HAK PATEN menjadi pembicaraan hangat dari sebuah berita aktual tentang "klaim" kepemilikan aset budaya asli Nusantara oleh negara tetangga, yang serumpun lagi, Malaysia. Setelah aset budaya, aset lainnya bukan tidak mungkin akan diklaim, bahkan dirampok secara paksa. Lihat saja blok Ambalat yang terus diincar kapal perang Malaysia. Dan bisa jadi, sudah banyak aset lain selain budaya dan kekayaan lainnya yang di"piracy" dan di"paten" oleh negara lain, tidak hanya Malaysia.
Jika mau dibuat daftar inventaris aset asli Nusantara yang telah dirampok dan dipatenkan menjadi milik negara lain, akan sangat menyakitkan hati dan melukai rasa kebangsaan. Semangat patriotisme dan jiwa nasionalisme akan bergelora yang akan bertendensi letupan gejolak, yang bisa jadi justru ini juga yang diinginkan oleh negara-negara perampok aset sumberdaya bumi Nusantara...
Negeri ini memang kaya sumberdaya yang menjadi aset tak terhingga nilainya. Saking kaya bumi Nusantara, kita anak bangsa warga negara Indonesia selalu lalai dan telah terlena karena dimanja kekayaan alam yang berlimpah-ruah. Persis tikus yang mati di lumbung padi.
Kekayaan negara kepulauan ini, dari ujung barat Aceh sampai ujung timur Papua, konon tidak akan habis-habisnya. Tentu saja jika pengelolaan kekayaan sumberdaya alam dilakukan dengan bijaksana dan lestari.
Belum lagi kekayaan budaya negeri yang dulunya sebelum merdeka, merupakan kerajaan-kerajaan yang tersebar di seluruh kepulauan nusantara. Baru pada zaman kerajaan Sriwijaya dan Majapahit, kerajaan-kerajaan kecil bersatu dan berkoloni dalam satu pemerintahan. Dan inilah cikal-bakal tumbuhnya rasa persatuan di Nusantara.
Aset budaya nusantara dari kekayaan budaya zaman kerajaan dahulu, jika dihitung bukan main banyaknya. Dari bahasa, tarian, adat-istiadat, makanan, atau tenunan, seperti songket Palembang. Tarian inilah yang beberapanya sudah di"rampok" oleh negara tetangga dan di"klaim" sebagai budaya mereka. Sebut saja Reog Ponorogo, wayang kulit, dan tari pendet.
Bahkan, yang nyaris luput dari perhatian publik di tanah air, misalnya tempe yang sudah dipatenkan Jepang, menyusul kemudian beberapa plasma nutfah, kekayaan genetika alam Indonesia juga dijarah dan diklaim. Dari makhluk hidup mikroskopis sampai species besar, yang jelas-jelas endemik Indonesia, juga dirampok hak patennya.
Sungguh ironis memang. Setelah semua terungkap di media, baru anak bangsa bereaksi. Memang kita terlena oleh kekayaan yang kita miliki. Sehingga, sudah lumrah ketika dirampok baru teriak. Atau ketika sudah kejadian baru berbuat...
Salam PALM
Read More..
Senin, 31 Agustus 2009
Minggu, 30 Agustus 2009
THE LITTLE NIAGARA
LITTLE NIAGARA itu bernama Air Terjun Temam dari sungai Temam. Letaknya di wilayah selatan Kota Lubuklinggau Provinsi Sumatera Selatan. jarak tempuh melalui perjalanan darat dari pusat Kota Lubuklinggau hanya 10 kilometer, atau dapat ditempuh sekitar 15 menit. Air Terjun Temam ini meskipun kecil, tapi cukup indah dan seolah air terjun Niagara yang terkenal di dunia. Keindahan "the little niagara" ini juga menyimpan banyak misteri, seperti kebanyakan tempat-tempat fenomena alam lainnya...
Berapa kali terjadi kecelakaan di aliran air terjun ini, sampai memakan korban jiwa. Bahkan, pada saat-saat tertentu, apalagi jika musim hujan, aliran di bawah air terjun berarus liar. Berbahaya sekali untuk mandi apalagi menyeberang sungai.
Dari situ muncul berbagai cerita misteri. Konon setiap tahunnya, Air Terjun Temam harus memakan korban sebagai tumbal. Tidak tahu dari mana asal cerita tersebut, sehingga membuat orang-orang berfikir untuk datang berwisata ke "the little niagara of Lubuklinggau" ini.
Padahal dahulunya, pengelolaan Air Terjun Temam sebagai objek wisata sudah berjalan cukup baik. Namun seiring dengan banyaknya kejadian atau musibah di aliran air terjun, sehingga sekarang objek wisata tersebut nyaris tidak terurus.
Sayang sekali sebenarnya, jika salah satu aset wisata alam yang ada, ditelantarkan hanya karena gosip cerita mistik tak bertanggung-jawab. Padahal, banyak objek wisata di tempat lain yang justru menjadikan cerita mistik sebagai daya tarik objek wisata tersebut, misalnya Wisata Gunung Kawi atau Air Terjun Niagara sendiri...
Sekarang tinggal tergantung kemauan dan kemampuan pemerintah daerah setempat untuk menjadikan aset wisata alam menjadi tujuan wisata yang ramai dikunjungi. Tergantung "brand image" yang akan dibangun terhadap objek wisata itu sendiri. Misalnya (lagi) membuat Air Terjun Temam seperti Niagara...
Ya, Air Terjun Temam menjadi "the little niagara", lengkap dengan paket fasilitas wisata modern. Seperti fasilitas hotel atau penginapan, restoran atau warung jajan, listrik, jalan dan lapangan parkir. Jika fasilitas utama sudah ada, pasti akan menyusul layanan wisata lainnya secara "multiflier effect".
Tidak sulit menyulap sebuah kawasan wisata yang sepi menjadi ramai. Sebab wisata sudah menjadi kebutuhan hidup manusia modern, apalagi bagi penduduk di wilayah yang miskin hiburan. Untuk rekreasi saja harus jauh-jauh keluar kota. Sementara aset wisata untuk tujuan rekreasi keluarga ada di dalam wilayah kota.
Daripada mendukung pertumbuhan objek wisata "malam", kan lebih terhormat membangun objek wisata alam, seperti the little Niagara, Air Terjun Temam...
Salam PALM
Read More..
Berapa kali terjadi kecelakaan di aliran air terjun ini, sampai memakan korban jiwa. Bahkan, pada saat-saat tertentu, apalagi jika musim hujan, aliran di bawah air terjun berarus liar. Berbahaya sekali untuk mandi apalagi menyeberang sungai.
Dari situ muncul berbagai cerita misteri. Konon setiap tahunnya, Air Terjun Temam harus memakan korban sebagai tumbal. Tidak tahu dari mana asal cerita tersebut, sehingga membuat orang-orang berfikir untuk datang berwisata ke "the little niagara of Lubuklinggau" ini.
Padahal dahulunya, pengelolaan Air Terjun Temam sebagai objek wisata sudah berjalan cukup baik. Namun seiring dengan banyaknya kejadian atau musibah di aliran air terjun, sehingga sekarang objek wisata tersebut nyaris tidak terurus.
Sayang sekali sebenarnya, jika salah satu aset wisata alam yang ada, ditelantarkan hanya karena gosip cerita mistik tak bertanggung-jawab. Padahal, banyak objek wisata di tempat lain yang justru menjadikan cerita mistik sebagai daya tarik objek wisata tersebut, misalnya Wisata Gunung Kawi atau Air Terjun Niagara sendiri...
Sekarang tinggal tergantung kemauan dan kemampuan pemerintah daerah setempat untuk menjadikan aset wisata alam menjadi tujuan wisata yang ramai dikunjungi. Tergantung "brand image" yang akan dibangun terhadap objek wisata itu sendiri. Misalnya (lagi) membuat Air Terjun Temam seperti Niagara...
Ya, Air Terjun Temam menjadi "the little niagara", lengkap dengan paket fasilitas wisata modern. Seperti fasilitas hotel atau penginapan, restoran atau warung jajan, listrik, jalan dan lapangan parkir. Jika fasilitas utama sudah ada, pasti akan menyusul layanan wisata lainnya secara "multiflier effect".
Tidak sulit menyulap sebuah kawasan wisata yang sepi menjadi ramai. Sebab wisata sudah menjadi kebutuhan hidup manusia modern, apalagi bagi penduduk di wilayah yang miskin hiburan. Untuk rekreasi saja harus jauh-jauh keluar kota. Sementara aset wisata untuk tujuan rekreasi keluarga ada di dalam wilayah kota.
Daripada mendukung pertumbuhan objek wisata "malam", kan lebih terhormat membangun objek wisata alam, seperti the little Niagara, Air Terjun Temam...
Salam PALM
Read More..
Sabtu, 29 Agustus 2009
PRESIDEN
PRESIDEN adalah sebutan pemimpin bagi sebuah negara. Layaknya seorang pemimpin tertinggi negara, pekerjaan dan tanggung-jawabnya seiring dengan gaya hidup kesehariannya. Gaya hidup glamour, mewah dan eksklusif menghiasi hari-hari sang presiden. Bahkan presiden-presiden kecil (gubernur, bupati, walikota) ikut larut dalam gaya hidup pemimpin wilayah, bahkan berlebih. Meskipun demikian, tetap ada saja presiden yang sederhana, rendah hati dan lebih mencintai rakyatnya daripada hartanya...
Gaya hidup presiden yang selalu ada di wilayah layanan kelas satu (VVIP), menjadi ikon beberapa produk yang ingin mengedepankan "high style" dan "number one". Dari mulai taxi mewah sampai kelas paling mahal kamar hotel berbintang, atau jabatan tertinggi di sebuah perusahaan...
Tapi ada saja sebutan presiden untuk sebuah kesederhanaan, jauh dari kesan glamour dan mewah. Misalnya sebutan menu makanan, seperti tempe presiden dan tahu presiden atau sebutan untuk pemimpin organisasi mahasiswa intrakampus, Presiden BEM.
Namun ternyata, tidak banyak presiden yang lebih mencintai kesederhaan daripada kemewahan. Lebih mencintai rakyatnya daripada hartanya. Dan lebih menyayangi keluarganya daripada koleganya, apalagi tim sukses pemenangan sewaktu kampanye...
Tidak banyak juga presiden yang menghargai arti pengorbanan dan kesetiaan orang-orang yang mencintainya. Lebih banyak presiden yang menganggap pengorbanan dan kesetiaan adalah lumrah, sebagai bentuk fanatisme seorang hamba kepada rajanya...
Lebih sedikit lagi presiden (juga para presiden kecil), atau malah tidak ada lagi sekarang, yang tak segan membantu tanpa pamrih, ikhlas berbagi, bahkan dengan pihak yang dianggap "merugikan" atau "musuh". Mungkin keikhlasan tersebut hanya ada pada "presiden" tertinggi umat Islam, Nabi Muhammad SAW...
Salam PALM
Read More..
Gaya hidup presiden yang selalu ada di wilayah layanan kelas satu (VVIP), menjadi ikon beberapa produk yang ingin mengedepankan "high style" dan "number one". Dari mulai taxi mewah sampai kelas paling mahal kamar hotel berbintang, atau jabatan tertinggi di sebuah perusahaan...
Tapi ada saja sebutan presiden untuk sebuah kesederhanaan, jauh dari kesan glamour dan mewah. Misalnya sebutan menu makanan, seperti tempe presiden dan tahu presiden atau sebutan untuk pemimpin organisasi mahasiswa intrakampus, Presiden BEM.
Namun ternyata, tidak banyak presiden yang lebih mencintai kesederhaan daripada kemewahan. Lebih mencintai rakyatnya daripada hartanya. Dan lebih menyayangi keluarganya daripada koleganya, apalagi tim sukses pemenangan sewaktu kampanye...
Tidak banyak juga presiden yang menghargai arti pengorbanan dan kesetiaan orang-orang yang mencintainya. Lebih banyak presiden yang menganggap pengorbanan dan kesetiaan adalah lumrah, sebagai bentuk fanatisme seorang hamba kepada rajanya...
Lebih sedikit lagi presiden (juga para presiden kecil), atau malah tidak ada lagi sekarang, yang tak segan membantu tanpa pamrih, ikhlas berbagi, bahkan dengan pihak yang dianggap "merugikan" atau "musuh". Mungkin keikhlasan tersebut hanya ada pada "presiden" tertinggi umat Islam, Nabi Muhammad SAW...
Salam PALM
Read More..
Jumat, 28 Agustus 2009
MASJID AGUNG
MASJID AGUNG biasanya merupakan sebutan untuk tempat ibadah (masjid) yang besar atau masjid tertua di suatu wilayah. Setiap kota di negeri ini yang penduduknya mayoritas beragama Islam, dapat dijumpai satu masjid yang menjadi sentra peribadatan umat muslim bernama Masjid Agung. Setiap masjid memiliki ciri khas arsitektur yang berbeda, apalagi berdirinya masjid tersebut seiring dengan sejarah negeri ini yang dahulu penduduknya mayoritas beragama Hindu. Makanya, untuk sebutan masjid tua atau besar masih memakai istilah Hinduisme, agung yang artinya besar...
Foto di atas adalah Masjid Agung Kota Lubuklinggau, sebuah kota yang orbitasinya paling jauh dari ibukota Provinsi Sumatera Selatan, Palembang. Berjarak 365 kilometer perjalanan darat, yang dapat ditempuh sekitar 6 jam dari Palembang, melalui jalan lintas tengah sumatera ke arah Provinsi Bengkulu.
Lubuklinggau merupakan kota sedang dari pemekaran Kabupaten Musi Rawas pada tahun 2003, dimana sebelumnya Lubuklinggau merupakan ibukota Kabupaten Musi Rawas. Sejak otonomisasi, banyak daerah di republik ini yang dimekarkan, termasuk Musi Rawas dan Lubuklinggau.
Sebenarnya di Kota Lubuklinggau ketika masih menjadi ibukota Kabupaten Musi Rawas, telah memiliki Masjid Agung (lama) di depan kantor Polres. Dan setelah pemekaran, didirikan lagi Masjid Agung (baru) di pusat kota, sebelah lapangan Merdeka. Karena Masjid Agung (lama) adalah aset Pemerintah Kabupaten Musi Rawas yang belum diserahkan ke Pemerintah Kota Lubuklinggau.
Selain Masjid Agung, aset dan fasilitas lainnya juga masih banyak yang belum serah terima. Seperti terminal bus, perkantoran, lapangan terbang, gedung olahraga dan stadion. Masing-masing meng"klaim" bertanggung jawab terhadap aset tersebut.
Untung saja Makam Pahlawan tidak dibagi dua, atau dibuat lagi Makam Pahlawan (baru). Atau, Bukit Sulap yang menjadi ikon dan lambang kedua daerah baik Musi Rawas maupun Lubuklinggau, tidak dibelah dua atau dicari Bukit Sulap (baru).
Masjid Agung yang idealnya selain tempat peribadatan, juga menjadi sentra pemersatu umat muslim di suatu wilayah. Bukan persaingan "prestise" atau rebutan aset. Bukan juga sebagai wacana saling pamer kemegahan dan ke"agung"an...
Jadilah contohnya Masjid Agung Lubuklinggau dan Masjid Agung Musi Rawas yang hanya berjarak kurang dari 1 kilometer saja, terpisah oleh rel kereta api, terminal dan pasar inpres. Sungguh ironi, dan bertendensi arogansi kekuasaan semata...
Salam PALM
Read More..
Foto di atas adalah Masjid Agung Kota Lubuklinggau, sebuah kota yang orbitasinya paling jauh dari ibukota Provinsi Sumatera Selatan, Palembang. Berjarak 365 kilometer perjalanan darat, yang dapat ditempuh sekitar 6 jam dari Palembang, melalui jalan lintas tengah sumatera ke arah Provinsi Bengkulu.
Lubuklinggau merupakan kota sedang dari pemekaran Kabupaten Musi Rawas pada tahun 2003, dimana sebelumnya Lubuklinggau merupakan ibukota Kabupaten Musi Rawas. Sejak otonomisasi, banyak daerah di republik ini yang dimekarkan, termasuk Musi Rawas dan Lubuklinggau.
Sebenarnya di Kota Lubuklinggau ketika masih menjadi ibukota Kabupaten Musi Rawas, telah memiliki Masjid Agung (lama) di depan kantor Polres. Dan setelah pemekaran, didirikan lagi Masjid Agung (baru) di pusat kota, sebelah lapangan Merdeka. Karena Masjid Agung (lama) adalah aset Pemerintah Kabupaten Musi Rawas yang belum diserahkan ke Pemerintah Kota Lubuklinggau.
Selain Masjid Agung, aset dan fasilitas lainnya juga masih banyak yang belum serah terima. Seperti terminal bus, perkantoran, lapangan terbang, gedung olahraga dan stadion. Masing-masing meng"klaim" bertanggung jawab terhadap aset tersebut.
Untung saja Makam Pahlawan tidak dibagi dua, atau dibuat lagi Makam Pahlawan (baru). Atau, Bukit Sulap yang menjadi ikon dan lambang kedua daerah baik Musi Rawas maupun Lubuklinggau, tidak dibelah dua atau dicari Bukit Sulap (baru).
Masjid Agung yang idealnya selain tempat peribadatan, juga menjadi sentra pemersatu umat muslim di suatu wilayah. Bukan persaingan "prestise" atau rebutan aset. Bukan juga sebagai wacana saling pamer kemegahan dan ke"agung"an...
Jadilah contohnya Masjid Agung Lubuklinggau dan Masjid Agung Musi Rawas yang hanya berjarak kurang dari 1 kilometer saja, terpisah oleh rel kereta api, terminal dan pasar inpres. Sungguh ironi, dan bertendensi arogansi kekuasaan semata...
Salam PALM
Read More..
Kamis, 27 Agustus 2009
KOLANG-KALING
KOLANG-KALING atau juga dikenal dengan "beluluk" adalah bahan baku olahan dari buah dari tanaman aren (Arenga pinnata) yang banyak dijumpai pada bulan puasa (Ramadhan) sebagi sajian buka puasa. Buah aren merupakan buah majemuk, dalam satu tandan malai terdapat serombongan buah. Kolang-kaling berasal dari daging buah, sama seperti buah tanaman jenis Palmae lainnya. Ukuran buah aren kecil, sebesar pinang atau bola pimpong. Warna kulit buah hijau tua dengan sabut dan tempurung tipis. Dan buah aren yang masih bergetah dapat mengakibatkan gatal-gatal...
Dalam satu tandan buah aren, dapat menghasilkan sampai 10 kilogram kolang-kaling. Cara pengolahan dari buah aren menjadi kolang-kaling sederhana dan tradisional. Buah aren yang masih melekat di tandannya dilepas, kemudian direbus dalam air mendidih untuk menghilangkan getahnya yang dapat membuat gatal.
Setelah buah aren direbus, maka akan mudah mengupas sabut dan tempurungnya untuk diambil daging buah. Daging buah aren inilah yang disebut sebagai kolang-kaling. Untuk selanjutnya, kolang-kaling direndam dalam air dingin agar awet. Jika air terus disalin (diganti) setiap harinya, kolang-kaling dapat tahan selama 2 minggu.
Pada bulan suci Ramadhan, permintaan konsumen terhadap kolang-kaling cukup tinggi. Hal ini berhubungan dengan tradisi keluarga dalam menyajikan hidangan berbuka puasa melengkapi minuman dan makanan dengan kolang-kaling.
Banyak variasi minuman dan makanan khas Indonesia yang memasukkan kolang-kaling sebagai pelengkap atau campuran, seperti es campur, es buah, es cincau, dan minuman dingin lainnya. Untuk sajian makanan khas juga banyak yang melengkapinya dengan kolang-kaling, seperti jenis kolak, dari kolak pisang sampai kolak duren.
Bulan puasa memang bulan penuh berkah, misalnya saja petani aren yang mendapat rezeki tambahan tahunan dari tanaman aren. Selain gula aren, ijuk, lidi dan manfaat lainnya dari tanaman aren, juga dihasilkan kolang-kaling yang laris manis pada bulan puasa.
Harga per kilogram kolang-kaling sekarang berkisar antara 3 ribu sampai 5 ribu rupiah di tingkat desa, dan bisa mencapai 15 ribu rupiah per kilogramnya di kota. Harga ini relatif terjangkau, karena 1 kilogram kolang-kaling dapat diramu menjadi pelengkap hidangan berbuka untuk banyak variasi makanan dan minuman.
Untuk keluarga besar yang beranggotakan lebih dari 10 orang, 1 kilogram kolang-kaling dapat memuaskan dalam sajian berbuka sampai 2 atau 3 hari. Dan untuk keluarga kecil yang hanya tak lebih dari 5 orang, maka dengan 1 kilogram kolang-kaling cukuplah untuk pelengkap sajian berbuka selama 1 minggu.
Kolang-kaling memang menjadi bahan makanan eksotis dan khas bulan puasa di negeri ini. Sumber bahan baku kolang-kaling juga merupakan tanaman khas Indonesia, aren. Darinya, banyak variasi masakan yang dapat dibuat ibu-ibu untuk hidangan berbuka puasa keluarga tercinta...
Salam PALM
Read More..
Dalam satu tandan buah aren, dapat menghasilkan sampai 10 kilogram kolang-kaling. Cara pengolahan dari buah aren menjadi kolang-kaling sederhana dan tradisional. Buah aren yang masih melekat di tandannya dilepas, kemudian direbus dalam air mendidih untuk menghilangkan getahnya yang dapat membuat gatal.
Setelah buah aren direbus, maka akan mudah mengupas sabut dan tempurungnya untuk diambil daging buah. Daging buah aren inilah yang disebut sebagai kolang-kaling. Untuk selanjutnya, kolang-kaling direndam dalam air dingin agar awet. Jika air terus disalin (diganti) setiap harinya, kolang-kaling dapat tahan selama 2 minggu.
Pada bulan suci Ramadhan, permintaan konsumen terhadap kolang-kaling cukup tinggi. Hal ini berhubungan dengan tradisi keluarga dalam menyajikan hidangan berbuka puasa melengkapi minuman dan makanan dengan kolang-kaling.
Banyak variasi minuman dan makanan khas Indonesia yang memasukkan kolang-kaling sebagai pelengkap atau campuran, seperti es campur, es buah, es cincau, dan minuman dingin lainnya. Untuk sajian makanan khas juga banyak yang melengkapinya dengan kolang-kaling, seperti jenis kolak, dari kolak pisang sampai kolak duren.
Bulan puasa memang bulan penuh berkah, misalnya saja petani aren yang mendapat rezeki tambahan tahunan dari tanaman aren. Selain gula aren, ijuk, lidi dan manfaat lainnya dari tanaman aren, juga dihasilkan kolang-kaling yang laris manis pada bulan puasa.
Harga per kilogram kolang-kaling sekarang berkisar antara 3 ribu sampai 5 ribu rupiah di tingkat desa, dan bisa mencapai 15 ribu rupiah per kilogramnya di kota. Harga ini relatif terjangkau, karena 1 kilogram kolang-kaling dapat diramu menjadi pelengkap hidangan berbuka untuk banyak variasi makanan dan minuman.
Untuk keluarga besar yang beranggotakan lebih dari 10 orang, 1 kilogram kolang-kaling dapat memuaskan dalam sajian berbuka sampai 2 atau 3 hari. Dan untuk keluarga kecil yang hanya tak lebih dari 5 orang, maka dengan 1 kilogram kolang-kaling cukuplah untuk pelengkap sajian berbuka selama 1 minggu.
Kolang-kaling memang menjadi bahan makanan eksotis dan khas bulan puasa di negeri ini. Sumber bahan baku kolang-kaling juga merupakan tanaman khas Indonesia, aren. Darinya, banyak variasi masakan yang dapat dibuat ibu-ibu untuk hidangan berbuka puasa keluarga tercinta...
Salam PALM
Read More..
Rabu, 26 Agustus 2009
JEMBATAN AMPERA
JEMBATAN AMPERA adalah jembatan yang melintasi sungai Musi yang membelah Kota Palembang menjadi seberang ulu dan seberang ilir. Jembatan ini dibangun pada masa kemerdekaan, sehingga diberi nama Ampera atau singkatan dari Amanat Penderitaan Rakyat. Jembatan Ampera dengan panjang lebih dari 1 kilometer, dahulunya di bagian tengah dapat dinaikkan untuk memberi kesempatan kapal besar yang berlayar melintas di bawah jembatan. Namun sekarang karena banyak bagian mesin rotor pengangkat jembatan rusak, sehingga jembatan Ampera tidak dinaik-turunkan lagi...
Pada malam hari, jembatan Ampera terlihat berkilau karena lampu-lampu hias yang dipasang di sepanjang jembatan. Cahaya lampu hias memantul di permukaan sungai Musi di bawahnya, menyajikan pemandangan yang indah. Keindahannya banyak mengundang para turis berlama-lama memandang jembatan Ampera yang berdiri anggun.
Pemandangan indah jembatan Ampera dapat dinikmati langsung di atas jembatan, atau di bawah jembatan. Pemandangan dari bawah jembatan atau dari sungai Musi, dapat dinikmati dengan menumpang "ketek" atau perahu motor tradisional, dengan sewa tidak terlalu mahal, antara 25 sampai 50 ribu rupiah per jam.
Jika tidak di atas atau dari bawah jembatan Ampera, pemandangan akan lebih indah lagi jika dinikmati dari sisi seberang ilir, tepatnya dari Benteng Kuto Besak (BKB). Benteng dimana di bagian depannya yang menghadap langsung ke Sungai Musi, terdapat pelataran yang luas. Di pelataran ini banyak para penjual makanan ringan dan asongan, serta lapangan parkir yang tersedia 24 jam.
Sembari menikmati malam cerah di tepian sungai Musi, memandang jembatan Ampera, kita dapat menikmati juga makanan khas Kota Palembang. Ada tukang "mie tektek" atau mie goreng khas jajanan malam, ada tukang "pempek" dan "tekwan" atau "model", ini nama-nama makanan khas Kota Palembang.
Atau jika kita ingin suasana lain penuh romantisme, dapat berkunjung di restoran terapung di tepian Sungai Musi. Atau hanya duduk-duduk santai di bibir sungai Musi di kursi taman BKB yang tersedia sepanjang lebih 1 kilometer.
Apalagi di malam minggu, atau hari libur, atau di bulan Ramadhan, BKB terlihat ramai di pagi hari, sore dan malam hari. Banyak orang yang datang sekedar menikmati semilir angin sungai Musi nan indah dengan pemandangan jembatan Ampera yang megah, sembari menghabiskan waktu menunggu berbuka puasa.
Jembatan Ampera memang indah, di pagi, sore dan malam hari. Jembatan Ampera memang mampu menyajikan pemandangan eksotis di balik historinya yang panjang. Banyak kenangan orang-orang yang mengenal dan memandang jembatan Ampera. Termasukkah anda...?
Salam PALM
Read More..
Pada malam hari, jembatan Ampera terlihat berkilau karena lampu-lampu hias yang dipasang di sepanjang jembatan. Cahaya lampu hias memantul di permukaan sungai Musi di bawahnya, menyajikan pemandangan yang indah. Keindahannya banyak mengundang para turis berlama-lama memandang jembatan Ampera yang berdiri anggun.
Pemandangan indah jembatan Ampera dapat dinikmati langsung di atas jembatan, atau di bawah jembatan. Pemandangan dari bawah jembatan atau dari sungai Musi, dapat dinikmati dengan menumpang "ketek" atau perahu motor tradisional, dengan sewa tidak terlalu mahal, antara 25 sampai 50 ribu rupiah per jam.
Jika tidak di atas atau dari bawah jembatan Ampera, pemandangan akan lebih indah lagi jika dinikmati dari sisi seberang ilir, tepatnya dari Benteng Kuto Besak (BKB). Benteng dimana di bagian depannya yang menghadap langsung ke Sungai Musi, terdapat pelataran yang luas. Di pelataran ini banyak para penjual makanan ringan dan asongan, serta lapangan parkir yang tersedia 24 jam.
Sembari menikmati malam cerah di tepian sungai Musi, memandang jembatan Ampera, kita dapat menikmati juga makanan khas Kota Palembang. Ada tukang "mie tektek" atau mie goreng khas jajanan malam, ada tukang "pempek" dan "tekwan" atau "model", ini nama-nama makanan khas Kota Palembang.
Atau jika kita ingin suasana lain penuh romantisme, dapat berkunjung di restoran terapung di tepian Sungai Musi. Atau hanya duduk-duduk santai di bibir sungai Musi di kursi taman BKB yang tersedia sepanjang lebih 1 kilometer.
Apalagi di malam minggu, atau hari libur, atau di bulan Ramadhan, BKB terlihat ramai di pagi hari, sore dan malam hari. Banyak orang yang datang sekedar menikmati semilir angin sungai Musi nan indah dengan pemandangan jembatan Ampera yang megah, sembari menghabiskan waktu menunggu berbuka puasa.
Jembatan Ampera memang indah, di pagi, sore dan malam hari. Jembatan Ampera memang mampu menyajikan pemandangan eksotis di balik historinya yang panjang. Banyak kenangan orang-orang yang mengenal dan memandang jembatan Ampera. Termasukkah anda...?
Salam PALM
Read More..
Selasa, 25 Agustus 2009
DOGAN
DOGAN atau kelapa muda adalah sesuatu yang paling dicari saat dahaga menghinggapi keringnya kerongkongan, apalagi pada bulan puasa seperti sekarang ini. Diminum dengan campuran susu, gula aren atau gula pasir dan es, atau hanya disajikan seperti adanya, dogan tetap dapat menjadi penawar rasa haus. Lebih lengkap lagi jika air dogan segar dicampur bersama daging buah dan beberapa potongan kecil buah lainnya, plus nata de coco, es dogan jadi lebih lezat. Apalagi air kelapa muda atau dogan, terutama mitos kelapa hijau, dipercaya dapat memberikan banyak khasiat...
Pada bulan puasa, di pinggiran jalan, di atas trotoar, di persimpangan jalan, atau di tanah agak lapang yang ramai dan terlihat orang lalu-lalang, dogan terlihat menggunung bersama tandannya. Dijual per buah untuk hidangan berbuka puasa. Dan selalu habis tandas tak bersisa...
Luar biasa memang daya tarik dogan di bulan puasa. Luar biasa juga memang daya beli masyarakat muslim yang bakan berbuka puasa dengan sajian minuman segar es dogan. Dan cukup luar biasa omzet "pedagang dogan kagetan", pun demikian juga petani kelapa kebagian rezeki tahunan dari dogan.
Hikmah bulan puasa memang beragam, tergantung bagaimana kita menyikapi dan memahami hakekat berpuasa itu sendiri. Dimulai dari beragam kegunaan dan manfaat ekonomis yang beruntun dan berurutan waktu (timing) konsumsi atau pemakaiannya, dari sebatang kelapa.
Bulan puasa, dogan paling dicari dari beragam minuman penawar dahaga kala berbuka. Kelapa tua giliran diambil santannya, saat puasa dan manakala mendekati hari raya idhul fitri nanti. Baik sebagai bahan penyedap masakan sahur dan berbuka puasa, atau bahan pembuat kue-kue lebaran.
Daun kelapa muda, di penghujung puasa dan menjelang hari raya, diambil dan dibuat kerajinan tangan khas lebaran, ketupat. Ketupat menjadi ikon lebaran, karena tak lengkap suasana lebaran tanpa hidangan ketupat.
Di pedesaan, selain ketupat, umbut kelapa juga dijadikan sayur pelengkap kemeriahan suasana lebaran. Tentu saja hidangan dari bahan kelapa, dipermewah dengan daging ayam dan bebek, atau kambing dan sapi, bahkan kerbau dan rusa.
Semua keceriaan, kemeriahan dan keagungan lebaran idhul fitri merupakan cerminan rasa syukur kaum muslim akan rezeki yang diberikan Sang Pencipta. Bahkan kemeriahan lebaran juga menjadi momentum silaturrahmi, saling memaafkan dan saling berbagi. Sungguh menyejukkan, laksana segarnya air dogan...
Salam PALM
Read More..
Pada bulan puasa, di pinggiran jalan, di atas trotoar, di persimpangan jalan, atau di tanah agak lapang yang ramai dan terlihat orang lalu-lalang, dogan terlihat menggunung bersama tandannya. Dijual per buah untuk hidangan berbuka puasa. Dan selalu habis tandas tak bersisa...
Luar biasa memang daya tarik dogan di bulan puasa. Luar biasa juga memang daya beli masyarakat muslim yang bakan berbuka puasa dengan sajian minuman segar es dogan. Dan cukup luar biasa omzet "pedagang dogan kagetan", pun demikian juga petani kelapa kebagian rezeki tahunan dari dogan.
Hikmah bulan puasa memang beragam, tergantung bagaimana kita menyikapi dan memahami hakekat berpuasa itu sendiri. Dimulai dari beragam kegunaan dan manfaat ekonomis yang beruntun dan berurutan waktu (timing) konsumsi atau pemakaiannya, dari sebatang kelapa.
Bulan puasa, dogan paling dicari dari beragam minuman penawar dahaga kala berbuka. Kelapa tua giliran diambil santannya, saat puasa dan manakala mendekati hari raya idhul fitri nanti. Baik sebagai bahan penyedap masakan sahur dan berbuka puasa, atau bahan pembuat kue-kue lebaran.
Daun kelapa muda, di penghujung puasa dan menjelang hari raya, diambil dan dibuat kerajinan tangan khas lebaran, ketupat. Ketupat menjadi ikon lebaran, karena tak lengkap suasana lebaran tanpa hidangan ketupat.
Di pedesaan, selain ketupat, umbut kelapa juga dijadikan sayur pelengkap kemeriahan suasana lebaran. Tentu saja hidangan dari bahan kelapa, dipermewah dengan daging ayam dan bebek, atau kambing dan sapi, bahkan kerbau dan rusa.
Semua keceriaan, kemeriahan dan keagungan lebaran idhul fitri merupakan cerminan rasa syukur kaum muslim akan rezeki yang diberikan Sang Pencipta. Bahkan kemeriahan lebaran juga menjadi momentum silaturrahmi, saling memaafkan dan saling berbagi. Sungguh menyejukkan, laksana segarnya air dogan...
Salam PALM
Read More..
Senin, 24 Agustus 2009
PERSIAN CAT
PERSIAN CAT atau kucing persia merupakan salah satu dari sekian jenis kucing di dunia ini yang memiliki keunggulan dari trah kucing lainnya. Persian cat memiliki bulu-bulu lebat dan tebal, dengan warna mata hijau atau warna terang lainnya, ekor panjang dengan bulu-bulu lebat. Yang membedakan persian cat dari kucing lainnya dengan perbedaan yang mencolok adalah bentuk wajahnya yang relatif datar, karena hidungnya yang "pesek"...
Persian cat merupakan kucing piaraan hobiis yang mahal. Seekor anakan kucing persia berumur 3 bulanan seharga 1 sampai 2 juta rupiah. Jika sudah berumur satu tahun atau lebih, bisa mencapai 3 juta rupiah, bahkan puluhan juta rupiah jika memiliki performa sempurna atau juara lomba.
Sepintas, kucing persia mirip dengan kucing angora. Perbedaannya dari ketebalan bulu-bulu dan bentuk wajah atau hidung, disamping ukuran tubuh kucing angora lebih kecil dari kucing persia.
Seekor kucing persia jantan, jika tumbuh sehat sempurna, panjang bentang tubuh dari kepala hingga ekor bisa mencapai 1 meter lebih. Persis anak harimau atau musang dewasa. Performa yang angker tersebut, tidak sama dengan sifatnya yang lembut dan manja.
Persian cat, seperti juga jenis kucing piaraan lainnya, memiliki sifat manja dengan tuannya, manusia. Suka dibelai dan diperhatikan, serta di perlakukan khusus. Dari mulai mandi, perawatan bulu, telinga, kuku dan gigi, sampai asupan makanan khusus ditambah vitamin sebagai suplement.
Seekor persian cat berumur 1 tahun dapat menghabiskan biaya sekurangnya 200 ribu rupiah per bulan, untuk makan dan perawatannya. Jika umurnya semakin tua dengan pertumbuhan tubuh masih terus bertambah, maka biaya yang dikeluarkan lebih besar lagi per bulannya.
Pantas saja harga kucing persia cukup mahal. Harga yang pantas tersebut sebanding dengan kepuasan sang pemilik persian cat, manakala membelai dan bercengkerama dengan hewan kesayangannya... (for "Aldo", our persian cat)
Salam PALM
Read More..
Persian cat merupakan kucing piaraan hobiis yang mahal. Seekor anakan kucing persia berumur 3 bulanan seharga 1 sampai 2 juta rupiah. Jika sudah berumur satu tahun atau lebih, bisa mencapai 3 juta rupiah, bahkan puluhan juta rupiah jika memiliki performa sempurna atau juara lomba.
Sepintas, kucing persia mirip dengan kucing angora. Perbedaannya dari ketebalan bulu-bulu dan bentuk wajah atau hidung, disamping ukuran tubuh kucing angora lebih kecil dari kucing persia.
Seekor kucing persia jantan, jika tumbuh sehat sempurna, panjang bentang tubuh dari kepala hingga ekor bisa mencapai 1 meter lebih. Persis anak harimau atau musang dewasa. Performa yang angker tersebut, tidak sama dengan sifatnya yang lembut dan manja.
Persian cat, seperti juga jenis kucing piaraan lainnya, memiliki sifat manja dengan tuannya, manusia. Suka dibelai dan diperhatikan, serta di perlakukan khusus. Dari mulai mandi, perawatan bulu, telinga, kuku dan gigi, sampai asupan makanan khusus ditambah vitamin sebagai suplement.
Seekor persian cat berumur 1 tahun dapat menghabiskan biaya sekurangnya 200 ribu rupiah per bulan, untuk makan dan perawatannya. Jika umurnya semakin tua dengan pertumbuhan tubuh masih terus bertambah, maka biaya yang dikeluarkan lebih besar lagi per bulannya.
Pantas saja harga kucing persia cukup mahal. Harga yang pantas tersebut sebanding dengan kepuasan sang pemilik persian cat, manakala membelai dan bercengkerama dengan hewan kesayangannya... (for "Aldo", our persian cat)
Salam PALM
Read More..
Minggu, 23 Agustus 2009
PUASA "YANGYUK"
PUASA bagi umat muslim wajib hukumnya, terutama bagi yang telah akil baligh, tidak berhalangan dan sehat. Namun bagi anak-anak, berpuasa menjadi pendidikan normatif sejak dini yang harus diperkenalkan dan dilatih. Meskipun demikian, pembelajaran anak-anak yang paling tepat adalah dengan contoh dari orang tua. Bisa juga dengan motivasi, stimulasi berupa hadiah, atau malah sedikit paksaan disipliner. Namun yang unik, anak-anak yang belum wajib berpuasa, dilatih dengan puasa tidak penuh sehari, atau anak-anak sendiri mengistilahkan, "puasa yangyuk" atau "puasa setengah periuk"...
Alya, anak gadisku yang masih berumur 2 tahun, saat sahur pasti ikut bangun, meski matanya masih sipit terkantuk-kantuk. Ketika ditanya apakah besok ikut berpuasa, dijawabnya dengan kenes, "iya besok puasa yangyuk..."
Sesaat aku bingung, tidak faham maksud celoteh si kecil. Bundanya menjelaskan, puasa "yangyuk" artinya puasa setengah periuk atau setengah hari saja. Aku jadi tersenyum, bangga dengan si kecil yang sudah mulai melatih dirinya berpuasa. Bekal yang baik jika kelak ia dewasa, tidak berat lagi lantaran sudah terbiasa.
Puasa "yangyuk" atau setengah periuk atau puasa setengah hari, menjadi kebiasaan pembelajaran bagi anak-anak keluarga muslim Indonesia modern. Berbeda dengan pembelajaran zaman kita kecil dahulu, tidak mengenal puasa setengah hari. Yang namanya puasa, harus penuh satu hari, dari imsyak sebelum subuh sampai buka waktu maghrib.
Alya dan anak-anak kecil muslim Indonesia lainnya, cukup familiar dengan toleransi orang tua mereka dalam pembelajaran berpuasa di bulan suci Ramadhan. Mereka cukup senang dan perlahan mulai memahami makna menahan diri, dimulai dari menahan haus dan lapar saat berpuasa, walaupun hanya puasa "yangyuk"...
Apapun istilahnya untuk "latihan berpuasa" bagi anak-anak, yang terpenting adalah proses pembelajarannya. Hasil akhirnya nanti dapat dirasakan sang anak, manakala mereka telah tumbuh dewasa, dan harus berpuasa penuh. Kemudian juga mengajarkan hal yang sama kepada anak-anak mereka.
Sesungguhnya latihan berpuasa bukan hanya untuk pembiasaan saja, namun lebih kepada kestabilan emosi dan psikologis, bahkan kesehatan pencernaan. Berpuasa memang dapat mendatangkan banyak manfaat, bisa jadi dimulai dari puasa yangyuk...
Salam PALM
Read More..
Alya, anak gadisku yang masih berumur 2 tahun, saat sahur pasti ikut bangun, meski matanya masih sipit terkantuk-kantuk. Ketika ditanya apakah besok ikut berpuasa, dijawabnya dengan kenes, "iya besok puasa yangyuk..."
Sesaat aku bingung, tidak faham maksud celoteh si kecil. Bundanya menjelaskan, puasa "yangyuk" artinya puasa setengah periuk atau setengah hari saja. Aku jadi tersenyum, bangga dengan si kecil yang sudah mulai melatih dirinya berpuasa. Bekal yang baik jika kelak ia dewasa, tidak berat lagi lantaran sudah terbiasa.
Puasa "yangyuk" atau setengah periuk atau puasa setengah hari, menjadi kebiasaan pembelajaran bagi anak-anak keluarga muslim Indonesia modern. Berbeda dengan pembelajaran zaman kita kecil dahulu, tidak mengenal puasa setengah hari. Yang namanya puasa, harus penuh satu hari, dari imsyak sebelum subuh sampai buka waktu maghrib.
Alya dan anak-anak kecil muslim Indonesia lainnya, cukup familiar dengan toleransi orang tua mereka dalam pembelajaran berpuasa di bulan suci Ramadhan. Mereka cukup senang dan perlahan mulai memahami makna menahan diri, dimulai dari menahan haus dan lapar saat berpuasa, walaupun hanya puasa "yangyuk"...
Apapun istilahnya untuk "latihan berpuasa" bagi anak-anak, yang terpenting adalah proses pembelajarannya. Hasil akhirnya nanti dapat dirasakan sang anak, manakala mereka telah tumbuh dewasa, dan harus berpuasa penuh. Kemudian juga mengajarkan hal yang sama kepada anak-anak mereka.
Sesungguhnya latihan berpuasa bukan hanya untuk pembiasaan saja, namun lebih kepada kestabilan emosi dan psikologis, bahkan kesehatan pencernaan. Berpuasa memang dapat mendatangkan banyak manfaat, bisa jadi dimulai dari puasa yangyuk...
Salam PALM
Read More..
Sabtu, 22 Agustus 2009
RAMADHAN TIBA
RAMADHAN, bulan suci umat Islam telah tiba. Bulan dimana diwajibkan umat muslim untuk berpuasa sebulan penuh. Bulan dimana pahala perbuatan baik dilipatgandakan. Bulan dimana dosa-dosa diampuni dan manusia disucikan hatinya, untuk kembali "fitrah", suci bersih. Ramadhan merupakan bulan yang dinanti oleh seluruh pemeluk agama Islam di seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia. Karena banyak hikmah dan amal jariah, selain kewajiban berpuasa, yang dapat menjadi penyejuk hati manusia, setelah selama setahun hidup dalam dinamika zaman yang kian tiada menentu...
Ramadhan telah tiba... Suara mercon dan percik kembang api menghiasi udara malam di bulan Ramadhan, diiringi teriakan nyaring bocah-bocah tanggung yang bergembira menabuh beduk atau kentongan, membangunkan penduduk untuk sahur.
Ramadhan telah tiba... Iring-iringan umat "berkopiah dan berkerudung", berduyun ke masjid di malam setelah maghrib. Sholat tarawih berjamaah di tiap malam penuh berkah, menjadi pelengkap ibadah puasa di siang harinya.
Ramadhan telah tiba... Penjual makanan dan minuman ramai bertebaran atau berkumpul di satu tempat, pasar kagetan yang ada hanya di bulan Ramadhan. Pasar dimana menyajikan jualan khas menu "buka puasa", yang mendatangkan rezeki setahun sekali bagi para pedagang kecil "pasar bedug".
Ramadhan telah tiba... Saatnya kembali intropeksi diri akan apa yang telah dicapai, didapat dan diberikan oleh Sang Pencipta. Bahwa merasakan derita orang fakir yang terbiasa menahan haus dan lapar, tidak hanya sekedar merasakannya saja. Namun juga dengan membagi rasa suka dengan bersedekah, atau sekedar menyediakan buka bersama.
Ramadhan telah tiba... Waktu buka puasa telah tiba, dan menjadi saat yang paling dinanti bagi yang berpuasa. Malam menggeliat fajar, sahur pun tiba dan menyajikan aroma khusyuk sembari menyantap hidangan malam. Sebaris niat suci mengalir lirih, "nawaitu sauma ghoddin..."
Salam PALM
Read More..
Ramadhan telah tiba... Suara mercon dan percik kembang api menghiasi udara malam di bulan Ramadhan, diiringi teriakan nyaring bocah-bocah tanggung yang bergembira menabuh beduk atau kentongan, membangunkan penduduk untuk sahur.
Ramadhan telah tiba... Iring-iringan umat "berkopiah dan berkerudung", berduyun ke masjid di malam setelah maghrib. Sholat tarawih berjamaah di tiap malam penuh berkah, menjadi pelengkap ibadah puasa di siang harinya.
Ramadhan telah tiba... Penjual makanan dan minuman ramai bertebaran atau berkumpul di satu tempat, pasar kagetan yang ada hanya di bulan Ramadhan. Pasar dimana menyajikan jualan khas menu "buka puasa", yang mendatangkan rezeki setahun sekali bagi para pedagang kecil "pasar bedug".
Ramadhan telah tiba... Saatnya kembali intropeksi diri akan apa yang telah dicapai, didapat dan diberikan oleh Sang Pencipta. Bahwa merasakan derita orang fakir yang terbiasa menahan haus dan lapar, tidak hanya sekedar merasakannya saja. Namun juga dengan membagi rasa suka dengan bersedekah, atau sekedar menyediakan buka bersama.
Ramadhan telah tiba... Waktu buka puasa telah tiba, dan menjadi saat yang paling dinanti bagi yang berpuasa. Malam menggeliat fajar, sahur pun tiba dan menyajikan aroma khusyuk sembari menyantap hidangan malam. Sebaris niat suci mengalir lirih, "nawaitu sauma ghoddin..."
Salam PALM
Read More..
Jumat, 21 Agustus 2009
TRADISI ZIARAH
TRADISI ZIARAH menyambut bulan suci Ramadhan bagi umat muslim telah berlangsung sejak dahulu. Banyak pelajaran yang dapat dipetik dari tradisi ziarah tersebut, baik pelajaran tentang cara menghargai anggota keluarga walaupun sudah meninggal dunia, tentang mengingat bahwa setelah hidup pasti datang mati, tentang ungkapan rasa sayang dengan cara mendoakan orang tua atau kerabat yang telah lebih dahulu berpulang ke alam barzah...
Tradisi ziarah memang lebih ramai dilakukan saat akan memasuki bulan suci Ramadhan. Bulan dimana umat muslim berpuasa, bulan dimana konon syetan "dirantai" dan bulan dimana "penghuni kubur" diistirahatkan dari siksa kubur...
Namun paling tidak, dengan tradisi ziarah, sehari sebelum puasa, pemakaman umum terlihat bersih, sejuk dan ramai dikunjungi penziarah. Kepulan asap dari pembakaran rumput kering dan sisa seresah daun kamboja kering, menjadi "wallpaper" yang menakjubkan, sekaligus berbau mistis...
Apapun makna dibalik, tersirat dan tersuratnya, tradisi ziarah tetap memberikan hal-hal yang baik bagi umat manusia. Bagaimana dia memperlakukan orang yang sudah lebih dahulu meninggal, begitu juga dia nanti jika saatnya tiba...
Maka ketika kita tidak ada waktu sedikitpun untuk berziarah, membawa air, kembang dan sapu lidi ke makam keluarga, ada banyak cara ziarah lainnya. Paling tidak saat selesai sholat, do'a kita panjatkan kepada orang tercinta yang telah berpulang...
"Allahumma firli zunubi waliwalidaiya,
warham humma kama robbayani soghiroh..."
Salam PALM
Read More..
Tradisi ziarah memang lebih ramai dilakukan saat akan memasuki bulan suci Ramadhan. Bulan dimana umat muslim berpuasa, bulan dimana konon syetan "dirantai" dan bulan dimana "penghuni kubur" diistirahatkan dari siksa kubur...
Namun paling tidak, dengan tradisi ziarah, sehari sebelum puasa, pemakaman umum terlihat bersih, sejuk dan ramai dikunjungi penziarah. Kepulan asap dari pembakaran rumput kering dan sisa seresah daun kamboja kering, menjadi "wallpaper" yang menakjubkan, sekaligus berbau mistis...
Apapun makna dibalik, tersirat dan tersuratnya, tradisi ziarah tetap memberikan hal-hal yang baik bagi umat manusia. Bagaimana dia memperlakukan orang yang sudah lebih dahulu meninggal, begitu juga dia nanti jika saatnya tiba...
Maka ketika kita tidak ada waktu sedikitpun untuk berziarah, membawa air, kembang dan sapu lidi ke makam keluarga, ada banyak cara ziarah lainnya. Paling tidak saat selesai sholat, do'a kita panjatkan kepada orang tercinta yang telah berpulang...
"Allahumma firli zunubi waliwalidaiya,
warham humma kama robbayani soghiroh..."
Salam PALM
Read More..
Kamis, 20 Agustus 2009
MUNTOK PORT
MUNTOK PORT adalah salah satu akses masuk ke pulau Bangka melalui jalur laut. Pelabuhan tua ini tidak cukup ramai disinggahi kapal, dan hanya terbatas kapal penumpang atau kapal barang tertentu saja. Untuk kapal khusus penumpang, hanya ada dua perusahaan pelayaran yang melayani muatan Palembang-Muntok atau sebaliknya. Sementara untuk muatan barang, hanya beberapa kapal ferry yang melayani angkutan barang dari dan ke Muntok. Tak heran, suasana sepi, tidak terlalu ramai di sepanjang hari dari pagi sampai malam, menjadi pemandangan lumrah...
Suasana Muntok Port dahulunya cukup ramai aktivitas bongkar-muat, datang-pergi dan transaksi dagang terjadi. Namun sejak beberapa perusahaan bisnis membuka sendiri tempat berlabuh kapal perusahaan di titik-titik yang tersebar di sepanjang bibir pantai pulau Bangka, praktis Muntok Port hanya terbatas untuk penumpang dan barang jalur Palembang-Muntok pulang pergi.
Padahal, peran pelabuhan seperti Muntok Port, cukup strategis dari sisi dinamika sosial ekonomi. Jalur pendistribusian barang ekonomi, maupun akses keluar-masuk pelaku ekonomi, dapat berlangsung dengan dukungan sebuah pelabuhan. Bahkan kehidupan sosial berlangsung dinamis di mulai dari sebuah pelabuhan.
Di pelabuhan pada saat kapal bersandar saja, transaksi ekonomi banyak terjadi. Mulai dari jasa kuli panggul barang, sampai agen perjalanan darat (travel) yang ramai beraktivitas di pelabuhan. Demikian juga warung jajan, pedagang asongan, loper koran, bahkan penjahat meramaikan aktivitas sebuah pelabuhan.
Bayangkan suasana hati ketika pertama kali kita mendarat di sebuah pelabuhan. Kesan asing, harapan, cita-cita, juga kekhawatiran dan kecemasan berbaur dengan rasa bahagia dan sukacita. Beberapa "alim" malah harus sujud mencium bumi saat pertama kali ia menjejakkan kaki di bumi yang baru didatangi, sebagai pertanda "syukur" akan kebesaran Sang Pencipta Bumi...
Muntok Port dari dahulu sudah terkenal di mancanegara, ketika kejayaan perdagangan biji lada putih (muntok white pepper) atau ketika biji-biji putih timah keluar dari pulau Bangka. Pulau ini memang identik dengan "yang putih-putih", dari ladanya, timah sampai "amoy" nya yang memang penduduk asli Bangka.
Selain lada, timah dan amoy, Bangka juga terkenal dengan terasi, kerupuk getas, madu pahit dan kue bangkit. Ditambah masakan "lempah kuning" nya yang khas, mengiringi tradisi "nganggung" atau makan bersama ketika perayaan hari-hari tertentu. Sungguh Bangka memang eksotis...
Dari Muntok Port semua kekhasan Bangka dapat dikenal oleh orang luar. Sejarah mencatat bahwa, penduduk asli Bangka selain pribumi lokal, memang percampuran (blasteran) antara penduduk lokal dan etnis Tionghoa. Tak heran jika melihat orang Bangka berkulit putih dan bermata sipit, seperti juga di Pontianak misalnya...
Entah sudah hukum alam atau kewajaran, dimana ada kota pelabuhan di negeri ini, disitu banyak dijumpai keturunan dari perkawinan penduduk lokal dan pedagang luar negeri, seperti Cina, India, Arab dan Eropa. Turunan silang tersebut sudah menjadi penduduk asli pelabuhan dengan "akulturasi" budaya yang unik.
Muntok Port, seperti pelabuhan lain memang memiliki andil besar dalam percampuran budaya dan aktivitas ekonomi. Senyapnya Muntok Port tidak berarti sepinya aktivitas. Justru dibalik kesenyapannya, telah terjadi dan akan terus terjadi kejadian-kejadian yang tak terduga. Sebab dari sini awalnya sebuah pulau akan dikenal, dikunjungi dan dikenang...
Salam PALM
Read More..
Suasana Muntok Port dahulunya cukup ramai aktivitas bongkar-muat, datang-pergi dan transaksi dagang terjadi. Namun sejak beberapa perusahaan bisnis membuka sendiri tempat berlabuh kapal perusahaan di titik-titik yang tersebar di sepanjang bibir pantai pulau Bangka, praktis Muntok Port hanya terbatas untuk penumpang dan barang jalur Palembang-Muntok pulang pergi.
Padahal, peran pelabuhan seperti Muntok Port, cukup strategis dari sisi dinamika sosial ekonomi. Jalur pendistribusian barang ekonomi, maupun akses keluar-masuk pelaku ekonomi, dapat berlangsung dengan dukungan sebuah pelabuhan. Bahkan kehidupan sosial berlangsung dinamis di mulai dari sebuah pelabuhan.
Di pelabuhan pada saat kapal bersandar saja, transaksi ekonomi banyak terjadi. Mulai dari jasa kuli panggul barang, sampai agen perjalanan darat (travel) yang ramai beraktivitas di pelabuhan. Demikian juga warung jajan, pedagang asongan, loper koran, bahkan penjahat meramaikan aktivitas sebuah pelabuhan.
Bayangkan suasana hati ketika pertama kali kita mendarat di sebuah pelabuhan. Kesan asing, harapan, cita-cita, juga kekhawatiran dan kecemasan berbaur dengan rasa bahagia dan sukacita. Beberapa "alim" malah harus sujud mencium bumi saat pertama kali ia menjejakkan kaki di bumi yang baru didatangi, sebagai pertanda "syukur" akan kebesaran Sang Pencipta Bumi...
Muntok Port dari dahulu sudah terkenal di mancanegara, ketika kejayaan perdagangan biji lada putih (muntok white pepper) atau ketika biji-biji putih timah keluar dari pulau Bangka. Pulau ini memang identik dengan "yang putih-putih", dari ladanya, timah sampai "amoy" nya yang memang penduduk asli Bangka.
Selain lada, timah dan amoy, Bangka juga terkenal dengan terasi, kerupuk getas, madu pahit dan kue bangkit. Ditambah masakan "lempah kuning" nya yang khas, mengiringi tradisi "nganggung" atau makan bersama ketika perayaan hari-hari tertentu. Sungguh Bangka memang eksotis...
Dari Muntok Port semua kekhasan Bangka dapat dikenal oleh orang luar. Sejarah mencatat bahwa, penduduk asli Bangka selain pribumi lokal, memang percampuran (blasteran) antara penduduk lokal dan etnis Tionghoa. Tak heran jika melihat orang Bangka berkulit putih dan bermata sipit, seperti juga di Pontianak misalnya...
Entah sudah hukum alam atau kewajaran, dimana ada kota pelabuhan di negeri ini, disitu banyak dijumpai keturunan dari perkawinan penduduk lokal dan pedagang luar negeri, seperti Cina, India, Arab dan Eropa. Turunan silang tersebut sudah menjadi penduduk asli pelabuhan dengan "akulturasi" budaya yang unik.
Muntok Port, seperti pelabuhan lain memang memiliki andil besar dalam percampuran budaya dan aktivitas ekonomi. Senyapnya Muntok Port tidak berarti sepinya aktivitas. Justru dibalik kesenyapannya, telah terjadi dan akan terus terjadi kejadian-kejadian yang tak terduga. Sebab dari sini awalnya sebuah pulau akan dikenal, dikunjungi dan dikenang...
Salam PALM
Read More..
Rabu, 19 Agustus 2009
SENJA DI DERMAGA
SENJA DI DERMAGA menyajikan pemandangan indah nan eksotis. Manakala matahari mulai menepi, siap-siap tenggelam di ufuk barat, cahaya jingga terlihat menyemburat di balik tiang-tiang kapal yang nampak seperti siluet. Sementara air berpendar, membiaskan cahaya lembut sore hari menjelang malam. Hmm..., sungguh indah, meski tak seindah kehidupan orang di dermaga, seperti nelayan kecil, anak buah kapal, hingga kuli pelabuhan...
Senja memang menyajikan aroma mistis, penuh misteri. Pergantian siang ke malam, panas terik ke sejuk, terang benderang ke temaram, semua tersaji sebagai sebuah misteri alam semesta. Memang, manusia hanya dapat menikmati, tapi alam memiliki jawaban lain di balik semua fenomena yang terjadi...
Senja menjadi saatnya nelayan bersiap hendak melaut, mengail rezeki di dingin malam, di tengah samudera yang juga penuh misteri. Kadang tenang, kadang bergolak, bahkan menakutkan. Nelayan bersiap mengembangkan layar perahu kecilnya, melaju menuju laut lepas, berharap dapat hasil tangkapan untuk dijual kepada tengkulak esok paginya. Cukuplah untuk makan sekeluarga...
Anak buah kapal yang bersandar, ketika senja menghampiri, bersiap turun ke pelabuhan menikmati malam di meja minuman keras bersama perempuan malam. Gaji yang kecil habis sekejab, untuk esoknya menyinggahi pelabuhan lainnya, dan kembali menikmati hidup yang maya, dari waktu ke waktu...
Sementara anak buah kapal yang akan berlayar, bersiap di pos tugasnya masing-masing. Bekerja dengan giat, mengeluarkan tenaga dan keringat, sebab berharap gaji yang sepadan. Namun kemudian, pendapatan yang tidak seberapa kembali berhamburan habis di telan kehidupan malam...
Kuli pelabuhan ketika senja, tetap terjaga dari lelap. Berharap ada angkutan barang yang siap dipanggul, kemudian mendapat upah ala kadarnya. Keringat bercampur debu, rasa kantuk bercampur lelah, tak dihiraukannya. Semua demi hidupnya dan keluarga yang menanti harap di rumah gubuk tepi dermaga...
Misteri hidup memang aneh, tapi benar nyata dan ada. Sementara orang-orang nun jauh dari pelabuhan bersantai di tempat nyaman, orang-orang di pelabuhan tetap bekerja, meskipun temaram senja datang pertanda malam.
Senja di dermaga memang indah, penuh cerita, menyimpan misteri, dan berbagai hikmah dapat terjadi. Di balik tiang-tiang kapal, di bawah atap pelabuhan, di bayang remang lampu merkuri, atau di tabir jingga cahaya senja...
Salam PALM
Read More..
Senja memang menyajikan aroma mistis, penuh misteri. Pergantian siang ke malam, panas terik ke sejuk, terang benderang ke temaram, semua tersaji sebagai sebuah misteri alam semesta. Memang, manusia hanya dapat menikmati, tapi alam memiliki jawaban lain di balik semua fenomena yang terjadi...
Senja menjadi saatnya nelayan bersiap hendak melaut, mengail rezeki di dingin malam, di tengah samudera yang juga penuh misteri. Kadang tenang, kadang bergolak, bahkan menakutkan. Nelayan bersiap mengembangkan layar perahu kecilnya, melaju menuju laut lepas, berharap dapat hasil tangkapan untuk dijual kepada tengkulak esok paginya. Cukuplah untuk makan sekeluarga...
Anak buah kapal yang bersandar, ketika senja menghampiri, bersiap turun ke pelabuhan menikmati malam di meja minuman keras bersama perempuan malam. Gaji yang kecil habis sekejab, untuk esoknya menyinggahi pelabuhan lainnya, dan kembali menikmati hidup yang maya, dari waktu ke waktu...
Sementara anak buah kapal yang akan berlayar, bersiap di pos tugasnya masing-masing. Bekerja dengan giat, mengeluarkan tenaga dan keringat, sebab berharap gaji yang sepadan. Namun kemudian, pendapatan yang tidak seberapa kembali berhamburan habis di telan kehidupan malam...
Kuli pelabuhan ketika senja, tetap terjaga dari lelap. Berharap ada angkutan barang yang siap dipanggul, kemudian mendapat upah ala kadarnya. Keringat bercampur debu, rasa kantuk bercampur lelah, tak dihiraukannya. Semua demi hidupnya dan keluarga yang menanti harap di rumah gubuk tepi dermaga...
Misteri hidup memang aneh, tapi benar nyata dan ada. Sementara orang-orang nun jauh dari pelabuhan bersantai di tempat nyaman, orang-orang di pelabuhan tetap bekerja, meskipun temaram senja datang pertanda malam.
Senja di dermaga memang indah, penuh cerita, menyimpan misteri, dan berbagai hikmah dapat terjadi. Di balik tiang-tiang kapal, di bawah atap pelabuhan, di bayang remang lampu merkuri, atau di tabir jingga cahaya senja...
Salam PALM
Read More..
Selasa, 18 Agustus 2009
TUJUH BELASAN
TUJUH BELASAN, sebuah istilah yang akrab terdengar setahun sekali di republik ini. Istilah tujuh belasan melambangkan tanggal 17 Agustus setiap tahunnya yang diperingati oleh bangsa Indonesia sebagai hari kemerdekaan. Tanggal itu juga menjadi hari lahir bangsa ini yang memproklamirkan kemerdekaannya, terlepas dari penjajahan. Setiap tahunnya, tujuh belasan menjadi tanggal keramat, karena banyak peristiwa di balik peringatan yang telah memakan korban jiwa, harta dan benda, melalui gerakan perjuangan tiada henti selama berabad-abad untuk lepas dari belenggu kolonialisasi penjajah...
Tahun ini, 64 tahun sudah bangsa Indonesia merdeka. Banyak cara dan kegiatan yang dilakukan untuk mengenang dan memperingati detik-detik bersejarah bagi bangsa ini. Sebelum, saat, maupun sesudah hari tanggal tujuh belas bulan Agustus, anak bangsa memeriahkannya dengan berbagai macam cara. Dari mulai perlombaan, karnaval atau pawai, pameran, pesta rakyat sampai upacara dan ziarah ke makam pahlawan.
Tujuh belasan menjadi bermakna tiap tahunnya, walaupun berbeda momentum dan konteks ungkapan yang ingin disampaikan. Hal ini berkaitan dengan laju perkembangan bangsa dari tahun ke tahun, seiring dengan dinamikia sosial politik negara demokrasi ini. Disamping itu juga, kebijakan negarawan dan perhatian serta kepedulian multi stakeholder dalam menyikapi arti peringatan tujuh belasan, turut memberi warna peringatan kemerdekaan itu sendiri.
Ah..., yang terpenting adalah tujuh belasan setiap tahunnya tetap meriah. Di sana sini diadakan perlombaan rakyat, seperti panjat pinang, lari karung, sepeda hias, makan kerupuk, dan lain-lain. Pesta rakyat digelar pada siang dan malam harinya, dimana berduyun-duyun masyarakat ramai menghadirinya. Pawai dan karnaval menjadi tontonan yang menghibur serta ditunggu masyarakat yang rela berjam-jam berdiri di pinggir jalan, berpanas-panas...
Ah..., bangsa ini memang sederhana dan mengagumkan. Merah putih melambai berkibar gagah di tiang-tiang depan rumah, kantor dan tempat umum. Hiasan rumah dan kantor juga didominasi warna merah dan putih. Setiap tujuh belasan, lautan merah putih bertebar di segenap penjuru tanah air. Merah putih ada dimana-mana, di gunung dan pantai, di hutan dan pemukiman, bahkan di laut dan udara...
Tujuh belasan selalu meninggalkan cerita lucu, namun heroik. Tujuh belasan juga mampu membuat bangsa ini hening sesaat mengenang detik-detik proklamasi, untuk kemudian hiruk-pikuk dalam keramaian acara rakyat. Semoga setiap tujuh belasan tetap meriah, tetap dikenang, tetap ada merah putih berkibar...
Salam PALM
Read More..
Tahun ini, 64 tahun sudah bangsa Indonesia merdeka. Banyak cara dan kegiatan yang dilakukan untuk mengenang dan memperingati detik-detik bersejarah bagi bangsa ini. Sebelum, saat, maupun sesudah hari tanggal tujuh belas bulan Agustus, anak bangsa memeriahkannya dengan berbagai macam cara. Dari mulai perlombaan, karnaval atau pawai, pameran, pesta rakyat sampai upacara dan ziarah ke makam pahlawan.
Tujuh belasan menjadi bermakna tiap tahunnya, walaupun berbeda momentum dan konteks ungkapan yang ingin disampaikan. Hal ini berkaitan dengan laju perkembangan bangsa dari tahun ke tahun, seiring dengan dinamikia sosial politik negara demokrasi ini. Disamping itu juga, kebijakan negarawan dan perhatian serta kepedulian multi stakeholder dalam menyikapi arti peringatan tujuh belasan, turut memberi warna peringatan kemerdekaan itu sendiri.
Ah..., yang terpenting adalah tujuh belasan setiap tahunnya tetap meriah. Di sana sini diadakan perlombaan rakyat, seperti panjat pinang, lari karung, sepeda hias, makan kerupuk, dan lain-lain. Pesta rakyat digelar pada siang dan malam harinya, dimana berduyun-duyun masyarakat ramai menghadirinya. Pawai dan karnaval menjadi tontonan yang menghibur serta ditunggu masyarakat yang rela berjam-jam berdiri di pinggir jalan, berpanas-panas...
Ah..., bangsa ini memang sederhana dan mengagumkan. Merah putih melambai berkibar gagah di tiang-tiang depan rumah, kantor dan tempat umum. Hiasan rumah dan kantor juga didominasi warna merah dan putih. Setiap tujuh belasan, lautan merah putih bertebar di segenap penjuru tanah air. Merah putih ada dimana-mana, di gunung dan pantai, di hutan dan pemukiman, bahkan di laut dan udara...
Tujuh belasan selalu meninggalkan cerita lucu, namun heroik. Tujuh belasan juga mampu membuat bangsa ini hening sesaat mengenang detik-detik proklamasi, untuk kemudian hiruk-pikuk dalam keramaian acara rakyat. Semoga setiap tujuh belasan tetap meriah, tetap dikenang, tetap ada merah putih berkibar...
Salam PALM
Read More..
Senin, 17 Agustus 2009
TIANG BENDERA
TIANG BENDERA berdiri menunjuk langit, di tengah-tengah tanah lapang perkantoran. Berbagai ukuran tinggi tiang, menunjukkan kemegahan kantor yang mendirikannya. Pun demikian juga dengan ukuran besar bendera merah putih (jika tiang diperuntukkan bagi sang saka), menunjukkan partisipasi kredibel aparatur yang memasang bendera pada tiangnya. Namun, sampai sejauh mana pemaknaan tiang bendera bersama benderanya sendiri, masih menjadi retorika anak bangsa...
Hari ini, bangsa ini, Indonesia tercinta memperingati hari kelahirannya, proklamasi 17 Agustus. Hari dimana bangsa ini terbebas dari belenggu penjajahan selama berabad-abad. Hari dimana penindasan kaum kolonial terbebaskan oleh perjuangan dan gerakan nasionalis yang bergelora, dan telah memakan banyak korban nyawa, harta serta air mata duka. Hari dimana Bung Karno dan Bung Hatta membacakan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Tanggal 17 Agustus setiap tahunnya diperingati sebagai hari kemerdekaan Republik Indonesia, sebuah bangsa berdaulat di benua Asia Tenggara. Berbagai kegiatan dibuat dan diikuti oleh seluruh kalangan masyarakat untuk memeriahkan hari bersejarah tersebut. Berbagai kemeriahan terjadi dimana-mana, di seantero nusantara, sebutan negeri khatulistiwa yang maha kaya ini...
Ironisnya, kekayaan sumberdaya alamnya yang "gemah ripah loh jinawi", sampai saat ini hanya dinikmati oleh segelintir manusia saja secara berlebih. Namun sebagian besar masyarakatnya (terutama rakyat kecil dan kaum marjinal), selalu berkekurangan hidup akibat himpitan ekonomi.
Lebih ironis lagi, kaum pejuang dan keluarganya, masih banyak yang hidup di bawah garis kemiskinan di negeri yang dulu mereka bela dengan segenap korbanan, darah dan jiwa raga. Ternyata, bangsa yang telah merdeka ini, belum mampu memerdekakan rakyatnya secara utuh dan keseluruhan...
Kemerdekaan saat ini hanya dinikmati oleh kelompok masyarakat yang mapan secara finansial dan ekonominya saja. Tidak bagi kelompok masyarakat yang masih mengais rezeki dengan susah payah, hanya untuk makan sehari-hari, di pelosok pedalaman pedesaan dan di tempat kumuh perkotaan.
Kebodohan, penindasan, kemelaratan masih banyak dijumpai di negeri yang (konon) kaya raya ini. Orang pintar sibuk berdebat dan mencari celah penumpukkan harta kekayaan untuk kesenangan dan warisan. Orang bodoh sibuk bertengkar dan memperebutkan lubang rezeki hanya untuk makan dan bertahan hidup.
Sementara semua fenomena sosial tersebut (masih) berlangsung, tiang bendera berdiri kokoh, angkuh menggapai langit dengan kibaran gagah sang merah putih. Seolah tiang dan benderanya ingin berkata, kemerdekaan tidak hanya sebatas retorika dan omong kosong nasionalisme belaka.
Tianga bendera nan tinggi bersama sang bendera nan megah seakan ingin berteriak bahwa, bukan ini yang mereka inginkan. Namun makna kemerdekaan itu sendiri adalah pembebasan segenap lapisan masyarakat dari belenggu duka derita akibat ulah manusia yang hanya ingin merdeka sendiri, tanpa memikirkan bahwa lingkungannya berhak juga untuk merdeka...
Seperti egoismenya sang tiang bendera yang berdiri congkak... Seperti merdekanya bendera yang berkibar-kibar diterpa angin... Seperti angin (udara) yang bebas merdeka dan ada dimana-mana...
Salam PALM
Read More..
Hari ini, bangsa ini, Indonesia tercinta memperingati hari kelahirannya, proklamasi 17 Agustus. Hari dimana bangsa ini terbebas dari belenggu penjajahan selama berabad-abad. Hari dimana penindasan kaum kolonial terbebaskan oleh perjuangan dan gerakan nasionalis yang bergelora, dan telah memakan banyak korban nyawa, harta serta air mata duka. Hari dimana Bung Karno dan Bung Hatta membacakan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Tanggal 17 Agustus setiap tahunnya diperingati sebagai hari kemerdekaan Republik Indonesia, sebuah bangsa berdaulat di benua Asia Tenggara. Berbagai kegiatan dibuat dan diikuti oleh seluruh kalangan masyarakat untuk memeriahkan hari bersejarah tersebut. Berbagai kemeriahan terjadi dimana-mana, di seantero nusantara, sebutan negeri khatulistiwa yang maha kaya ini...
Ironisnya, kekayaan sumberdaya alamnya yang "gemah ripah loh jinawi", sampai saat ini hanya dinikmati oleh segelintir manusia saja secara berlebih. Namun sebagian besar masyarakatnya (terutama rakyat kecil dan kaum marjinal), selalu berkekurangan hidup akibat himpitan ekonomi.
Lebih ironis lagi, kaum pejuang dan keluarganya, masih banyak yang hidup di bawah garis kemiskinan di negeri yang dulu mereka bela dengan segenap korbanan, darah dan jiwa raga. Ternyata, bangsa yang telah merdeka ini, belum mampu memerdekakan rakyatnya secara utuh dan keseluruhan...
Kemerdekaan saat ini hanya dinikmati oleh kelompok masyarakat yang mapan secara finansial dan ekonominya saja. Tidak bagi kelompok masyarakat yang masih mengais rezeki dengan susah payah, hanya untuk makan sehari-hari, di pelosok pedalaman pedesaan dan di tempat kumuh perkotaan.
Kebodohan, penindasan, kemelaratan masih banyak dijumpai di negeri yang (konon) kaya raya ini. Orang pintar sibuk berdebat dan mencari celah penumpukkan harta kekayaan untuk kesenangan dan warisan. Orang bodoh sibuk bertengkar dan memperebutkan lubang rezeki hanya untuk makan dan bertahan hidup.
Sementara semua fenomena sosial tersebut (masih) berlangsung, tiang bendera berdiri kokoh, angkuh menggapai langit dengan kibaran gagah sang merah putih. Seolah tiang dan benderanya ingin berkata, kemerdekaan tidak hanya sebatas retorika dan omong kosong nasionalisme belaka.
Tianga bendera nan tinggi bersama sang bendera nan megah seakan ingin berteriak bahwa, bukan ini yang mereka inginkan. Namun makna kemerdekaan itu sendiri adalah pembebasan segenap lapisan masyarakat dari belenggu duka derita akibat ulah manusia yang hanya ingin merdeka sendiri, tanpa memikirkan bahwa lingkungannya berhak juga untuk merdeka...
Seperti egoismenya sang tiang bendera yang berdiri congkak... Seperti merdekanya bendera yang berkibar-kibar diterpa angin... Seperti angin (udara) yang bebas merdeka dan ada dimana-mana...
Salam PALM
Read More..
Minggu, 16 Agustus 2009
KOLAM PANCING
KOLAM PANCING dewasa kini menjadi bisnis yang menjamur di banyak tempat di negeri ini. Pemanfaatan kolam atau genangan air yang dibuat kolam, kemudian diisi ikan, menjadi peluang bisnis yang cukup menjanjikan akhir-akhir ini. Hal ini didukung oleh pola hidup masyarakat perkotaan yang membutuhkan "refreshing" dari kejenuhan rutinitas kerja, dengan pilihan wisata murah meriah seperti memancing, menjadikan bisnis kolam pancing tumbuh subur...
Bermodal sewa alat pancing dan umpan yang relatif murah, para pemancing dapat menikmati suasana dan "relaksasi" pemancingan ikan. Banyak kemanfaatan yang didapat di kolam pemancaingan. Kegemaran memancing dapat tersalurkan, suasana kolam pancing yang di"setting" pemilik kolam pancing sedemikan rupa dapat menenteramkan, dan ditambah ikan hasil pancingan juga dapat dinikmati. Hmm...
Lihat saja di hari libur, kolam pancing ramai dikunjungi orang-orang. Baik yang datang sendiri-sendiri, maupun kelompok atau bersama keluarga. Kolam pancing memang dijadikan pilihan rekreasi di hari libur, ketika objek wisata lainnya telah jenuh atau membosankan, atau berjarak jauh, ataupun mahal...
Satu harinya, pemilik kolam pancing dapat meraup jutaan rupiah. Revenue didapat dari mulai parkir, restribusi masuk, sewa alat pancing, sampai ke penjualan ikan yang diperoleh pemancing lalu ditimbang dan dihargai per bobot ikannya. Apalagi jika kolam pancing menyediakan juga pelayanan masakan ikan, bertambah lagi peluang pemasukan bagi pebisnis kolam pancing.
Negeri ini memang aneh... Padahal potensi perairan di Indonesia luas dan masih banyak menyimpan kekayaan aquatik, mulai ikan air tawar, sampai flora dan fauna air asin (laut). Namun masih saja dibutuhkan tempat khusus untuk kegiatan penangkapan (ekstraktif) satwa air, seperti kolam pancing...
Tak apalah, selagi kegemaran memancing dapat memberikan multimanfaat secara simultan dan sinergis, kolam pancing menjadi pilihan (opportunity) para pihak. Baik bagi pemancing, pemilik kolam pancing, bahkan ikan itu sendiri sebagai objek budidaya, minimal beberapa species ikan dapat lestari...
Barangkali, ini salah satu contoh pendekatan sosioekonomis dari dinamika kehidupan makhluk bernama manusia, yang selalu butuh sesuatu yang berbeda, dari hari ke hari... Tapi sampai kapan...?
Salam PALM
. Read More..
Bermodal sewa alat pancing dan umpan yang relatif murah, para pemancing dapat menikmati suasana dan "relaksasi" pemancingan ikan. Banyak kemanfaatan yang didapat di kolam pemancaingan. Kegemaran memancing dapat tersalurkan, suasana kolam pancing yang di"setting" pemilik kolam pancing sedemikan rupa dapat menenteramkan, dan ditambah ikan hasil pancingan juga dapat dinikmati. Hmm...
Lihat saja di hari libur, kolam pancing ramai dikunjungi orang-orang. Baik yang datang sendiri-sendiri, maupun kelompok atau bersama keluarga. Kolam pancing memang dijadikan pilihan rekreasi di hari libur, ketika objek wisata lainnya telah jenuh atau membosankan, atau berjarak jauh, ataupun mahal...
Satu harinya, pemilik kolam pancing dapat meraup jutaan rupiah. Revenue didapat dari mulai parkir, restribusi masuk, sewa alat pancing, sampai ke penjualan ikan yang diperoleh pemancing lalu ditimbang dan dihargai per bobot ikannya. Apalagi jika kolam pancing menyediakan juga pelayanan masakan ikan, bertambah lagi peluang pemasukan bagi pebisnis kolam pancing.
Negeri ini memang aneh... Padahal potensi perairan di Indonesia luas dan masih banyak menyimpan kekayaan aquatik, mulai ikan air tawar, sampai flora dan fauna air asin (laut). Namun masih saja dibutuhkan tempat khusus untuk kegiatan penangkapan (ekstraktif) satwa air, seperti kolam pancing...
Tak apalah, selagi kegemaran memancing dapat memberikan multimanfaat secara simultan dan sinergis, kolam pancing menjadi pilihan (opportunity) para pihak. Baik bagi pemancing, pemilik kolam pancing, bahkan ikan itu sendiri sebagai objek budidaya, minimal beberapa species ikan dapat lestari...
Barangkali, ini salah satu contoh pendekatan sosioekonomis dari dinamika kehidupan makhluk bernama manusia, yang selalu butuh sesuatu yang berbeda, dari hari ke hari... Tapi sampai kapan...?
Salam PALM
. Read More..
Sabtu, 15 Agustus 2009
MANISNYA SALAK
SALAK (Salacca edulis reinw.) adalah salah satu buah eksotis benua Asia. Tanaman ini menyebar dari dataran tinggi sampai rendah, dan masuk dalam family palmae. Buah salak sudah terkenal dan dibudidayakan sejak lama di Indonesia, bahkan dari pengembangan tanaman salak telah menghasilkan beberapa varietas salak unggul, yang menghasilkan turunan salak berumur panen singkat, buah besar, daging buah tebal, berasa masir dan manis...
Penyebaran tanaman salak di Indonesia cukup merata, dari Aceh sampai Papua. Sentra-sentra produksi salak unggul di negara tropis ini banyak terdapat di pulau Sumatera, Jawa dan Bali. Dari pedalaman sampai halaman rumah pemukiman, banyak dijumpai tanaman salak.
Hal tersebut didukung selain oleh agroklimat sebagai syarat tumbuh tanaman salak memungkinkan tumbuh subur, juga lantaran pemeliharaan sampai reproduksi buah salak relatif mudah dan sederhana. Sebagaimana tanaman jenis Palmae yang lainnya, tanaman salak mudah tumbuh, berkembang-biak dan berproduksi.
Tinggal lagi bagaimana perlakuan budidaya yang akan berimbas terhadap kuantitas dan kualitas produksi buah salak. Bahkan untuk jenis salak lokal yang memiliki beberapa keunggulan, tanpa perlakuan budidaya secara khusus, dapat menghasilkan buah yang banyak, besar dan manis.
Buah salak dapat tersedia sepanjang musim, karena sifat produksi tanaman monocotyl yang masuk dalam family Palmae, memang tidak tergantung musim. Makanya buah salak dapat dijumpai setiap waktunya di kios buah, toko dan supermarket.
Buah salak memang manis. Manisnya buah salak membuat buah ini dijadikan sebagai hidangan "pencuci mulut" atau oleh-oleh, buah tangan. Namun ironisnya, manisnya salak, tidak semanis nasib petani kecil salak.
Petani tradisional yang membudidayakan salak, hanya memiliki populasi tanaman salak terbatas. Hal ini dikarenakan harga jual buah salak tidak terlalu menjanjikan, seperti halnya mangga atau durian. Disamping itu, sifat tanamannya yang memiliki kanofi tanaman yang cukup besar, seperti halnya kelapa sawit (elaeis guenensis), menyebabkan tidak efisiennya pemanfaatan lahan usahatani.
Sementara lahan usahatani petani yang sudah sempit, diperuntukkan lebih utama untuk tanaman pokok, seperti padi (oryza sativa). Dan salak jadilah selingan tanaman saja diantara tanaman pokok. Salak memang manis buahnya, tapi tidak semanis nasibnya, juga nasib petani kecil yang menanamnya...
Salam PALM
Read More..
Penyebaran tanaman salak di Indonesia cukup merata, dari Aceh sampai Papua. Sentra-sentra produksi salak unggul di negara tropis ini banyak terdapat di pulau Sumatera, Jawa dan Bali. Dari pedalaman sampai halaman rumah pemukiman, banyak dijumpai tanaman salak.
Hal tersebut didukung selain oleh agroklimat sebagai syarat tumbuh tanaman salak memungkinkan tumbuh subur, juga lantaran pemeliharaan sampai reproduksi buah salak relatif mudah dan sederhana. Sebagaimana tanaman jenis Palmae yang lainnya, tanaman salak mudah tumbuh, berkembang-biak dan berproduksi.
Tinggal lagi bagaimana perlakuan budidaya yang akan berimbas terhadap kuantitas dan kualitas produksi buah salak. Bahkan untuk jenis salak lokal yang memiliki beberapa keunggulan, tanpa perlakuan budidaya secara khusus, dapat menghasilkan buah yang banyak, besar dan manis.
Buah salak dapat tersedia sepanjang musim, karena sifat produksi tanaman monocotyl yang masuk dalam family Palmae, memang tidak tergantung musim. Makanya buah salak dapat dijumpai setiap waktunya di kios buah, toko dan supermarket.
Buah salak memang manis. Manisnya buah salak membuat buah ini dijadikan sebagai hidangan "pencuci mulut" atau oleh-oleh, buah tangan. Namun ironisnya, manisnya salak, tidak semanis nasib petani kecil salak.
Petani tradisional yang membudidayakan salak, hanya memiliki populasi tanaman salak terbatas. Hal ini dikarenakan harga jual buah salak tidak terlalu menjanjikan, seperti halnya mangga atau durian. Disamping itu, sifat tanamannya yang memiliki kanofi tanaman yang cukup besar, seperti halnya kelapa sawit (elaeis guenensis), menyebabkan tidak efisiennya pemanfaatan lahan usahatani.
Sementara lahan usahatani petani yang sudah sempit, diperuntukkan lebih utama untuk tanaman pokok, seperti padi (oryza sativa). Dan salak jadilah selingan tanaman saja diantara tanaman pokok. Salak memang manis buahnya, tapi tidak semanis nasibnya, juga nasib petani kecil yang menanamnya...
Salam PALM
Read More..
Jumat, 14 Agustus 2009
PEKING DUCK
PEKING DUCK atau bebek peking adalah jenis bebek yang akhir-akhir ini menjadi trend konsumsi hidup sehat dari sumber protein hewani. Tekstur dan citarasa daging bebek peking memiliki kekhasan tersendiri, berbeda dengan daging bebek yang lain. Dan yang lebih memberikan sugesti bagi penikmat hidangan daging unggas, kandungan kolesterol daging bebek peking rendah, sehingga tidak sampai menaikkan tensi darah bagi penderita hipertensi...
Baru setahun terakhir ini bebek peking menjadi pembicaraan ramai di dunia kuliner. Padahal, hidangan bebek peking menjadi menu tradisi keluarga di daratan Tiongkok. Bebek peking memang dikhususkan menjadi sumber daging, bukan telurnya. Telur bebek peking hanya dimanfaatkan untuk dijadikan bakal anak bebek peking (DOD).
Pertumbuhan bebek peking relatif cepat, apalagi jika dipacu pertumbuhannya dengan pemberian pakan yang tepat. Dalam waktu tiga bulan, bobot seekor bebek peking dapat mencapai 1,5 sampai 2 kilogram. Pakan unggas ini juga dapat didiversifikasi dengan campuran dedak, sayuran dan nutrisi, disamping pakan pabrik.
Namun sampai saat ini, sangat disayangkan bahwa pangsa pasar bebek peking terbatas, baru masuk di pasaran eksklusif. Hal ini disebabkan karena menu bebek peking baru disajikan di restoran tertentu dan hotel berbintang. Jikapun ada di warung pinggir jalan, disebabkan konsumen di sekitar warung telah mengenal khasiat bebek peking.
Sugesti bahwa daging bebek peking rendah kolesterol cukup menjanjikan bagi konsumen yang ingin tetap menikmati daging dengan tetap dapat mengontrol kesehatannya. Hal tersebut ditambah lagi dengan asumsi bahwa daging bebek dapat juga meningkatkan stamina dan "libido" para penikmatnya.
Prospek bebek peking bagi peternak dan dunia kuliner memang cukup menjanjikan. Satu porsi hidangan bebek peking seharga berkisar 25 ribu rupiah, dari seperempat daging utuh (karkas) bebek, cukup terjangkau bagi kantong konsumen. Bagi pengusaha kuliner, dengan modal pembelian bahan baku daging bebek 60 ribu rupiah per ekornya, sehingga marjin keuntungan dari seekor bebek dapat mencapai 40 ribu rupiah.
Sedangkan bagi kantong peternak, seekor bebeknya dijual 30 ribu rupiah per kilogram. Jadi seekor bebek dengan berat 2 kilogram, dapat dijual seharga 60 ribu rupiah. Dengan modal produksi (cost production) ternak per ekornya rerata 20 ribu, maka pendapatan (benefit) dapat diterima peternak 40 ribu per ekornya.
Tinggal lagi bagaimana trend hidangan sehat, seperti sajian bebek peking, dapat memberikan efek berantai (multiflier effect) dari sisi manfaat. Jawabannya ada pada kita konsumen, para pecinta kuliner, pengusaha dan peternak itu sendiri...
Read More..
Baru setahun terakhir ini bebek peking menjadi pembicaraan ramai di dunia kuliner. Padahal, hidangan bebek peking menjadi menu tradisi keluarga di daratan Tiongkok. Bebek peking memang dikhususkan menjadi sumber daging, bukan telurnya. Telur bebek peking hanya dimanfaatkan untuk dijadikan bakal anak bebek peking (DOD).
Pertumbuhan bebek peking relatif cepat, apalagi jika dipacu pertumbuhannya dengan pemberian pakan yang tepat. Dalam waktu tiga bulan, bobot seekor bebek peking dapat mencapai 1,5 sampai 2 kilogram. Pakan unggas ini juga dapat didiversifikasi dengan campuran dedak, sayuran dan nutrisi, disamping pakan pabrik.
Namun sampai saat ini, sangat disayangkan bahwa pangsa pasar bebek peking terbatas, baru masuk di pasaran eksklusif. Hal ini disebabkan karena menu bebek peking baru disajikan di restoran tertentu dan hotel berbintang. Jikapun ada di warung pinggir jalan, disebabkan konsumen di sekitar warung telah mengenal khasiat bebek peking.
Sugesti bahwa daging bebek peking rendah kolesterol cukup menjanjikan bagi konsumen yang ingin tetap menikmati daging dengan tetap dapat mengontrol kesehatannya. Hal tersebut ditambah lagi dengan asumsi bahwa daging bebek dapat juga meningkatkan stamina dan "libido" para penikmatnya.
Prospek bebek peking bagi peternak dan dunia kuliner memang cukup menjanjikan. Satu porsi hidangan bebek peking seharga berkisar 25 ribu rupiah, dari seperempat daging utuh (karkas) bebek, cukup terjangkau bagi kantong konsumen. Bagi pengusaha kuliner, dengan modal pembelian bahan baku daging bebek 60 ribu rupiah per ekornya, sehingga marjin keuntungan dari seekor bebek dapat mencapai 40 ribu rupiah.
Sedangkan bagi kantong peternak, seekor bebeknya dijual 30 ribu rupiah per kilogram. Jadi seekor bebek dengan berat 2 kilogram, dapat dijual seharga 60 ribu rupiah. Dengan modal produksi (cost production) ternak per ekornya rerata 20 ribu, maka pendapatan (benefit) dapat diterima peternak 40 ribu per ekornya.
Tinggal lagi bagaimana trend hidangan sehat, seperti sajian bebek peking, dapat memberikan efek berantai (multiflier effect) dari sisi manfaat. Jawabannya ada pada kita konsumen, para pecinta kuliner, pengusaha dan peternak itu sendiri...
Read More..
Kamis, 13 Agustus 2009
KAMPOENG TANI GATHERING
KAMPOENG TANI GATHERING adalah salah satu strategi kegiatan yang menjadi media untuk mensosialisasikan produk pertanian kepada masyarakat luas, terutama pelaku bisnis yang berkaitan langsung dengan komoditas pasca panen pertanian. Kegiatan ini juga menjadi wahana bagi petani untuk lebih termotivasi dalam berusahatani dengan bertemu dan berdiskusi antar petani, sampai mengadakan kesepakatan dengan calon pembeli (buyer) produk, yang pada intinya lebih membuka akses pasar...
Adalah sebuah Badan Usaha Milik Negara, yaitu Pertamina melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) yang memiliki awarness kepada petani dengan program bantuan kredit berbunga ringan. Dengan dibantu fasilitasi pendampingan oleh Lembaga Agribisnis Mitra (Agrim), PKBL sudah menyalurkan bantuan kredit bagi banyak petani di wilayah Sumatera Bagian Selatan, tidak hanya bagi usahatani, bahkan juga usaha kecil dan menengah lainnya yang membutuhkan stimulan modal pengembangan usaha.
Dalam melaksanakan pembinaan dan pengembangan usaha kecil dan menengah PT. Pertamina (Persero) menitik beratkan pada peningkatan usaha dan peningkatan nilai tambah serta kesempatan kerja, agar terwujud suatu industri kecil yang tangguh dan kuat sehingga dapat dan mampu berperan sekaligus sebagai komponen penting dalam membantu pemerintah untuk menciptakan stabilitas perekonomian nasional.
Program PKBL PT. Pertamina (Persero) bertujuan untuk meningkatkan roda gerak ekonomi sehingga mensejahterakan rakyat melalui kemitraan antara BUMN dengan usaha kecil termasuk koperasi. Komitmen Pemerintah melalui BUMN dalam hal ini PT. Pertamina (PERSERO) adalah menciptakan iklim yang kondusif bagi usaha kecil untuk dapat berkembang dengan memanfaatkan peluang, kemudahan dan keberpihakan pemerintah. Pada gilirannya diharapkan para mitra dapat memberdayakan dirinya sendiri (mandiri) dan mampu berperan aktif dalam upaya memenangkan persaingan pasar terutama dalam era globalisasi.
Penciptaan lingkungan usaha yang kondusif sebagian besar dapat dipenuhi oleh ketersediaan dana, dengan demikian cakupan penerima Program Kemitraan dan Bina Lingkungan akan lebih luas dan memberikan dampak nyata bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat yang pada gilirannya merupakan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Sosial Responsibility). Diharapkan kegiatan ini akan meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) serta membantu pemerintah membuka lahan pekerjaan bagi usia produktif yang tidak memiliki pekerjaan, yang berarti juga ikut berperan dalam mengentaskan kemiskinan.
Penyaluran kredit yang telah dilakukan oleh PKBL PT. Pertamina (Persero) Region II Sumbagsel di wilayah Provinsi Sumatera Selatan yaitu di Kabupaten Banyuasin, Ogan Komering Ilir (OKI), Musi Banyuasin (Muba), Kota Lubuklinggau, Musi Rawas (Mura), Ogan Komering Ulu Timur (OKUT), Lahat dan Kota Pagar Alam. Sedangkan di wilayah Provinsi Lampung yaitu di Liwa (Lampung Selatan), di Provinsi Bengkulu yaitu di Curup (Rejang Lebong), di Provinsi Jambi yaitu di Kota Jambi, Muaro Jambi, Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur, dan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yaitu di Bangka Tengah dan Bangka Induk.
Penyaluran kredit tersebut difasilitasi oleh lembaga pendamping, yaitu Lembaga Agribisnis Mitra (Agrim). Lembaga ini selain sebagai mediator penyaluran kredit, juga sebagai fasilitator kelompok tani mitra dalam penguatan kelembagaan dan pasca produksi, sampai kepada pengembalian kredit tepat waktu.
Lembaga Agrim, menjembatani keinginan masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup dan melalui penyaluran kredit dari PKBL PT. Pertamina (Persero) Region II Sumbagsel untuk petani, secara tidak langsung juga ikut berperan dalam mensukseskan Visi dan Misi Provinsi Sumatera Selatan sebagai Lumbung Pangan Nasional khususnya, dan Sumbagsel umumnya.
Program penyaluran kredit untuk petani ini akan sangat sulit diukur tingkat keberhasilannya tanpa adanya kegiatan pendampingan di lapangan. Untuk itu sebagai bagian dari program kemitraan ini, Lembaga Agrim mendampingi petani mitra binaan Pertamina untuk peningkatan kualitas hidup petani, sedangkan di fihak Pertamina sendiri adalah sebagai kegiatan untuk mengamankan kredit yang telah dikucurkan agar tidak disalahgunakan oleh mitra.
Setelah berjalan, program kemitraan Pertamina dengan kelompok tani mitra yang difasilitasi oleh Lembaga Agrim, petani telah sampai kepada kegiatan pasca produksi usahatani dalam rangka pengembalian kredit. Pasca produksi tersebut lebih dititikberatkan kepada pemasaran produk sehingga mendatangkan nilai ekonomis dan kemanfaatan secara simultan (benefit value).
Sebagai salah satu strategi untuk membantu petani mitra mencapai maksud di atas, maka dipandang perlu dijembatani antara petani sebagai produsen dengan pasar sebagai konsumen, melalui sebuah kegiatan fasilitasi bernama “Kampoeng Tani Gathering 2009”. Kegiatan yang include di dalamnya adalah pameran (expo), pusat informasi (information center) dan lokakarya serta temu agribisnis (gathering).
Akankah kegiatan "Kampoeng Tani Gathering 20009" tersebut dapat memberikan dampak (impact point) bagi petani khususnya, dan bagi masyarakat luas umumnya? Kita tunggu...
Salam PALM
Read More..
Adalah sebuah Badan Usaha Milik Negara, yaitu Pertamina melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) yang memiliki awarness kepada petani dengan program bantuan kredit berbunga ringan. Dengan dibantu fasilitasi pendampingan oleh Lembaga Agribisnis Mitra (Agrim), PKBL sudah menyalurkan bantuan kredit bagi banyak petani di wilayah Sumatera Bagian Selatan, tidak hanya bagi usahatani, bahkan juga usaha kecil dan menengah lainnya yang membutuhkan stimulan modal pengembangan usaha.
Dalam melaksanakan pembinaan dan pengembangan usaha kecil dan menengah PT. Pertamina (Persero) menitik beratkan pada peningkatan usaha dan peningkatan nilai tambah serta kesempatan kerja, agar terwujud suatu industri kecil yang tangguh dan kuat sehingga dapat dan mampu berperan sekaligus sebagai komponen penting dalam membantu pemerintah untuk menciptakan stabilitas perekonomian nasional.
Program PKBL PT. Pertamina (Persero) bertujuan untuk meningkatkan roda gerak ekonomi sehingga mensejahterakan rakyat melalui kemitraan antara BUMN dengan usaha kecil termasuk koperasi. Komitmen Pemerintah melalui BUMN dalam hal ini PT. Pertamina (PERSERO) adalah menciptakan iklim yang kondusif bagi usaha kecil untuk dapat berkembang dengan memanfaatkan peluang, kemudahan dan keberpihakan pemerintah. Pada gilirannya diharapkan para mitra dapat memberdayakan dirinya sendiri (mandiri) dan mampu berperan aktif dalam upaya memenangkan persaingan pasar terutama dalam era globalisasi.
Penciptaan lingkungan usaha yang kondusif sebagian besar dapat dipenuhi oleh ketersediaan dana, dengan demikian cakupan penerima Program Kemitraan dan Bina Lingkungan akan lebih luas dan memberikan dampak nyata bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat yang pada gilirannya merupakan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Sosial Responsibility). Diharapkan kegiatan ini akan meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) serta membantu pemerintah membuka lahan pekerjaan bagi usia produktif yang tidak memiliki pekerjaan, yang berarti juga ikut berperan dalam mengentaskan kemiskinan.
Penyaluran kredit yang telah dilakukan oleh PKBL PT. Pertamina (Persero) Region II Sumbagsel di wilayah Provinsi Sumatera Selatan yaitu di Kabupaten Banyuasin, Ogan Komering Ilir (OKI), Musi Banyuasin (Muba), Kota Lubuklinggau, Musi Rawas (Mura), Ogan Komering Ulu Timur (OKUT), Lahat dan Kota Pagar Alam. Sedangkan di wilayah Provinsi Lampung yaitu di Liwa (Lampung Selatan), di Provinsi Bengkulu yaitu di Curup (Rejang Lebong), di Provinsi Jambi yaitu di Kota Jambi, Muaro Jambi, Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur, dan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yaitu di Bangka Tengah dan Bangka Induk.
Penyaluran kredit tersebut difasilitasi oleh lembaga pendamping, yaitu Lembaga Agribisnis Mitra (Agrim). Lembaga ini selain sebagai mediator penyaluran kredit, juga sebagai fasilitator kelompok tani mitra dalam penguatan kelembagaan dan pasca produksi, sampai kepada pengembalian kredit tepat waktu.
Lembaga Agrim, menjembatani keinginan masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup dan melalui penyaluran kredit dari PKBL PT. Pertamina (Persero) Region II Sumbagsel untuk petani, secara tidak langsung juga ikut berperan dalam mensukseskan Visi dan Misi Provinsi Sumatera Selatan sebagai Lumbung Pangan Nasional khususnya, dan Sumbagsel umumnya.
Program penyaluran kredit untuk petani ini akan sangat sulit diukur tingkat keberhasilannya tanpa adanya kegiatan pendampingan di lapangan. Untuk itu sebagai bagian dari program kemitraan ini, Lembaga Agrim mendampingi petani mitra binaan Pertamina untuk peningkatan kualitas hidup petani, sedangkan di fihak Pertamina sendiri adalah sebagai kegiatan untuk mengamankan kredit yang telah dikucurkan agar tidak disalahgunakan oleh mitra.
Setelah berjalan, program kemitraan Pertamina dengan kelompok tani mitra yang difasilitasi oleh Lembaga Agrim, petani telah sampai kepada kegiatan pasca produksi usahatani dalam rangka pengembalian kredit. Pasca produksi tersebut lebih dititikberatkan kepada pemasaran produk sehingga mendatangkan nilai ekonomis dan kemanfaatan secara simultan (benefit value).
Sebagai salah satu strategi untuk membantu petani mitra mencapai maksud di atas, maka dipandang perlu dijembatani antara petani sebagai produsen dengan pasar sebagai konsumen, melalui sebuah kegiatan fasilitasi bernama “Kampoeng Tani Gathering 2009”. Kegiatan yang include di dalamnya adalah pameran (expo), pusat informasi (information center) dan lokakarya serta temu agribisnis (gathering).
Akankah kegiatan "Kampoeng Tani Gathering 20009" tersebut dapat memberikan dampak (impact point) bagi petani khususnya, dan bagi masyarakat luas umumnya? Kita tunggu...
Salam PALM
Read More..
Rabu, 12 Agustus 2009
PUTARAN SATU
PUTARAN SATU mengisyaratkan tentang berlangsungnya aktivitas tahap pertama dari beberapa rotasi yang mestinya terjadi. Namun tidak mesti putaran satu diikuti putaran dua atau seterusnya, manakala aktivitas terhenti usai rotasi pertama. Sebab terhentinya aktivitas dapat karena dihentikan, berhenti di tengah aktivitas atau berhenti dengan sendirinya. Idiomatikalisasi hal ini seperti Pilpres...
Dihentikannya putaran satu Pilpres hanya dimungkinkan akibat kerusuhan yang terjadi secara luas atau bencana alam. Berhentinya tahapan dan proses Pilpres di tengah jadwal diakibatkan terjadinya pelanggaran secara merata yang dilakukan oleh unsur penyelenggara, sehingga diperlukan jeda untuk "take over" oleh institusi kompeten. Dan berhenti dengan sendirinya putaran satu karena telah selesai tahapannya dengan hasil Pilpres sesuai amanat peraturan perundang-undangan.
Hari ini, telah diputuskan oleh Mahkamah Konstitusi (MK) Republik Indonesia tentang sengketa Pilpres 2009 dari gugatan dua pasangan Capres Cawapres terhadap hasil Pilpres. Terlepas apa bunyi keputusan setebal 420 halaman yang dibacakan di MK, rakyat Indonesia sebagai partisan yang berhak atas aspirasi politiknya, tidaklah terlalu mempersoalkan hasil keputusan pemenang Pilpres.
Walaupun banyak pihak mengomentari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan yang terjadi dari seluruh rangkaian tahapan Pilpres 2009. Tetap saja semua kalangan, apalagi tokoh negeri ini, menjunjung sportifitas sebuah kompetisi politik. Menang atau kalah, itu hanya persoalan amanah suara rakyat.
Pertarungan politik memperebutkan simpati rakyat, bukanlah suatu yang ringan dan sepele. Untuk itu diperlukan kerja keras, gagasan cerdas, sumberdaya pendukung fanatis dan tentu saja biaya mahal. Jikapun syarat tersebut sudah ada dan terpenuhi, tidaklah menjadi jaminan juga dapat menjadi sang pemenang.
Untuk menjadi pemenang sebuah kompetisi politik, diperlukan investasi politik sejak lama, sehingga berbekas positif di hati rakyat. Karena rakyat yang menentukan siapa yang jadi pemenangnya. Suara rakyat adalah suara Tuhan adalah benar adanya. Jika rakyat berkehendak, maka filosofisnya itu semata kehendak Tuhan.
Putaran satu Pilpres 2009 telah usai. Pertarungan politik memperebutkan posisi paling strategis di negeri ini sudah selesai. Tinggal ke depan pertarungannya adalah membuktikan semua janji kampanye. Dan jika terjadi (lagi) retorika politik bahwa janji adalah janji, apalagi janji politik, mengisyaratkan ketidaksiapan kontestan memegang sebuah amanah.
Kita tunggu apa dan bagaimana realisasi visi misi kandidat pemenang Pilpres 2009. Sebagai pemegang amanah rakyat, mestinya rakyat lebih diperhatikan daripada tim sukses pemenangan. Dan janganlah jargon "janji tinggal janji" menjadi nyayian usang rakyat yang masih banyak menderita, bahkan kelaparan...
Salam PALM
Read More..
Dihentikannya putaran satu Pilpres hanya dimungkinkan akibat kerusuhan yang terjadi secara luas atau bencana alam. Berhentinya tahapan dan proses Pilpres di tengah jadwal diakibatkan terjadinya pelanggaran secara merata yang dilakukan oleh unsur penyelenggara, sehingga diperlukan jeda untuk "take over" oleh institusi kompeten. Dan berhenti dengan sendirinya putaran satu karena telah selesai tahapannya dengan hasil Pilpres sesuai amanat peraturan perundang-undangan.
Hari ini, telah diputuskan oleh Mahkamah Konstitusi (MK) Republik Indonesia tentang sengketa Pilpres 2009 dari gugatan dua pasangan Capres Cawapres terhadap hasil Pilpres. Terlepas apa bunyi keputusan setebal 420 halaman yang dibacakan di MK, rakyat Indonesia sebagai partisan yang berhak atas aspirasi politiknya, tidaklah terlalu mempersoalkan hasil keputusan pemenang Pilpres.
Walaupun banyak pihak mengomentari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan yang terjadi dari seluruh rangkaian tahapan Pilpres 2009. Tetap saja semua kalangan, apalagi tokoh negeri ini, menjunjung sportifitas sebuah kompetisi politik. Menang atau kalah, itu hanya persoalan amanah suara rakyat.
Pertarungan politik memperebutkan simpati rakyat, bukanlah suatu yang ringan dan sepele. Untuk itu diperlukan kerja keras, gagasan cerdas, sumberdaya pendukung fanatis dan tentu saja biaya mahal. Jikapun syarat tersebut sudah ada dan terpenuhi, tidaklah menjadi jaminan juga dapat menjadi sang pemenang.
Untuk menjadi pemenang sebuah kompetisi politik, diperlukan investasi politik sejak lama, sehingga berbekas positif di hati rakyat. Karena rakyat yang menentukan siapa yang jadi pemenangnya. Suara rakyat adalah suara Tuhan adalah benar adanya. Jika rakyat berkehendak, maka filosofisnya itu semata kehendak Tuhan.
Putaran satu Pilpres 2009 telah usai. Pertarungan politik memperebutkan posisi paling strategis di negeri ini sudah selesai. Tinggal ke depan pertarungannya adalah membuktikan semua janji kampanye. Dan jika terjadi (lagi) retorika politik bahwa janji adalah janji, apalagi janji politik, mengisyaratkan ketidaksiapan kontestan memegang sebuah amanah.
Kita tunggu apa dan bagaimana realisasi visi misi kandidat pemenang Pilpres 2009. Sebagai pemegang amanah rakyat, mestinya rakyat lebih diperhatikan daripada tim sukses pemenangan. Dan janganlah jargon "janji tinggal janji" menjadi nyayian usang rakyat yang masih banyak menderita, bahkan kelaparan...
Salam PALM
Read More..
Selasa, 11 Agustus 2009
KETIKA MUSIM DUREN
Ketika musim duren telah tiba, semerbak aromanya menyebar di seluruh pelosok negeri, dari Aceh sampai Papua. Aroma khas menyengat dari buah duren masak tercium dari jalanan dusun sampai mal megah metropolitan. Sebuah nuansa eksotis menjadi fenomena setahun sekali saat musim kemarau melanda negeri, saatnya musim duren tiba...
Duren (durio zibethinus) merupakan tanaman buah khas benua Asia. Bentuk buah, aroma dan rasanya yang khas menjadikan duren sebagai salah satu buah primadona sehingga disebut "king of fruit". Apalagi saat musim duren tiba, seluruh wilayah di negeri khatulistiwa ini, dibanjiri oleh buah duren.
Buah duren memang memanjakan lidah penikmat buah. Rasanya yang manis dengan tekstur daging buah yang pulen berserat halus, ditambah aromanya yang menyengat, menambah fantasi para penggemar duren. Kehangatan tubuh manakala buah duren dimakan mentah membuat para penikmat buah duren menjadi keranjingan.
Dalam buah duren memang mengandung senyawa alkololic. Sehingga jika buah duren dikonsumsi dalam jumlah banyak, akan mengakibatkan orang "mabuk duren". Apalagi untuk orang yang tidak terbiasa makan buah duren dalam jumlah banyak. Atau bagi mereka yang mengidap alergi, akan membuat seluruh tubuh terasa terbakar panas dan kemudian gatal-gatal. Namun bagi para penggila duren, kekhasan rasa dan aroma buah duren selalu membuat ketagihan.
Dari buah duren juga dapat diolah menjadi beberapa varian produk olahan. Dari makanan ringan seperti "lempok" atau sejenis wajik, sampai "tempoyak" yang menjadi bahan masakan khas Sumatera. Beberapa orang memang tidak menjadi penikmat produk olahan buah duren, lantaran "jijik" dengan bentuk daging buah yang kuning lembek.
Namun bagi sebagian besar penduduk negeri ini, bahkan orang luar, sangat menikmati buah duren yang hadir setahun sekali, saat musim duren tiba. Dan ketika saat itu datang, berkeranjang buah duren diturunkan dari gunung tinggi, dari tengah hutan belantara, dari pohon duren menjulang, sampai ke pinggir dusun hingga ruangan berpendingin di supermarket.
Maka ketika buah Asia yang berduri kulitnya, teronggok dijual bijian atau kiloan. Bentuk buah sebesar kelapa, berwarna kuning kecoklatan dan menebarkan aroma harum menyengat. Saat itu berarti musim duren telah tiba...
Salam PALM
Read More..
Duren (durio zibethinus) merupakan tanaman buah khas benua Asia. Bentuk buah, aroma dan rasanya yang khas menjadikan duren sebagai salah satu buah primadona sehingga disebut "king of fruit". Apalagi saat musim duren tiba, seluruh wilayah di negeri khatulistiwa ini, dibanjiri oleh buah duren.
Buah duren memang memanjakan lidah penikmat buah. Rasanya yang manis dengan tekstur daging buah yang pulen berserat halus, ditambah aromanya yang menyengat, menambah fantasi para penggemar duren. Kehangatan tubuh manakala buah duren dimakan mentah membuat para penikmat buah duren menjadi keranjingan.
Dalam buah duren memang mengandung senyawa alkololic. Sehingga jika buah duren dikonsumsi dalam jumlah banyak, akan mengakibatkan orang "mabuk duren". Apalagi untuk orang yang tidak terbiasa makan buah duren dalam jumlah banyak. Atau bagi mereka yang mengidap alergi, akan membuat seluruh tubuh terasa terbakar panas dan kemudian gatal-gatal. Namun bagi para penggila duren, kekhasan rasa dan aroma buah duren selalu membuat ketagihan.
Dari buah duren juga dapat diolah menjadi beberapa varian produk olahan. Dari makanan ringan seperti "lempok" atau sejenis wajik, sampai "tempoyak" yang menjadi bahan masakan khas Sumatera. Beberapa orang memang tidak menjadi penikmat produk olahan buah duren, lantaran "jijik" dengan bentuk daging buah yang kuning lembek.
Namun bagi sebagian besar penduduk negeri ini, bahkan orang luar, sangat menikmati buah duren yang hadir setahun sekali, saat musim duren tiba. Dan ketika saat itu datang, berkeranjang buah duren diturunkan dari gunung tinggi, dari tengah hutan belantara, dari pohon duren menjulang, sampai ke pinggir dusun hingga ruangan berpendingin di supermarket.
Maka ketika buah Asia yang berduri kulitnya, teronggok dijual bijian atau kiloan. Bentuk buah sebesar kelapa, berwarna kuning kecoklatan dan menebarkan aroma harum menyengat. Saat itu berarti musim duren telah tiba...
Salam PALM
Read More..
Senin, 10 Agustus 2009
WHITE PEPPER
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil dan pengekspor lada putih terbesar di dunia. Produksi lada putih Indonesia yang sebagian terbesar dihasilkan dari Provinsi Bangka Belitung dengan merk dagang “Muntok White Pepper”, telah dikenal sejak jaman kolonial Belanda, dengan rasa dan aroma yang khusus, yang tidak dimiliki oleh lada putih dari tempat/ wilayah lain di dunia. Muntok White Pepper dikenal sebagai salah satu lada terbaik di dunia.
Produksi lada putih Indonesia secara keseluruhan, mengalami kecenderungan yang terus menurun dari 43.500 ton (2000), 35.000 ton (2001), 41.000 ton (2002), 32.000 ton (2003), 25.000 ton (2004), 21.000 ton (2005), 20.000 ton (2006), 21.000 ton (2007), 20.000 ton (2008). Penurunan produksi lada putih yang cukup signifikan ini cukup memprihatinkan.
Sedangkan produksi Muntok White Pepper berjumlah 33.000 ton (2002), 27.000 ton (2003), 20.000 ton (2004), 16.000 ton (2005), 14.000 ton (2006), 14.000 ton (2007), 13.000 ton (2008). Export yang berasal dari Provinsi Bangka Belitung berjumlah 29.448 ton (2002), 21.199 ton (2003), 9.805 ton (2004), 11.568 ton (2005), 10.677 ton (2006), 11.000 ton (2007), 8.500 ton (2008).
Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam satu dasawarsa terakhir situasi perkebunan lada kita mengalami kemunduran dari semua segi. Dari segi yang paling umum terlihat pada luas pertanaman, produksi, dan ekspor mengalami kemunduran yang sangat signifikan, apalagi dari segi inovasi hampir tidak ada kemajuan kalaupun tidak disebut kemunduran. Indonesia yang merupakan daerah tropis penghasil utama lada, situasi ini tentu sangat mengkhawatirkan, terutama bila tidak ada perhatian khusus kita akan dapat menjadi pengimpor.
Secara jelas kenyataan ini dapat terlihat di daerah-daerah pusat produksi lada. Provinsi Bangka Belitung yang sejak lama dikenal menjadi pusat produksi lada putih, kondisi sebagian besar pertanaman petani sangat memprihatinkan, pemeliharaan sangat minimum bahkan tanpa pemeliharaan.
Di Provinsi Lampung yang dikenal sebagai pusat produksi lada hitam, kondisinya tidak jauh berbeda dengan yang di Bangka Belitung. Beberapa wilayah lain yang secara tradisional menjadi daerah produsen lada yang sukses seperti Kalimantan Barat kondisinya “setali tiga uang”.
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya gejala tersebut, tetapi yang paling pasti adalah faktor harga komoditas yang cenderung rendah dengan gejolak yang besar sehingga tidak cukup menarik bagi petani untuk berinovasi meningkatkan produksi perkebunannya. Selain itu tanaman ini merupakan tanaman yang batangnya tidak berkayu, sukulen, dan merambat, sehingga sangat mudah terserang hama dan penyakit, terutama infeksi jamur, bakteri, serangga dan bahkan nematoda.
Untuk tanaman tahunan, hal ini merupakan masalah yang sangat pelik karena kerugian besar yang timbul dan secara teknis penyulaman tidak dapat mengejar produksi. Pada gilirannya produktivitas lada menjadi sangat rendah, tidak hanya karena produktivitas per pohon yang sangat rendah tetapi juga populasi per luasannya cepat berkurang.
Akibat dari kedua faktor tersebut banyak petani meninggalkan tanaman lada dan beralih ke tanaman lain, seperti kopi, kakao, karet dan kelapa sawit. Padahal secara crop ecologis tanaman lada lebih sesuai dibandingkan timah yang merusak lingkungan dan kelapa sawit yang menghendaki radiasi surya tinggi.
Menurut Wahyudi (1989), pada dasarnya tanaman lada masih dapat memiliki daya saing yang lebih baik dari berbagai tanaman tersebut, bila pengelolaannya dapat dilaksanakan dengan lebih baik dari yang ada sekarang. Selain pengelolaan, kondisi yang sangat mendukung pengembangan lada di Bangka adalah adanya tipe iklim yang bimodal.
Adanya 2 puncak musim kemarau yaitu Januari dan April-Juni. Kemarau pendek pada bulan Januari mendorong pembentukan bunga. Selanjutnya bunga yang terbentuk, akan disempurnakan lagi perkembangan buahnya pada kemarau yang lebih panjang pada April – Juni, sehingga menaikkan produktivitas.
Sebagai cermin beberapa negara tetangga seperti Thailand, Malaysia dan Vietnam, yang pasti menghadapi persoalan serupa, masih mampu meningkatkan kinerja, paling tidak dari produksi dan ekspor yang masih meningkat. Secara logika pasti ada yang salah dengan perkebunan kita.
Pada dasarnya upaya yang dilaksanakan bukanlah hal-hal yang sama sekali baru atau spektakuler, tetapi sudah menjadi pengetahuan umum masyarakat, hanya tidak diterapkan untuk mempertahankan dan mengembangkan kinerja lada, yaitu pelaksanaan rekomendasi teknis sesuai dengan kondisi spesifik setempat dan didukung oleh kelembagaan sebagai wahana dari penerapan rekomendasi teknis.
Salam PALM
Read More..
Produksi lada putih Indonesia secara keseluruhan, mengalami kecenderungan yang terus menurun dari 43.500 ton (2000), 35.000 ton (2001), 41.000 ton (2002), 32.000 ton (2003), 25.000 ton (2004), 21.000 ton (2005), 20.000 ton (2006), 21.000 ton (2007), 20.000 ton (2008). Penurunan produksi lada putih yang cukup signifikan ini cukup memprihatinkan.
Sedangkan produksi Muntok White Pepper berjumlah 33.000 ton (2002), 27.000 ton (2003), 20.000 ton (2004), 16.000 ton (2005), 14.000 ton (2006), 14.000 ton (2007), 13.000 ton (2008). Export yang berasal dari Provinsi Bangka Belitung berjumlah 29.448 ton (2002), 21.199 ton (2003), 9.805 ton (2004), 11.568 ton (2005), 10.677 ton (2006), 11.000 ton (2007), 8.500 ton (2008).
Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam satu dasawarsa terakhir situasi perkebunan lada kita mengalami kemunduran dari semua segi. Dari segi yang paling umum terlihat pada luas pertanaman, produksi, dan ekspor mengalami kemunduran yang sangat signifikan, apalagi dari segi inovasi hampir tidak ada kemajuan kalaupun tidak disebut kemunduran. Indonesia yang merupakan daerah tropis penghasil utama lada, situasi ini tentu sangat mengkhawatirkan, terutama bila tidak ada perhatian khusus kita akan dapat menjadi pengimpor.
Secara jelas kenyataan ini dapat terlihat di daerah-daerah pusat produksi lada. Provinsi Bangka Belitung yang sejak lama dikenal menjadi pusat produksi lada putih, kondisi sebagian besar pertanaman petani sangat memprihatinkan, pemeliharaan sangat minimum bahkan tanpa pemeliharaan.
Di Provinsi Lampung yang dikenal sebagai pusat produksi lada hitam, kondisinya tidak jauh berbeda dengan yang di Bangka Belitung. Beberapa wilayah lain yang secara tradisional menjadi daerah produsen lada yang sukses seperti Kalimantan Barat kondisinya “setali tiga uang”.
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya gejala tersebut, tetapi yang paling pasti adalah faktor harga komoditas yang cenderung rendah dengan gejolak yang besar sehingga tidak cukup menarik bagi petani untuk berinovasi meningkatkan produksi perkebunannya. Selain itu tanaman ini merupakan tanaman yang batangnya tidak berkayu, sukulen, dan merambat, sehingga sangat mudah terserang hama dan penyakit, terutama infeksi jamur, bakteri, serangga dan bahkan nematoda.
Untuk tanaman tahunan, hal ini merupakan masalah yang sangat pelik karena kerugian besar yang timbul dan secara teknis penyulaman tidak dapat mengejar produksi. Pada gilirannya produktivitas lada menjadi sangat rendah, tidak hanya karena produktivitas per pohon yang sangat rendah tetapi juga populasi per luasannya cepat berkurang.
Akibat dari kedua faktor tersebut banyak petani meninggalkan tanaman lada dan beralih ke tanaman lain, seperti kopi, kakao, karet dan kelapa sawit. Padahal secara crop ecologis tanaman lada lebih sesuai dibandingkan timah yang merusak lingkungan dan kelapa sawit yang menghendaki radiasi surya tinggi.
Menurut Wahyudi (1989), pada dasarnya tanaman lada masih dapat memiliki daya saing yang lebih baik dari berbagai tanaman tersebut, bila pengelolaannya dapat dilaksanakan dengan lebih baik dari yang ada sekarang. Selain pengelolaan, kondisi yang sangat mendukung pengembangan lada di Bangka adalah adanya tipe iklim yang bimodal.
Adanya 2 puncak musim kemarau yaitu Januari dan April-Juni. Kemarau pendek pada bulan Januari mendorong pembentukan bunga. Selanjutnya bunga yang terbentuk, akan disempurnakan lagi perkembangan buahnya pada kemarau yang lebih panjang pada April – Juni, sehingga menaikkan produktivitas.
Sebagai cermin beberapa negara tetangga seperti Thailand, Malaysia dan Vietnam, yang pasti menghadapi persoalan serupa, masih mampu meningkatkan kinerja, paling tidak dari produksi dan ekspor yang masih meningkat. Secara logika pasti ada yang salah dengan perkebunan kita.
Pada dasarnya upaya yang dilaksanakan bukanlah hal-hal yang sama sekali baru atau spektakuler, tetapi sudah menjadi pengetahuan umum masyarakat, hanya tidak diterapkan untuk mempertahankan dan mengembangkan kinerja lada, yaitu pelaksanaan rekomendasi teknis sesuai dengan kondisi spesifik setempat dan didukung oleh kelembagaan sebagai wahana dari penerapan rekomendasi teknis.
Salam PALM
Read More..
Minggu, 09 Agustus 2009
SEBUAH EPISODE PEREMPUAN
Seorang perempuan tidak muda lagi,
Sendiri menjalani hidupnya yang keras…
Seorang perempuan belumlah tua renta,
Sendiri mengarungi hari-hari penuh tanya…
Kemanakah dia hari ini,
Sementara siang menjelang sore,
Bersiap untuk menghibur orang-orang linglung,
Perempuan dengan dandanan terkini siap tebarkan aroma kepalsuan…
Pada malam temaram, namun gemerlap,
Perempuan yang masih terlihat cantik, namun semu,
Temani lelaki yang lupa keluarga, namun selalu bergaya,
Pada sebuah episode kegembiraan senyap, namun gaduh…
Malam-malam tidaklah terlalu panjang,
Manakala lelaki sepi bertandang di guest room,
Malam-malam akan panjang dan melelahkan,
Manakala lelaki berduit tawarkan kenikmatan berhamburan…
Uang memang tidaklah menjadi tujuan hidup si perempuan,
Namun uang yang mengantarkan perempuan kembali,
Meniti hari-hari pada kehidupan malam yang maya,
Sebab ia tak sanggup menderita karena tak punya…
Seorang perempuan yang tiga kali bersuami,
Namun selalu kandas lantaran jadi yang kedua,
Perempuan yang sejak kecil terpisah dari keluarganya,
Bingung hendak kemana dan apa yang dikejarnya…
Seorang lelaki tidak terlalu tua tawarkan aroma kasih sayang,
Perempuan menyambutnya dengan sebelah hati yang galau,
Lelaki itu ajak kembali si perempuan mengenal sajadah,
Yang telah lama dilupakan karena berdo’a hanya sia-sia…
Seorang perempuan tidak butuh sajadah dan do’a-do’a,
Ia jemu dengan harapan dan cita-cita hanya sekedar kata,
Lelaki penuh cinta pasrah atas jawaban perempuan goyah,
Sebab mereka beranjak dari pertemuan sekejab di malam gemerlap…
Perempuan dengan mata indah namun redup tersedak,
Lelaki dengan tangan kasih melambai lirih kepada situasi,
Perpisahan memang mereka jadikan pertemuan tak berakhir,
Namun pertemuan di saat yang keliru telah tunjukkan keajaibannya…
Dua hati dapatlah bersatu di dunia yang sama,
Namun dua hati tidaklah abadi di dunia yang berbeda…
Perempuan penuh harapan dan cita-cita yang tak nyata,
Lelaki penuh kasih dan cinta datang dari dunia nyata…
Perempuan tidak pernah menyesali yang terjadi,
Lelaki ikhlas terhadap semua yang telah terjadi…
Seorang perempuan tidak muda lagi tetap sendiri,
Seorang lelaki tidak terlalu tua masih ada sebelah hati…
Perempuan tertawa lirih dalam isak tangis sepi,
Lelaki menangis sunyi dalam kenangan tak bertepi…
Palembang, 9 Agustus 2009
(dedicate for ladies club)
Salam PALM
Read More..
Sendiri menjalani hidupnya yang keras…
Seorang perempuan belumlah tua renta,
Sendiri mengarungi hari-hari penuh tanya…
Kemanakah dia hari ini,
Sementara siang menjelang sore,
Bersiap untuk menghibur orang-orang linglung,
Perempuan dengan dandanan terkini siap tebarkan aroma kepalsuan…
Pada malam temaram, namun gemerlap,
Perempuan yang masih terlihat cantik, namun semu,
Temani lelaki yang lupa keluarga, namun selalu bergaya,
Pada sebuah episode kegembiraan senyap, namun gaduh…
Malam-malam tidaklah terlalu panjang,
Manakala lelaki sepi bertandang di guest room,
Malam-malam akan panjang dan melelahkan,
Manakala lelaki berduit tawarkan kenikmatan berhamburan…
Uang memang tidaklah menjadi tujuan hidup si perempuan,
Namun uang yang mengantarkan perempuan kembali,
Meniti hari-hari pada kehidupan malam yang maya,
Sebab ia tak sanggup menderita karena tak punya…
Seorang perempuan yang tiga kali bersuami,
Namun selalu kandas lantaran jadi yang kedua,
Perempuan yang sejak kecil terpisah dari keluarganya,
Bingung hendak kemana dan apa yang dikejarnya…
Seorang lelaki tidak terlalu tua tawarkan aroma kasih sayang,
Perempuan menyambutnya dengan sebelah hati yang galau,
Lelaki itu ajak kembali si perempuan mengenal sajadah,
Yang telah lama dilupakan karena berdo’a hanya sia-sia…
Seorang perempuan tidak butuh sajadah dan do’a-do’a,
Ia jemu dengan harapan dan cita-cita hanya sekedar kata,
Lelaki penuh cinta pasrah atas jawaban perempuan goyah,
Sebab mereka beranjak dari pertemuan sekejab di malam gemerlap…
Perempuan dengan mata indah namun redup tersedak,
Lelaki dengan tangan kasih melambai lirih kepada situasi,
Perpisahan memang mereka jadikan pertemuan tak berakhir,
Namun pertemuan di saat yang keliru telah tunjukkan keajaibannya…
Dua hati dapatlah bersatu di dunia yang sama,
Namun dua hati tidaklah abadi di dunia yang berbeda…
Perempuan penuh harapan dan cita-cita yang tak nyata,
Lelaki penuh kasih dan cinta datang dari dunia nyata…
Perempuan tidak pernah menyesali yang terjadi,
Lelaki ikhlas terhadap semua yang telah terjadi…
Seorang perempuan tidak muda lagi tetap sendiri,
Seorang lelaki tidak terlalu tua masih ada sebelah hati…
Perempuan tertawa lirih dalam isak tangis sepi,
Lelaki menangis sunyi dalam kenangan tak bertepi…
Palembang, 9 Agustus 2009
(dedicate for ladies club)
Salam PALM
Read More..
Sabtu, 08 Agustus 2009
SEBUAH EPISODE LELAKI
Bulan penuh di cakrawala malam,
Dingin subuh sebentar lagi kan jelang…
Seorang lelaki tetap terjaga dari lena malam yang lelap…
Redup mata, redup rembulan, seakan sama…
Sebuah hati tergeletak lemah di sisi malam…
Sendiri, sepi…
Pada malam, pada rembulan…
Cakrawala masih kelam…
Bintik bintang di langit beradu dengan tetes bening embun…
Lelaki, rembulan malam, cakrawala kelam, bintik bintang, bening embun jelang pagi…
Seakan tak kuasa tuk hampiri hati…
Yang tergeletak…
Sendiri…
Lelaki…
Sepi…
Bertanya dengan siapa lagi…
Sisi malam tetap kelam…
Sebuah hati tetap sepi…
Entah esok pagi jika matahari kan hampiri…
Lelaki punya hati…
Tapi malam punya rembulan…
Cakrawala miliki bintang…
Subuh miliki embun…
Ada hati, ada lelaki…
Tapi malam kan kian sepi…
Entahlah…
Palembang, 8 Agustus 2009
(dedicate for every husbands)
Salam PALM
Read More..
Dingin subuh sebentar lagi kan jelang…
Seorang lelaki tetap terjaga dari lena malam yang lelap…
Redup mata, redup rembulan, seakan sama…
Sebuah hati tergeletak lemah di sisi malam…
Sendiri, sepi…
Pada malam, pada rembulan…
Cakrawala masih kelam…
Bintik bintang di langit beradu dengan tetes bening embun…
Lelaki, rembulan malam, cakrawala kelam, bintik bintang, bening embun jelang pagi…
Seakan tak kuasa tuk hampiri hati…
Yang tergeletak…
Sendiri…
Lelaki…
Sepi…
Bertanya dengan siapa lagi…
Sisi malam tetap kelam…
Sebuah hati tetap sepi…
Entah esok pagi jika matahari kan hampiri…
Lelaki punya hati…
Tapi malam punya rembulan…
Cakrawala miliki bintang…
Subuh miliki embun…
Ada hati, ada lelaki…
Tapi malam kan kian sepi…
Entahlah…
Palembang, 8 Agustus 2009
(dedicate for every husbands)
Salam PALM
Read More..
Jumat, 07 Agustus 2009
BUFFER ZONE (2)
BUFFER ZONE Talang Air Malus masihlah beruntung. Potensi kerusakan lingkungan hidup akibat aktivitas oknum yang tidak bertanggung-jawab menjadi perhatian serius instansi yang berkompeten. Tahun 2004 sampai 2006, dengan difasilitasi oleh Yayasan Palma (LSM lokal yang domain kegiatannya pada upaya konservasi sumberdaya hayati), dan kelompok dampingannya, masyarakat Talang Air Malus, bersama-sama bahu-membahu mereboisasi kawasan konservasi seluas 350 hektar, dengan 75 hektar tahap pertama, 145 hektar tahap kedua dan 130 hektar tahap akhir.
Namun, seperti juga kepedulian kita terhadap kegiatan pembangunan hutan konservasi atau kawasan reboisasi, seringkali dianggap “berhamburan rupiah”nya. Sehingga, beberapa “semut-semut gatal” mendatangi para pekerja konservasi, yang ironinya para semut ini bergentayangan mengisap tetes keringat pejuang konservasi.
Pejuang konservasinya kebanyakan adalah masyarakat lokal sendiri, yang sadar bahwa lingkungan hayati di dusunnya harus diselamatkan. Dan semut gatalnya adalah orang luar yang “kelewat peduli” dengan persoalan “proyek” dan bukan peduli dengan misi penyelamatan lingkungan. Bahkan ironisnya, tidak mengerti sama sekali dengan yang namanya “KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI”.
Wahai saudaraku, Talang Air Malus merupakan salah satu wilayah kota yang masih banyak belum tersentuh pembangungan fisik. Lihat saja, jalannya masih tanah merah bercampur koral swadaya masyarakat, listrik tidak ada, sinyal telepon selular juga tidak ada segarispun.
Untungnya di dusun buffer zone TNKS ini, sudah ada SD dan Puskesmas. Dengan penduduk 150-an KK, dusun yang termasuk dalam wilayah Kelurahan Petanang Ulu ini, dalam geliat kehidupannya jauh dari gambaran sebuah “wilayah perkotaan”. Namun hebatnya, keramah-tamahan penduduk asli di Talang Air Malus, jauh dari gambaran “wajah sangar orang dusun” atau “penuh kepura-puraan” khas wajah orang kota atau “sikap sok tahu” para semut gatal.
Talang Air Malus memang permai, apalagi jika tanaman reboisasi beberapa tahun kemudian tumbuh perkasa di bentang perbukitan TNKS. Apalagi jika nantinya jalan menuju dusun ini berkesempatan disentuh pembangunan. Apalagi jika Sungai Malus yang diseberangi dengan jembatan rakit nantinya diganti dengan jembatan gantung atau beton.
Sungguh akan banyak yang berminat untuk berkunjung di dusun ini, menyusul para pejabat lokal dan calon pejabat yang mencari dukungan, telah menjejakkan kaki di tanah permai Talang Air Malus. Sembari mencari buah tangan berupa durian hutan atau petai hutan, atau mencicipi ikan “tiluk” goreng sembari membasuh kaki di jernihnya air Sungai Malus. Hemmm…sebuah fantasi “back to nature” yang nyata ada di sana, di Talang Air Malus.
Salam PALM
Read More..
Namun, seperti juga kepedulian kita terhadap kegiatan pembangunan hutan konservasi atau kawasan reboisasi, seringkali dianggap “berhamburan rupiah”nya. Sehingga, beberapa “semut-semut gatal” mendatangi para pekerja konservasi, yang ironinya para semut ini bergentayangan mengisap tetes keringat pejuang konservasi.
Pejuang konservasinya kebanyakan adalah masyarakat lokal sendiri, yang sadar bahwa lingkungan hayati di dusunnya harus diselamatkan. Dan semut gatalnya adalah orang luar yang “kelewat peduli” dengan persoalan “proyek” dan bukan peduli dengan misi penyelamatan lingkungan. Bahkan ironisnya, tidak mengerti sama sekali dengan yang namanya “KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI”.
Wahai saudaraku, Talang Air Malus merupakan salah satu wilayah kota yang masih banyak belum tersentuh pembangungan fisik. Lihat saja, jalannya masih tanah merah bercampur koral swadaya masyarakat, listrik tidak ada, sinyal telepon selular juga tidak ada segarispun.
Untungnya di dusun buffer zone TNKS ini, sudah ada SD dan Puskesmas. Dengan penduduk 150-an KK, dusun yang termasuk dalam wilayah Kelurahan Petanang Ulu ini, dalam geliat kehidupannya jauh dari gambaran sebuah “wilayah perkotaan”. Namun hebatnya, keramah-tamahan penduduk asli di Talang Air Malus, jauh dari gambaran “wajah sangar orang dusun” atau “penuh kepura-puraan” khas wajah orang kota atau “sikap sok tahu” para semut gatal.
Talang Air Malus memang permai, apalagi jika tanaman reboisasi beberapa tahun kemudian tumbuh perkasa di bentang perbukitan TNKS. Apalagi jika nantinya jalan menuju dusun ini berkesempatan disentuh pembangunan. Apalagi jika Sungai Malus yang diseberangi dengan jembatan rakit nantinya diganti dengan jembatan gantung atau beton.
Sungguh akan banyak yang berminat untuk berkunjung di dusun ini, menyusul para pejabat lokal dan calon pejabat yang mencari dukungan, telah menjejakkan kaki di tanah permai Talang Air Malus. Sembari mencari buah tangan berupa durian hutan atau petai hutan, atau mencicipi ikan “tiluk” goreng sembari membasuh kaki di jernihnya air Sungai Malus. Hemmm…sebuah fantasi “back to nature” yang nyata ada di sana, di Talang Air Malus.
Salam PALM
Read More..
Kamis, 06 Agustus 2009
BUFFER ZONE (1)
BUFFER ZONE atau zona penyanggah adalah suatu kawasan tepian hutan lindung yang berbatasan antara zona inti (sanctuary zone) dengan zona pemanfaatan yang dimukimi penduduk lokal. Salah satu contoh buffer zone adalah sebuah lokasi terpencil di pinggiran Kota Lubuklinggau, bernama Talang Air Malus, dengan sajian landscape alamnya yang permai berikut kearifan tradisional masyarakatnya yang masih tersisa, ternyata memiliki segudang potensi yang belum dilirik oleh banyak pihak.
Padahal, talang (dusun) yang berjarak lebih kurang 17 kilometer dari pusat Kota Lubuklinggau ini, selain potensi sumberdaya alamnya banyak yang belum tersentuh, juga potensi sumberdaya manusia yang masih kental tradisi asli lokalitanya dan terus bertahan di tengah derasnya pembangunan infrastruktur di Bumi Sebiduk Semare.
Dengan jarak lokasi yang tidak terlalu jauh dari pusat kota, mestinya dusun ini yang dapat ditempuh paling 15 menit, menjadi lebih dari 1 jam. Kondisi jalan menuju Talang Air Malus memang masih memprihatinkan, apalagi jika musim hujan. Praktis hal ini semakin mempersulit kelancaran transportasi yang juga berimbas kepada tersendatnya arus informasi dan lemahnya akselerasi peningkatan taraf perekonomian masyarakat.
Talang Air Malus merupakan daerah buffer zone dari sebuah kawasan konservasi internasional bernama Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) region Sumatera Selatan, tepatnya pada subregion Kota Lubuklinggau. Sebagai zonasi penyanggah ekologi plasma nutfah TNKS, Talang Air Malus secara langsung bersentuhan dengan kepentingan upaya pelestarian lingkungan hidup, yang tidak saja memiliki arti bagi daerah ini tetapi juga bagi dunia.
Namun sayangnya, peran ekologis zona penyanggah seperti Talang Air Malus masih dipandang sebelah mata. Terbukti, tapal batas zonasi antara zona penyanggah dengan zona inti (sanctuary zone) hampir tidak jelas lagi. Entah akibat rusak secara alamiah, ataupun sengaja di”rusak” oleh para oknum yang berkepentingan terhadap eksploitasi sumberdaya alam secara liar, seperti para penjarah hutan dan pembalak kayu (illegal logger).
Belum lagi perhatian petugas Jagawana yang entah setahun paling hanya satu kali melakukan patroli kontrol di wilayah ini. Lebih ironis lagi, dunia per-kayuan di daerah ini menjadi kaplingan upeti para serdadu yang doyan berburu “sangu” alias “angpao”. Lucunya, pernah suatu kali antar mereka hampir baku-hantam disaksikan penduduk lokal dan riak air sungai malus nan jernih, gara-gara saling “klaim” kayu.
Memang, Sungai Malus sekarang masih jernih. Masih dapat jelas dilihat dari atas permukaan air, ikan-ikan berenang di bebatuan dasar sungai. Sungai ini juga menjadi sarana transportasi praktis masyarakat untuk mengangkut hasil kebun, seperti bokar (bahan olah karet atau slab lateks), kopi, padi dan sayuran. Dengan alat angkut sederhana, yaitu rakit bambu, masyarakat juga sering mengangkut kebutuhan pokok mereka melalui sungai kecil ini.
Sungai Malus memang sungai kecil. Dengan lebar lebih kurang 20 meter, sungai ini memberi warna bagi kehidupan lokal masyarakatnya yang mayoritas petani tradisional. Namun ada terbersit kekhawatiran, seiring dengan laju pertumbuhan penduduk yang tidak berimbang dengan laju penambahan lapangan usaha, maka suatu saat nanti sungai ini akan berubah warna dari wajah aslinya.
Saat ini saja, sudah beberapa mobil bak (truk atau pick-up) yang hilir-mudik mengangkut batu kali dari Sungai Malus. Belum lagi, berkubik-kubik kayu sering dihanyutkan melalui sungai kecil ini. Jadilah sungai yang semula jernih, berangsur-angsur berubah warna.
Perubahan wajah sungai nan jernih tersebut dapat saja karena aktivitas warga, ataupun eksploitasi batu kali, namun dapat juga dipastikan karena hutan di wilayah hulu sungai sudah semakin berkurang. Maka, Talang Air Malus nan permai dengan sungainya nan jernih, pada saatnya nanti tidak akan permai lagi...
Salam PALM
Read More..
Padahal, talang (dusun) yang berjarak lebih kurang 17 kilometer dari pusat Kota Lubuklinggau ini, selain potensi sumberdaya alamnya banyak yang belum tersentuh, juga potensi sumberdaya manusia yang masih kental tradisi asli lokalitanya dan terus bertahan di tengah derasnya pembangunan infrastruktur di Bumi Sebiduk Semare.
Dengan jarak lokasi yang tidak terlalu jauh dari pusat kota, mestinya dusun ini yang dapat ditempuh paling 15 menit, menjadi lebih dari 1 jam. Kondisi jalan menuju Talang Air Malus memang masih memprihatinkan, apalagi jika musim hujan. Praktis hal ini semakin mempersulit kelancaran transportasi yang juga berimbas kepada tersendatnya arus informasi dan lemahnya akselerasi peningkatan taraf perekonomian masyarakat.
Talang Air Malus merupakan daerah buffer zone dari sebuah kawasan konservasi internasional bernama Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) region Sumatera Selatan, tepatnya pada subregion Kota Lubuklinggau. Sebagai zonasi penyanggah ekologi plasma nutfah TNKS, Talang Air Malus secara langsung bersentuhan dengan kepentingan upaya pelestarian lingkungan hidup, yang tidak saja memiliki arti bagi daerah ini tetapi juga bagi dunia.
Namun sayangnya, peran ekologis zona penyanggah seperti Talang Air Malus masih dipandang sebelah mata. Terbukti, tapal batas zonasi antara zona penyanggah dengan zona inti (sanctuary zone) hampir tidak jelas lagi. Entah akibat rusak secara alamiah, ataupun sengaja di”rusak” oleh para oknum yang berkepentingan terhadap eksploitasi sumberdaya alam secara liar, seperti para penjarah hutan dan pembalak kayu (illegal logger).
Belum lagi perhatian petugas Jagawana yang entah setahun paling hanya satu kali melakukan patroli kontrol di wilayah ini. Lebih ironis lagi, dunia per-kayuan di daerah ini menjadi kaplingan upeti para serdadu yang doyan berburu “sangu” alias “angpao”. Lucunya, pernah suatu kali antar mereka hampir baku-hantam disaksikan penduduk lokal dan riak air sungai malus nan jernih, gara-gara saling “klaim” kayu.
Memang, Sungai Malus sekarang masih jernih. Masih dapat jelas dilihat dari atas permukaan air, ikan-ikan berenang di bebatuan dasar sungai. Sungai ini juga menjadi sarana transportasi praktis masyarakat untuk mengangkut hasil kebun, seperti bokar (bahan olah karet atau slab lateks), kopi, padi dan sayuran. Dengan alat angkut sederhana, yaitu rakit bambu, masyarakat juga sering mengangkut kebutuhan pokok mereka melalui sungai kecil ini.
Sungai Malus memang sungai kecil. Dengan lebar lebih kurang 20 meter, sungai ini memberi warna bagi kehidupan lokal masyarakatnya yang mayoritas petani tradisional. Namun ada terbersit kekhawatiran, seiring dengan laju pertumbuhan penduduk yang tidak berimbang dengan laju penambahan lapangan usaha, maka suatu saat nanti sungai ini akan berubah warna dari wajah aslinya.
Saat ini saja, sudah beberapa mobil bak (truk atau pick-up) yang hilir-mudik mengangkut batu kali dari Sungai Malus. Belum lagi, berkubik-kubik kayu sering dihanyutkan melalui sungai kecil ini. Jadilah sungai yang semula jernih, berangsur-angsur berubah warna.
Perubahan wajah sungai nan jernih tersebut dapat saja karena aktivitas warga, ataupun eksploitasi batu kali, namun dapat juga dipastikan karena hutan di wilayah hulu sungai sudah semakin berkurang. Maka, Talang Air Malus nan permai dengan sungainya nan jernih, pada saatnya nanti tidak akan permai lagi...
Salam PALM
Read More..
Rabu, 05 Agustus 2009
IBU TANI (sebuah dedikasi)
IBU TANI adalah sebutan untuk petani perempuan. Ibu tani menjadi bagian tak terpisahkan dari sistem bertani di seluruh belahan dunia, bahkan 70 % petani adalah ibu tani. Namun ironisnya, sebagian besar ibu tani dimarjinalkan hanya sebagai komplement, pelengkap sistem pertanian, atau hanya menjadi buruh tani. Dan yang lebih memprihatinkan, nasib ibu tani di beberapa wilayah, tak lebih dari "budak" egoisme dari dominasi pria yang adalah para suami, atau pak tani...
dan ketika fajar belum menyingsing,
sang ibu memasak air dan menanak nasi...
dan ketika fajar menyingsing,
sang ibu membangunkan suami dan anak-anaknya...
dan ketika air telah mendidih,
segelas besar kopi menghangatkan tenggorokan suami...
seteko teh tubruk agak pahit, karena kurang gula, membasahi lidah anak-anaknya, anak-anak tani...
dan ketika nasi telah masak,
dibungkusnya dengan daun pisang bersama rebusan daun ubi,
yang dimasak bersama dalam satu wadah ketika menanak nasi...
nasi dan rebus daun ubi,
bersama air masak di dalam teko,
dibawa ibu ke sawah, tempat asal nasi dan daun ubi...
ketika matahari belum terlihat penuh,
temaram pagi yang dingin masih menyelimuti,
bersama rinai embun dan halimun yang menggantung,
ibu, suami dan anak-anaknya beriringan meniti pematang...
ketika matahari mulai membagi cayaya lembutnya,
cangkul dan arit memecah lumpur, membabat gulma,
mengalirkan air irigasi demi harapan musim panen nanti...
ketika matahari bersinar tinggi di atas kepala,
nasi, rebus daun ubi, ditambah ikan bakar tangkapan anak-anak di irigasi,
menjadi sajian ibu di atas tikar lapuk, bernaung atap ilalang pondok bambu yang hampir rubuh...
ketika matahari akan istirahat di ufuk barat,
ibu berkemas, suami merokok, anak-anak mandi di irigasi,
dengan keranjang di punggung, dibawanya semua yang dapat dibawa ke rumah,
untuk malam nanti, untuk esok pagi, untuk hari-hari seperti hari ini, lagi...
ibu tani, buruh suami...
ibu tani, bunda anak-anak tani...
ibu tani, ibu pertiwi...
ibu tani, tidak mengenal teknologi...
ibu tani, tetap buruh suami...
ibu tani, tetap bunda anak-anak tani...
kemarin, hari ini, esok, entah nanti...
Salam PALM
Read More..
dan ketika fajar belum menyingsing,
sang ibu memasak air dan menanak nasi...
dan ketika fajar menyingsing,
sang ibu membangunkan suami dan anak-anaknya...
dan ketika air telah mendidih,
segelas besar kopi menghangatkan tenggorokan suami...
seteko teh tubruk agak pahit, karena kurang gula, membasahi lidah anak-anaknya, anak-anak tani...
dan ketika nasi telah masak,
dibungkusnya dengan daun pisang bersama rebusan daun ubi,
yang dimasak bersama dalam satu wadah ketika menanak nasi...
nasi dan rebus daun ubi,
bersama air masak di dalam teko,
dibawa ibu ke sawah, tempat asal nasi dan daun ubi...
ketika matahari belum terlihat penuh,
temaram pagi yang dingin masih menyelimuti,
bersama rinai embun dan halimun yang menggantung,
ibu, suami dan anak-anaknya beriringan meniti pematang...
ketika matahari mulai membagi cayaya lembutnya,
cangkul dan arit memecah lumpur, membabat gulma,
mengalirkan air irigasi demi harapan musim panen nanti...
ketika matahari bersinar tinggi di atas kepala,
nasi, rebus daun ubi, ditambah ikan bakar tangkapan anak-anak di irigasi,
menjadi sajian ibu di atas tikar lapuk, bernaung atap ilalang pondok bambu yang hampir rubuh...
ketika matahari akan istirahat di ufuk barat,
ibu berkemas, suami merokok, anak-anak mandi di irigasi,
dengan keranjang di punggung, dibawanya semua yang dapat dibawa ke rumah,
untuk malam nanti, untuk esok pagi, untuk hari-hari seperti hari ini, lagi...
ibu tani, buruh suami...
ibu tani, bunda anak-anak tani...
ibu tani, ibu pertiwi...
ibu tani, tidak mengenal teknologi...
ibu tani, tetap buruh suami...
ibu tani, tetap bunda anak-anak tani...
kemarin, hari ini, esok, entah nanti...
Salam PALM
Read More..
Selasa, 04 Agustus 2009
PETANI & PENULIS (sebuah dedikasi)
PETANI dan PENULIS adalah bentuk sinergisasi yang bersimbiose merdeka, tanpa dibatasi ruang dan waktu... Bahkan ketika petani di ladang, penulis juga di ladang, tapi bukan ladang yang sama...
ketika para guru turun dari pertapaan...
maka dunia persilatan jadi terpana...
terhenti sesaat dari pertikaian memberebutkan gelar...
siapa yang paling digjaya diantara pendekar tanpa tanding...
ketika para dewa turun dari khayangan...
maka dunia para guru dan pendekar jadi terkesima...
tertuju sementara perhatian dari semua pertarungan tanpa akhir...
karena tidak jelas apa yang diperebutkan guru dan pendekar, gelar atau pusaka...
ketika itu para petani tetap mencangkul di sawah ladang...
ketika itu juga para penulis tetap menulis di daun lontar bernama milis...
apakah yang terjadi... (what)
siapakah para pendekar bertarung... (who)
mengapa para guru keluar dari pertapaan... (why)
dimana para dewa bertemu para guru dan pendekar... (where)
kapankah sang diraja dapat meneruskan titahnya demi kerajaan... (when)
bagaimana petani, penulis, hulubalang, abdi dalem dapat kembali mengabdi... (how)
demi dunianya, demi hidupnya, demi keluarganya dan demi kenangannya...
musim hujan telah berlalu... musim kemarau sudah menunggu...
petani berlalu... penulis menunggu...
bermodal cangkul...
bermodal ide 5W+H...
untuk kecintaan yang dalam...
untuk sayang yang tak redam...
untuk rindu tiada jemu...
untuk ibu...
INDONESIA
(special for kawan Syam & aku sendiri)
janji sebutir benih adalah hutan...
janji sebatang palm adalah spora...
yang menjadi benih palm-palm baru...
Salam PALM
Read More..
ketika para guru turun dari pertapaan...
maka dunia persilatan jadi terpana...
terhenti sesaat dari pertikaian memberebutkan gelar...
siapa yang paling digjaya diantara pendekar tanpa tanding...
ketika para dewa turun dari khayangan...
maka dunia para guru dan pendekar jadi terkesima...
tertuju sementara perhatian dari semua pertarungan tanpa akhir...
karena tidak jelas apa yang diperebutkan guru dan pendekar, gelar atau pusaka...
ketika itu para petani tetap mencangkul di sawah ladang...
ketika itu juga para penulis tetap menulis di daun lontar bernama milis...
apakah yang terjadi... (what)
siapakah para pendekar bertarung... (who)
mengapa para guru keluar dari pertapaan... (why)
dimana para dewa bertemu para guru dan pendekar... (where)
kapankah sang diraja dapat meneruskan titahnya demi kerajaan... (when)
bagaimana petani, penulis, hulubalang, abdi dalem dapat kembali mengabdi... (how)
demi dunianya, demi hidupnya, demi keluarganya dan demi kenangannya...
musim hujan telah berlalu... musim kemarau sudah menunggu...
petani berlalu... penulis menunggu...
bermodal cangkul...
bermodal ide 5W+H...
untuk kecintaan yang dalam...
untuk sayang yang tak redam...
untuk rindu tiada jemu...
untuk ibu...
INDONESIA
(special for kawan Syam & aku sendiri)
janji sebutir benih adalah hutan...
janji sebatang palm adalah spora...
yang menjadi benih palm-palm baru...
Salam PALM
Read More..
Senin, 03 Agustus 2009
SURAU PINGGIR PANTAI
SURAU atau nama lain musholla, adalah tempat ibadah umat Islam, selain masjid. Bedanya adalah jika masjid besar atau megah, maka musholla atau surau biasanya kecil atau sederhana namun jumlahnya dalam suatu wilayah bisa lebih banyak dari masjid. Dan surau ada, menyebar di gang, lorong atau pelosok wilayah, sampai ke pinggir pantai...
Surau sejak dahulu menjadi tempat penuh kesederhanaan, namun menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan beragama umat Islam di Indonesia. Dari surau, telah banyak lahir orang-orang besar atau tokoh nasional, atau hanya sekedar pemimpin di instansi dan organisasi.
Kesederhanaan dan kesahajaan surau, meninggalkan memori tersendiri, ketika anak-anak muslim mulai mengenal agama atau hanya belajar mengaji. Di surau, dengan guru-guru ngaji yang juga sederhana, anak-anak belajar membaca dan menulis huruf arab, untuk kemudian membaca dan memahami Al-Qur'an, kitab suci agama Islam.
Karena letaknya di pelosok kampung, surau menjadi sangat strategis dalam syiar agama Islam. Surau menjadi sekolah informal generasi yang akan melangkah ke dalam hidup di masa depan. Keimanan dan keilmuan didapat anak-anak surau secara sinergis, untuk kemudian diamalkan di tengah kehidupan masyarakat dimana anak-anak tersebut telah tumbuh dewasa dan bekerja.
Iman tanpa ilmu membuat manusia jadi kosong jiwanya, sebaliknya ilmu tanpa iman membuat manusia jadi buta mata hatinya. Tanpa iman dan ilmu, maka tidak ada sesuatu yang berarti untuk diamalkan oleh umat manusia. Jadilah kepincangan dimana-mana, dalam bentuk ketidak harmonisan kehidupan bermasyarakat. Surau bisa jadi menjadi salah satu solusi penyeimbang kehidupan manusia.
Tidak masalah dimana letak surau berada. Yang jelas, surau telah memberikan banyak hikmah kepada pecinta dan pengunjung surau. Melalui kesederhanaan bangunannya, kesahajaan para kyai dan alim ulamanya, suara merdu muadzin yang terdengar setiap lima waktu sholat, sampai alunan suara qori yang melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an, atau senda gurau polos anak-anak surau...
Surau memang telah memberikan nafas tersendiri bagi denyut nadi kehidupan umat manusia yang taat akan ajaran agamanya, Islam. Tidak menjadi suatu hal yang aneh dimana surau didirikan dan ikut menghidupkan Islam. Entah di pegunungan nan tinggi, di hutan belantara, di tepi sungai, atau di pinggir pantai...
Salam PALM
Read More..
Surau sejak dahulu menjadi tempat penuh kesederhanaan, namun menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan beragama umat Islam di Indonesia. Dari surau, telah banyak lahir orang-orang besar atau tokoh nasional, atau hanya sekedar pemimpin di instansi dan organisasi.
Kesederhanaan dan kesahajaan surau, meninggalkan memori tersendiri, ketika anak-anak muslim mulai mengenal agama atau hanya belajar mengaji. Di surau, dengan guru-guru ngaji yang juga sederhana, anak-anak belajar membaca dan menulis huruf arab, untuk kemudian membaca dan memahami Al-Qur'an, kitab suci agama Islam.
Karena letaknya di pelosok kampung, surau menjadi sangat strategis dalam syiar agama Islam. Surau menjadi sekolah informal generasi yang akan melangkah ke dalam hidup di masa depan. Keimanan dan keilmuan didapat anak-anak surau secara sinergis, untuk kemudian diamalkan di tengah kehidupan masyarakat dimana anak-anak tersebut telah tumbuh dewasa dan bekerja.
Iman tanpa ilmu membuat manusia jadi kosong jiwanya, sebaliknya ilmu tanpa iman membuat manusia jadi buta mata hatinya. Tanpa iman dan ilmu, maka tidak ada sesuatu yang berarti untuk diamalkan oleh umat manusia. Jadilah kepincangan dimana-mana, dalam bentuk ketidak harmonisan kehidupan bermasyarakat. Surau bisa jadi menjadi salah satu solusi penyeimbang kehidupan manusia.
Tidak masalah dimana letak surau berada. Yang jelas, surau telah memberikan banyak hikmah kepada pecinta dan pengunjung surau. Melalui kesederhanaan bangunannya, kesahajaan para kyai dan alim ulamanya, suara merdu muadzin yang terdengar setiap lima waktu sholat, sampai alunan suara qori yang melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an, atau senda gurau polos anak-anak surau...
Surau memang telah memberikan nafas tersendiri bagi denyut nadi kehidupan umat manusia yang taat akan ajaran agamanya, Islam. Tidak menjadi suatu hal yang aneh dimana surau didirikan dan ikut menghidupkan Islam. Entah di pegunungan nan tinggi, di hutan belantara, di tepi sungai, atau di pinggir pantai...
Salam PALM
Read More..
Minggu, 02 Agustus 2009
AGENDA
AGENDA menjadi alat bantu yang penting bagi setiap orang yang sibuk dengan kerja, kegiatan dan rutinitas yang tak henti setiap waktunya. Alat ini dapat menjadi menu harian atau urut sistematika aktivitas seseorang secara individual atau kelompok, lembaga, instansi, institusi, kantor dan organisasi secara kolektif. Sebagai alat bantu, agenda mempunyai peran cukup penting, misalnya dalam hal sebagai catatan dalam setiap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, maupun pengawasan, bahkan menjadi "track" rekam jejak dinamika aktivitas yang telah, sedang atau akan terjadi. Atau, hanya sekedar media "curhat" sebagai teman komunikasi intrapersonal...
Pada satu perumpamaan, agenda adalah processornya sebuah sistem kerja yang urut dan terencana, dengan akses serta dampak yang terukur atau terdefinisi dalam tulisan. Sebagai instalasi processor, tentu saja agenda dapat menjadi duplikasi memori pemikiran individu manusia sebagai subjeknya, yang tertuang dalam catatan berbentuk tulisan.
Berbahaya sekali misalnya, agenda seseorang jatuh ke tangan orang lain, apalagi orang tersebut jelas-jelas kompetitor atau musuh persaingan kerja, maka duplikasi memori sang pemilik agenda akan terdeteksi dan bisa jadi menjadi bahan "plagiat" yang selanjutnya diklaim sebagai milik sang penemu agenda. Jadilah, ide, gagasan atau pemikiran sang empunya agenda jatuh "take over" kepada "sang plagiat" yang tentu saja menafikan suatu orisinalitas intelektual.
Justifikasi hak cipta (property right) dari sebuah karya cerdas pihak lain (piracy atau pembajakan), sudah seringkali terjadi secara luas pada segmen berlapis, baik secara individu, kelompok ataupun massal. Dan sudah seringkali juga menjadi hal yang "lumrah", lantas kemudian berlalu begitu saja dibawa angin terbang ke dunia "antah berantah".
Peringatan dini yang dapat diambil hikmah dari guratan tulisan ini adalah, hati-hati dalam membuat, membawa dan menyimpan sebuah agenda. Karena darinya dapat muncul sesuatu yang tidak terduga, di luar prediksi dan bisa jadi berdampak kepada beban psikologis, yaitu mengakibatkan rasa penyesalan berkepanjangan.
Dari kegunaan dan kekuatan sebuah agenda juga dapat muncul ide-ide kreatif, gagasan inovatif dan pemikiran cerdas konstruktif. Pada beberapa individu, agenda tidaklah menjadi penting atau alat bantu kinerja. Mereka lebih mengandalkan ingatan otak sebagai "CPU" (processor) dalam aktivitas keseharian.
Otodidakasi mereka yang tidak menggunakan alat bantu pengingat, dapat melebihi kekuatan agenda dalam menyimpan memori untuk diaktualisasikan dalam gerak aktivitas sepanjang hayat. Tidak banyak orang seperti itu, namun mereka ada dan telah membuktikan kekuatan hati dan fikiran untuk menghasilkan mahakarya bernama gagasan cemerlang...
Salam PALM
Read More..
Pada satu perumpamaan, agenda adalah processornya sebuah sistem kerja yang urut dan terencana, dengan akses serta dampak yang terukur atau terdefinisi dalam tulisan. Sebagai instalasi processor, tentu saja agenda dapat menjadi duplikasi memori pemikiran individu manusia sebagai subjeknya, yang tertuang dalam catatan berbentuk tulisan.
Berbahaya sekali misalnya, agenda seseorang jatuh ke tangan orang lain, apalagi orang tersebut jelas-jelas kompetitor atau musuh persaingan kerja, maka duplikasi memori sang pemilik agenda akan terdeteksi dan bisa jadi menjadi bahan "plagiat" yang selanjutnya diklaim sebagai milik sang penemu agenda. Jadilah, ide, gagasan atau pemikiran sang empunya agenda jatuh "take over" kepada "sang plagiat" yang tentu saja menafikan suatu orisinalitas intelektual.
Justifikasi hak cipta (property right) dari sebuah karya cerdas pihak lain (piracy atau pembajakan), sudah seringkali terjadi secara luas pada segmen berlapis, baik secara individu, kelompok ataupun massal. Dan sudah seringkali juga menjadi hal yang "lumrah", lantas kemudian berlalu begitu saja dibawa angin terbang ke dunia "antah berantah".
Peringatan dini yang dapat diambil hikmah dari guratan tulisan ini adalah, hati-hati dalam membuat, membawa dan menyimpan sebuah agenda. Karena darinya dapat muncul sesuatu yang tidak terduga, di luar prediksi dan bisa jadi berdampak kepada beban psikologis, yaitu mengakibatkan rasa penyesalan berkepanjangan.
Dari kegunaan dan kekuatan sebuah agenda juga dapat muncul ide-ide kreatif, gagasan inovatif dan pemikiran cerdas konstruktif. Pada beberapa individu, agenda tidaklah menjadi penting atau alat bantu kinerja. Mereka lebih mengandalkan ingatan otak sebagai "CPU" (processor) dalam aktivitas keseharian.
Otodidakasi mereka yang tidak menggunakan alat bantu pengingat, dapat melebihi kekuatan agenda dalam menyimpan memori untuk diaktualisasikan dalam gerak aktivitas sepanjang hayat. Tidak banyak orang seperti itu, namun mereka ada dan telah membuktikan kekuatan hati dan fikiran untuk menghasilkan mahakarya bernama gagasan cemerlang...
Salam PALM
Read More..
Langganan:
Postingan (Atom)