Ketika hari lebaran tiba, sejak subuh udara Persada Indonesia seakan dipenuhi gema kalimat yang mengagung-agungkan asma Sang Khalik. Masjid-masjid penuh sesak, sampai halaman dan lapangan dipenuhi oleh jemaah Shalat Ied. Sungguh ironi karena pada hari-hari biasa, justru para jemaah dapat dihitung dengan jari. Pada hari lebaran, orang-orang yang tidak pernah shalat pun tampak khusyuk di tengah jemaah.
Namun, suasana khidmat, khusyuk dan syahdu pada hari lebaran tahun ini seakan sedikit lain. Hal ini barangkali sedikit banyaknya imbas dari kondisi ekonomi keluarga yang riskan akibat fluktuasi harga pasar yang melejit fantastis, melampaui ambang adaptasi dan survive rumah tangga kebanyakan rakyat Indonesia.
Lebaran tahun ini memang di tengah suasana krisis. Dampak kenaikan harga sembako, sungguh mengakibatkan penderitaan masyarakat kebanyakan menjadi kian menggunung. Sementara subsidi pemerintah kepada mereka berupa BLT (Bantuan Langsung Tunai) uang senilai 100 ribu rupiah per bulan, tidak utuh diterima, disunat, diselewengkan dan dijual-belikan melalui praktek percaloan setingkat RT. Sehingga justru menambah coreng-moreng wajah Republik ini.
Namun, apakah makna lebaran di tengah krisis saat ini akan juga turut mengurangi fenomena unik dan khas menyambut datangnya perayaan hari raya, hari kemenangan umat muslim setelah bertarung melawan hawa nafsu di bulan suci Ramadhan? Jawabannya mari kita tanya kepada para pemimpin kita yang kok tega justru sibuk ngurusi kenaikan gaji dan THR…
Atau kita juga boleh bertanya kepada Sang Pencipta, dalam do’a malam gelap tatkala kita sebagai insan kamil merasa teraniaya. “Tuhan, jika Engkau memang tengah menguji kami karena Engkau pandang kami mampu menghadapinya, maka tetap akan kami hadapi juga ujian berat ini. Namun jika Engkau justru memberikan kami azab atas dosa-dosa kami dan pemimpin kami yang semakin bangga dengan dosa-dosanya, maka ampuni kami dan mereka…”
“Ampuni juga dosa para koruptor, ampuni dosa para provokator, ampuni dosa para penyebar teror, termasuk juga ampuni dosa-dosa para pengemis THR. Jikapun Engkau tidak berkenan, maka tetap ampuni kami yang tanpa sadar membiarkan hal-hal tersebut terjadi… Dan ampuni juga mereka, karena mereka tetap hamba-Mu…”
“Karena niat kami pada hari lebaran tahun ini, sama seperti lebaran tahun sebelumnya, yaitu mendapat ridho dan ampunan-Mu. Sehingga kami dapat kembali pada fitrah kami sebagai manusia biasa yang tak luput dari dosa-dosa…”
Salam PALM
Sabtu, 03 Oktober 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar