Rabu, 12 Agustus 2009

PUTARAN SATU

PUTARAN SATU mengisyaratkan tentang berlangsungnya aktivitas tahap pertama dari beberapa rotasi yang mestinya terjadi. Namun tidak mesti putaran satu diikuti putaran dua atau seterusnya, manakala aktivitas terhenti usai rotasi pertama. Sebab terhentinya aktivitas dapat karena dihentikan, berhenti di tengah aktivitas atau berhenti dengan sendirinya. Idiomatikalisasi hal ini seperti Pilpres...

Dihentikannya putaran satu Pilpres hanya dimungkinkan akibat kerusuhan yang terjadi secara luas atau bencana alam. Berhentinya tahapan dan proses Pilpres di tengah jadwal diakibatkan terjadinya pelanggaran secara merata yang dilakukan oleh unsur penyelenggara, sehingga diperlukan jeda untuk "take over" oleh institusi kompeten. Dan berhenti dengan sendirinya putaran satu karena telah selesai tahapannya dengan hasil Pilpres sesuai amanat peraturan perundang-undangan.

Hari ini, telah diputuskan oleh Mahkamah Konstitusi (MK) Republik Indonesia tentang sengketa Pilpres 2009 dari gugatan dua pasangan Capres Cawapres terhadap hasil Pilpres. Terlepas apa bunyi keputusan setebal 420 halaman yang dibacakan di MK, rakyat Indonesia sebagai partisan yang berhak atas aspirasi politiknya, tidaklah terlalu mempersoalkan hasil keputusan pemenang Pilpres.

Walaupun banyak pihak mengomentari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan yang terjadi dari seluruh rangkaian tahapan Pilpres 2009. Tetap saja semua kalangan, apalagi tokoh negeri ini, menjunjung sportifitas sebuah kompetisi politik. Menang atau kalah, itu hanya persoalan amanah suara rakyat.

Pertarungan politik memperebutkan simpati rakyat, bukanlah suatu yang ringan dan sepele. Untuk itu diperlukan kerja keras, gagasan cerdas, sumberdaya pendukung fanatis dan tentu saja biaya mahal. Jikapun syarat tersebut sudah ada dan terpenuhi, tidaklah menjadi jaminan juga dapat menjadi sang pemenang.

Untuk menjadi pemenang sebuah kompetisi politik, diperlukan investasi politik sejak lama, sehingga berbekas positif di hati rakyat. Karena rakyat yang menentukan siapa yang jadi pemenangnya. Suara rakyat adalah suara Tuhan adalah benar adanya. Jika rakyat berkehendak, maka filosofisnya itu semata kehendak Tuhan.

Putaran satu Pilpres 2009 telah usai. Pertarungan politik memperebutkan posisi paling strategis di negeri ini sudah selesai. Tinggal ke depan pertarungannya adalah membuktikan semua janji kampanye. Dan jika terjadi (lagi) retorika politik bahwa janji adalah janji, apalagi janji politik, mengisyaratkan ketidaksiapan kontestan memegang sebuah amanah.

Kita tunggu apa dan bagaimana realisasi visi misi kandidat pemenang Pilpres 2009. Sebagai pemegang amanah rakyat, mestinya rakyat lebih diperhatikan daripada tim sukses pemenangan. Dan janganlah jargon "janji tinggal janji" menjadi nyayian usang rakyat yang masih banyak menderita, bahkan kelaparan...

Salam PALM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar