Rabu, 29 Juli 2009

BUNDA

BUNDA, panggilan sayang dan agung untuk seorang wanita, yang dengan pengorbanan luar biasa telah mengandung dan melahirkan anak manusia. Kemudian menyusui, mengasuh dan menjaga sampai sang anak tumbuh dewasa. Hari ini, bunda, panggilan sayangku untuk isteri tercinta berulang tahun. Selamat ulang tahun, bunda... Pengorbananmu untuk aku dan anak-anak kita tak kan terbayar serta ternilai dengan apapun juga...

Bunda, suka dan duka kita lalui bersama, baik bersama dalam arti fisik kita yang berdekatan, maupun bersama dalam arti hati kita yang tak terpisah oleh jarak. Hari ini pada usiamu yang ke-36 tahun, tujuh tahun lebih sudah kita lalui dalam bahligai rumah tangga. Saling cinta, saling jaga dan saling memberi serta menerima, apa adanya...

Tidak ada kata yang tepat untuk menggambarkan pengorbananmu secara utuh. Tidak ada nilai yang persis untuk mengkonversikan arti kasih dan sayangmu kepadaku dan anak-anak kita. Curahan perhatianmu, belaian kasih lembutmu, bahkan puji dan emosimu adalah gelora cinta tak terdefenisi...

Bunda, ketika kita menautkan hati kita pada hari pernikahan lalu, janji suci kita ucapkan di lidah yang kelu, diamini oleh hati yang bergemuruh. Luluh lunglai raga tatkala "walimah ijab kabul" mengalir indah. Gemetar jiwa manakala kau terima aku dan kuterima kau sebagai pendamping hidupku. Para malaikatpun berdo'a bersama kita, berharap ikatan tali kasih kita kekal dan abadi...

Kini, kita telah memiliki belahan hati, Alfi dan Alya. Dua malaikat kecil kita, sang jagoan dan bidadari, buah cinta kasih kita yang menjadi penyejuk hati manakala sedih, dan pelengkap utama suasana tatkala bahagia. Untuk mereka bunda dan aku ada. Untuk mereka, aku selalu berusaha dan giat bekerja mencari nafkah. Dan bundalah yang menjaga mereka, sambil bercerita dalam canda tawa, dari bangun pagi sampai anak-anak kita lelap dalam mimpi di tidur malamnya...

Bunda, telah kutulis puisi untukmu, mengutip syair indah dari pujangga, saat kita baru membina rumah tangga dulu. Kutulis puisi itu dengan sederhana pada selembar kertas, dan kuberikan kepada bunda. Lalu bunda pajang puisiku di dinding kamar kita, sampai lusuh dan berdebu, sampai tiada...

Namun, puisi itu masih kuingat bait-bait syairnya...
"Aku ingin mencintaimu dengan sederhana,
seperti kata yang tak sempat diucapkan awan
kepada angin yang menjadikannya hujan,
seperti pesan yang tak sempat disampaikan kayu
kepada api yang menjadikannya abu,
seperti janji yang dibisikkan embun
kepada matahari yang menjadikannya tiada..."

Selamat ulang tahun bunda "Vera Yulita", isteriku tercinta...

Salam PALM

1 komentar: