Kamis, 23 Juli 2009

GULA AREN

GULA AREN adalah gula yang bahan baku pembuatannya berasal dari nira yang keluar dari malai bunga tanaman aren (arenga pinnata). Gula aren jadi sumber sukrosa alternatif yang merupakan produk substitusi selain gula tebu atau gula pasir, sebutan populer di pasar. Di pasar juga, gula aren dikenal dengan sebutan gula merah. Namun jangan salah pilih, karena gula merah selain adalah gula aren, juga gula kelapa atau gula-gula...

Sumber pembuatan bahan baku gula aren murni adalah nira atau "air kabung", sebutan lain bahasa daerah. Satu pohon aren pada umur tiga tahun, atau sudah mengeluarkan malai bunga, sudah dapat diambil niranya. Pengambilan nira dengan cara disadap dari ujung tandan malai bunga aren yang dipancung, sehingga mengeluarkan air nira dari ujung tandan yang dipancung. Satu tandan malai bunga aren, mampu menghasilkan satu sampai tiga liter air nira seharinya. Dan satu tandannya mampu memproduksi air nira sebanyak 15 sampai 20 liter, tergantung besarnya malai dan umur pohon aren, serta musim.

Untuk membuat gula aren, air nira dimasak di dalam kuali besar dengan panas di atas 100 derajat celcius sampai mendidih. Saat sudah mendidih, air nira terus diaduk-aduk selama 5-6 jam, untuk kemudian dicetak dengan batok kelapa atau bambu, sesuai selera pasar. Dalam 10 liter air nira, dapat dihasilkan 1 sampai 3 kilogram gula aren, tergantung kandungan sukrosa pada air nira.

Musim juga sangat berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas nira sebagai bahan baku utama pembuatan gula aren. Kemudian teknik pembuatan gula aren dan juga bahan pencampur nira, dapat turut menentukan produksi gula aren terutama kualitasnya. Termasuk teknik penyadapan, ternyata juga dapat mempengaruhi kualitas dari rasa air nira yang akhirnya akan mempengaruhi mutu gula aren itu sendiri.

Terlepas dari persoalan teknis budidaya dan produksi aren, tanaman aren sekarang sudah semakin sulit ditemui. Padahal, selain sumber penghasil gula, tanaman aren juga menghasilkan ijuk, "beluluk" atau buah aren yang diolah sebagai bahan makanan, serta tentu saja lidi untuk sapu dan pelepah kering untuk bahan bakar organis.

Bahan bakar organis..? Hemmm... andai bahan bakar anorganis yang berasal dari fosil akan habis bahkan sudah punah di muka bumi, bukankah bahan bakar organis dari sumber-sumber hayati dapat menjadi pilihan bijaksana..? Bukankah masih banyak masyarakat, terutama di pedesaan yang menggunakan bahan bakar organis.

Seperti halnya yang dilakukan oleh para pembuat gula aren, yang memanfaatkan pelepah kering tanaman aren untuk memasak gula aren dan menghasilkan berton-ton gula aren untuk kemudian membeli tanah yang ditanami pohon aren yang akan menghasilkan nira, gula, beluluk, ijuk, lidi dan pelepah aren... Hemmm... bisa jadi ini sebuah integrited production system dari integrated farming system. Why not....?

Salam PALM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar