (interest), penilaian (evaluation) dan penyerapan (adoption).
Pada hakekatnya, komunikasi berarti "communis opinio" atau cara pandang dari hasil interaksi suatu kelompok yang bertujuan sama. Satu semester belajar komunikasi di jurusan komunikasi dan penyuluhan di "my green campus", kemudian 10 tahun memberikan materi yang sama kepada mahasiswa di "little campus on my city", jadilah bagiku untuk memahami secara teoritis konseptual tentang pentingnya berkomunikasi.
Jadi, komunikasi itu penting, benar adanya. Dan komunikasi akan efektif jika ada "feed back" dari pesan informasi yang disampaikan, meskipun "feed back" itu sendiri ada yang positif ada juga yang negatif, bahkan ada yang "blank" alias "abstein". Kita sebagai audiens, dapat memposisikan diri sebagai kutub positif, negatif atau "no comment".
Namun yang terpenting adalah, sang komunikator (harus) terus memberikan pesan informasi secara simultan dan sustainable. Sehingga tujuan komunikasi itu sendiri dapat diadopsi sampai titik terjauh dengan prinsip "tetesan minyak" yang merembes dalam-dalam dan tak tercampur oleh unsur air ataupun unsur lainnya (misalnya api atau gas) yang akan merusak substansi informasi.
Salam PALM
Sabtu, 01 Agustus 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar