Rabu, 22 Juli 2009

WATERVANG

WATERVANG adalah nama bendungan di salah satu wilayah di Provinsi Sumatera Selatan, tepatnya di Kota Lubuklinggau. Kota yang masuk kategori kota sedang ini terletak di orbitasi paling pinggir Sumatera Selatan, berbatasan langsung dengan Provinsi Bengkulu. Jarak tempuh dari pusat pemerintahan provinsi di Kota Palembang, lebih kurang 365 kilometer atau dapat ditempuh sekitar 5 jam perjalanan darat. Lebih jauh dari Kota Bengkulu yang hanya 3 jam perjalanan.

Watervang didirikan pada zaman penjajahan Jepang, di tahun 1942. Bendungan ini didirikan untuk mengatur debit air Sungai Kelingi, sungai yang membelah Kota Lubuklinggau yang pada zaman dahulu menjadi urat nadi perekonomian masyarakat. Bendungan Watervang menjadi "ulu-ulu" irigasi primer yang mengairi ribuan hektar sawah dan kolam ikan milik ribuan keluarga petani. Bayangkan, sudah generasi ketiga yang menikmati berkah Bendungan Watervang.

Bahkan pada musim kemarau, walaupun debit air Sungai Kelingi berkurang, Watervang tetap mampu memberikan suplai air ke petak-petak sawah dan kolam ikan air tawar milik petani. Ratusan ton padi dan ikan tetap dapat kontinyu dihasilkan, sehingga menjadi lumbung pangan bagi Provinsi Sumatera Selatan. Namun siapa yang peduli dengan Watervang itu sendiri....?

Bendungan tua di kota yang terkenal dengan alpukat, gula merah, batu giling dan ikan air derasnya ini, hanya menjadi simbol pariwisata. Benar-benar simbol, karena belum serius dijadikan objek wisata. Padahal, cerita dari zaman kakek-nenek kita yang pernah singgah atau menetap di Kota Lubuklinggau, Watervang menjadi saksi sebuah kenangan indah ketika bersantai menikmati gemuruh air bendungan dengan latar belakang sawah dan Bukit Sulap yang nampak di kejauhan.

Karakter orang Indonesia memang belum seperti orang Eropa, yang menjadikan bangunan tua bernilai histori dan tourism. Atau karakter orang Sumatera yang belum sampai seperti orang Jawa atau Bali yang mampu membuat bangunan tua lebih dihargai, apalagi sudah jelas-jelas memberikan multimanfaat, seperti Watervang.

Maaf saja jika orang Lubuklinggau kurang berkenan. Karena saya lahir dan besar di Kota Lubuklinggau, sehingga ini hanyalah sebuah otokritik. Ungkapan rasa cinta yang mendalam dari seorang yang pernah banyak kenangan di Watervang...

Salam PALM

2 komentar:

  1. Watervang>>>>>yang paling parah, jembatan gantungnyo pak... sangat bagus (sangat bagus tuk di bongkar)!!!

    BalasHapus
  2. Watervang emang bagus pak tapi aku lebih suka liat merasi pak....
    Banyak irigasi dan pemandangannya lumayan bagus, udaranya segar nian.

    BalasHapus