Sabtu, 15 Agustus 2009

MANISNYA SALAK

SALAK (Salacca edulis reinw.) adalah salah satu buah eksotis benua Asia. Tanaman ini menyebar dari dataran tinggi sampai rendah, dan masuk dalam family palmae. Buah salak sudah terkenal dan dibudidayakan sejak lama di Indonesia, bahkan dari pengembangan tanaman salak telah menghasilkan beberapa varietas salak unggul, yang menghasilkan turunan salak berumur panen singkat, buah besar, daging buah tebal, berasa masir dan manis...

Penyebaran tanaman salak di Indonesia cukup merata, dari Aceh sampai Papua. Sentra-sentra produksi salak unggul di negara tropis ini banyak terdapat di pulau Sumatera, Jawa dan Bali. Dari pedalaman sampai halaman rumah pemukiman, banyak dijumpai tanaman salak.

Hal tersebut didukung selain oleh agroklimat sebagai syarat tumbuh tanaman salak memungkinkan tumbuh subur, juga lantaran pemeliharaan sampai reproduksi buah salak relatif mudah dan sederhana. Sebagaimana tanaman jenis Palmae yang lainnya, tanaman salak mudah tumbuh, berkembang-biak dan berproduksi.

Tinggal lagi bagaimana perlakuan budidaya yang akan berimbas terhadap kuantitas dan kualitas produksi buah salak. Bahkan untuk jenis salak lokal yang memiliki beberapa keunggulan, tanpa perlakuan budidaya secara khusus, dapat menghasilkan buah yang banyak, besar dan manis.

Buah salak dapat tersedia sepanjang musim, karena sifat produksi tanaman monocotyl yang masuk dalam family Palmae, memang tidak tergantung musim. Makanya buah salak dapat dijumpai setiap waktunya di kios buah, toko dan supermarket.

Buah salak memang manis. Manisnya buah salak membuat buah ini dijadikan sebagai hidangan "pencuci mulut" atau oleh-oleh, buah tangan. Namun ironisnya, manisnya salak, tidak semanis nasib petani kecil salak.

Petani tradisional yang membudidayakan salak, hanya memiliki populasi tanaman salak terbatas. Hal ini dikarenakan harga jual buah salak tidak terlalu menjanjikan, seperti halnya mangga atau durian. Disamping itu, sifat tanamannya yang memiliki kanofi tanaman yang cukup besar, seperti halnya kelapa sawit (elaeis guenensis), menyebabkan tidak efisiennya pemanfaatan lahan usahatani.

Sementara lahan usahatani petani yang sudah sempit, diperuntukkan lebih utama untuk tanaman pokok, seperti padi (oryza sativa). Dan salak jadilah selingan tanaman saja diantara tanaman pokok. Salak memang manis buahnya, tapi tidak semanis nasibnya, juga nasib petani kecil yang menanamnya...

Salam PALM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar