Minggu, 26 Juli 2009

BERSAMPAN

BERSAMPAN memang mengasyikkan, apalagi di suasana akhir pekan, bersama rekan atau keluarga. Sekedar menghilangkan kebosanan setelah selama seminggu bekerja membanting tulang, mengucurkan keringat dan memeras fikiran, sehari berlibur sembari bersampan menjadi salah satu pilihan relaksasi otak. Semilir angin perairan, panorama wallpaper alam nan indah, canda tawa orang tersayang, beriringan dengan riak air saat sampan melaju memecah beningnya air... Sungguh menentramkan hati.

Ada 48 hari minggu dalam setahun, hari dimana aktivitas kerja berhenti sejenak untuk menghilangkan penat dan jenuh dari rutinitas. Meskipun, ada banyak pekerja yang tidak memanfaatkan waktu bersantai akhir pekan dengan optimal. Bisajadi karena masih disibukkan dengan pekerjaan, atau karena tidak ada rencana berakhir pekan, atau tidak terbiasa lantaran tidak ada seorangpun yang dapat diajak berakhir pekan. Life alone...

Sendiri memang sunyi, sepi dan nirkomunikasi... Hanya intrakomunikasi alias bicara dengan diri sendiri. Sungguh aktivitas yang sangat egois dan menjadikan kita hanya fokus kepada apa yang ada, individualis centris. Padahal, sebagai makhluk sosial, interaksi sangat penting. Dan ketika interaksi hanya terbatas pada ruang, waktu, frame dan lapisan terbatas, maka jadilah individu yang skeptis, apatis dan egois...

Dengan bersampan, benefid (jika ukurannya ekonomis) bisa didapatkan, selain value added (jika ukurannya opportunis) jelas ada nilai dari sisi refreshing otak, hati dan fikiran untuk siap menghadapi beban pekerjaan di hari mendatang. I like monday, it's true, really... Jika akhir pekan ada refresh, maka para pekerja akan selalu siap menghadapi hari senin, hari dimana mulai lagi bekerja dalam periode seminggu.

Jika akhir pekan tidak ada refresh, walau hanya sekedar bersampan atau kegiatan lainnya yang non budgeting, seperti menyiram bunga, mencuci mobil, memberi makan ikan, jalan dengan hewan peliharaan di seputar lingkungan, atau sekedar bermain dengan keluarga, maka menghadapi hari senin seperti beban berat. Senin menjadi momok menakutkan, karena pekerjaan minggu lalu belum selesai dan pekerjaan minggu ini sudah menanti.

Manusia memang naif. Yang namanya pekerjaan, tidak akan ada habisnya, selalu ada dan datang ketika memang itu yang diharapkan. Namun berbeda untuk mereka yang memang lebih memilih untuk tidak bekerja, bersantai dan menghabiskan harta warisan keluarga. Sampai seberapa lama warisan masih ada, sampai itu juga nafas manusia yang bernama "pemalas".

Namun untuk penggila kerja (workaholic), bekerja memang menjadi kebutuhan, sama halnya dengan makan dan minum. 24 jam waktu sehari hanya disisihkan 3 jam saja untuk sekedar mengistirahatkan mata, alias tidur. 21 jam sehari waktunya bekerja. Padahal saran dokter, setidaknya 7 jam sehari manusia harus tidur.

Padahal dokter sendiri tidak tidur selama itu, karena jam pagi bekerja di instansi kesehatan pemerintahan, sore sampai malam buka praktek di rumah atau khusus tempat praktek. Jika waktu istirahat diatas jam 12 malam, dan bangun paginya sang dokter pada jam 5, maka hanya 5 jam saja tidur orang yang menyarankan 7 jam tidur kepada orang lain.

Jika memang 7 jam kita (mesti) tidur dalam sehari, maka dalam setahun (365 hari) selama 2.555 jam kita tertidur. Jika umur kita sudah 30 tahun, maka 76.650 jam kita tidur. Waktu yang cukup banyak terbuang... Memang tidak percuma, karena tidur juga memang kita butuhkan. Namun dengan waktu sebanyak itu, barangkali ada hal lain yang dapat dilakukan, yang mendatangkan manfaat secara langsung ataupun tidak langsung, seperti halnya bersampan...

Ayo bersampan... Jangan tunggu sampai sisa usia kita habis, tidak sempat menikmati, meskipun hanya satu kali saja untuk bersampan. Bersampan sambil bersenda-gurau, atau bernyanyi lagu bebas, boleh lagu Mbah Surip, yang penting... i love you full.

Salam PALM

1 komentar: