Jumat, 07 Agustus 2009

BUFFER ZONE (2)

BUFFER ZONE Talang Air Malus masihlah beruntung. Potensi kerusakan lingkungan hidup akibat aktivitas oknum yang tidak bertanggung-jawab menjadi perhatian serius instansi yang berkompeten. Tahun 2004 sampai 2006, dengan difasilitasi oleh Yayasan Palma (LSM lokal yang domain kegiatannya pada upaya konservasi sumberdaya hayati), dan kelompok dampingannya, masyarakat Talang Air Malus, bersama-sama bahu-membahu mereboisasi kawasan konservasi seluas 350 hektar, dengan 75 hektar tahap pertama, 145 hektar tahap kedua dan 130 hektar tahap akhir.

Namun, seperti juga kepedulian kita terhadap kegiatan pembangunan hutan konservasi atau kawasan reboisasi, seringkali dianggap “berhamburan rupiah”nya. Sehingga, beberapa “semut-semut gatal” mendatangi para pekerja konservasi, yang ironinya para semut ini bergentayangan mengisap tetes keringat pejuang konservasi.

Pejuang konservasinya kebanyakan adalah masyarakat lokal sendiri, yang sadar bahwa lingkungan hayati di dusunnya harus diselamatkan. Dan semut gatalnya adalah orang luar yang “kelewat peduli” dengan persoalan “proyek” dan bukan peduli dengan misi penyelamatan lingkungan. Bahkan ironisnya, tidak mengerti sama sekali dengan yang namanya “KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI”.

Wahai saudaraku, Talang Air Malus merupakan salah satu wilayah kota yang masih banyak belum tersentuh pembangungan fisik. Lihat saja, jalannya masih tanah merah bercampur koral swadaya masyarakat, listrik tidak ada, sinyal telepon selular juga tidak ada segarispun.

Untungnya di dusun buffer zone TNKS ini, sudah ada SD dan Puskesmas. Dengan penduduk 150-an KK, dusun yang termasuk dalam wilayah Kelurahan Petanang Ulu ini, dalam geliat kehidupannya jauh dari gambaran sebuah “wilayah perkotaan”. Namun hebatnya, keramah-tamahan penduduk asli di Talang Air Malus, jauh dari gambaran “wajah sangar orang dusun” atau “penuh kepura-puraan” khas wajah orang kota atau “sikap sok tahu” para semut gatal.

Talang Air Malus memang permai, apalagi jika tanaman reboisasi beberapa tahun kemudian tumbuh perkasa di bentang perbukitan TNKS. Apalagi jika nantinya jalan menuju dusun ini berkesempatan disentuh pembangunan. Apalagi jika Sungai Malus yang diseberangi dengan jembatan rakit nantinya diganti dengan jembatan gantung atau beton.

Sungguh akan banyak yang berminat untuk berkunjung di dusun ini, menyusul para pejabat lokal dan calon pejabat yang mencari dukungan, telah menjejakkan kaki di tanah permai Talang Air Malus. Sembari mencari buah tangan berupa durian hutan atau petai hutan, atau mencicipi ikan “tiluk” goreng sembari membasuh kaki di jernihnya air Sungai Malus. Hemmm…sebuah fantasi “back to nature” yang nyata ada di sana, di Talang Air Malus.

Salam PALM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar