Jumat, 31 Juli 2009
SAWAH LADANG
Bicara tentang pangan, Indonesia telah mengalami pasang surut produksi pangan nasional. Tahun 1984, ekonom mengklaim bahwa telah tercapai swasembada pangan, terutama beras yang menjadi bahan makanan pokok masyarakat Indonesia. Dekade berikutnya, Indonesia kembali menjadi negara pengimpor beras dunia.
Memang tidaklah sebanding, antara peningkatan produksi pangan dengan pertambahan penduduk. Belum lagi, sawah ladang banyak yang beralih-fungsi penggunaannya dan peruntukkannya sebagai tempat usaha lain. Masihlah dapat ditoleransi ketika alih fungsi sawah ladang untuk kolam ikan, atau area peternakan.
Jika alih fungsi lahan menjadi pabrik, pemukiman atau pertokoan, jadilah sawah ladang yang sudah berkurang menjadi bertambah sempit. Sementara itu, ekstensifikasi sawah ladang menjadi belum optimal, lantaran tataguna lahan yang sudah ter"plotting" dalam beberapa kegunaan di luar agriculture.
Sawah ladang Indonesia bukan tidak mungkin nantinya hanya sekedar lagu lama dan hanya dapat dikenang lewat foto, lukisan dan gambar maya. Tidak ada sawah tempat bertanam padi, menggembala itik atau minapadi (ikan dan padi). Tidak ada lagi pemandangan padi yang menguning, burung pipit yang berebut mencuri bulir padi, atau tikus dan ular sawah yang bersimbiose.
Tidak ada lagi ladang tempat bertanam padi darat, bertanam sayur di pinggir huma. Tidak ada pemandangan burung puyuh atau punai bersenda gurau di balik tinggi batang padi, tidak ada capung, wereng, atau serangga kecil khas perladangan. Ladang yang permai tergantikan oleh bising pabrik atau hiruk pikuk pemukiman.
Sebuah gambaran pesimistis memang. Namun sawah ladang nantinya, ketika alih fungsi lahan benar-benar menggila, adalah introspeksi dan otokritik dari kecintaan akan tanah air yang sawah dan ladangnya telah menjadi kenangan masa kecil, juga harapan masa datang.
Ketika anak-anak di taman kanak-kanak menggambar pemandangan, tidak ada lagi gambar sawah ladang. Lantaran anak-anak kita tidak memiliki gambaran yang jelas bagaimana bentuk dan rupa sawah ladang, lantaran tidak ada lagi bentuk nyata dari sawah ladang. Ketika saat itu tiba, kita hanya dapat bergumam lirih...
Sawah ladangku tinggal kenangan, gambaran indah masa lalu, saat negeriku dan desa-desanya masih memiliki sawah ladang nan luas...
Salam PALM
Read More..
Kamis, 30 Juli 2009
BUNGA KELAPA
Keindahan bunga kelapa nampak terlihat jelas, manakala pagi hari saat embun masih menempel pada kumpulan bunga kelapa, atau setelah hujan membasahi bumi, bunga kelapa nampak berseri. Bunga kelapa menjadi cikal bakal buah kelapa, setelah melalui stadia mumbang (anak buah) dan dogan (kelapa muda).
Selain sebagai plumula lahirnya tanaman-tanaman kelapa baru, sumber genotipe hayati cocos nucifera, bunga kelapa dapat dieksplorasi juga sebagai sumber bahan baku beberapa varian produk olahan. Seperti sebagai bahan pembuat "tuak kelapa" dan bahan baku "gula kelapa".
Tuak kelapa yang bersumber dari bunga kelapa, rasanya manis agak sepat dan jika dikonsumsi dalam jumlah banyak, tentu saja memabukkan. Selain itu, nira kelapa dari bunga kelapa dapat diolah menjadi gula kelapa, substitusi gula aren yang sudah dikenal luas di masyarakat konsumen.
Bentuk bunga kelapa yang khas, juga dapat menjadi bahan pelengkap bunga rangkai atau hiasan vas bunga indoor. Baik dibentuk dalam bunga kering, maupun bunga segar, tetap terlihat cantik, alami dan eksotik.
Kelapa dan bunganya, adalah tanaman dan souvenir spesifik daerah tropis yang kaya akan sinar matahari. Banyak dijumpai di tepi pantai, dataran landai sampai pegunungan. Menjadi ciri perkampungan penduduk dan indikator lamanya orang bermukim dimana ada pohon kelapa. Semakin menjulang tinggi pohon kelapa, maka dapat dikatakan semakin lama ada penduduk yang bermukim di sana.
Bunga kelapa memang indah, banyak manfaat dan guna, serta alamiah sederhana. Sifat kesederhanaannya juga menjadi ciri kehidupan masyarakat desa, para petani kelapa dan kita yang menghargai kelapa sebagai sumber pangan purba...
Salam PALM
Read More..
Rabu, 29 Juli 2009
BUNDA
Bunda, suka dan duka kita lalui bersama, baik bersama dalam arti fisik kita yang berdekatan, maupun bersama dalam arti hati kita yang tak terpisah oleh jarak. Hari ini pada usiamu yang ke-36 tahun, tujuh tahun lebih sudah kita lalui dalam bahligai rumah tangga. Saling cinta, saling jaga dan saling memberi serta menerima, apa adanya...
Tidak ada kata yang tepat untuk menggambarkan pengorbananmu secara utuh. Tidak ada nilai yang persis untuk mengkonversikan arti kasih dan sayangmu kepadaku dan anak-anak kita. Curahan perhatianmu, belaian kasih lembutmu, bahkan puji dan emosimu adalah gelora cinta tak terdefenisi...
Bunda, ketika kita menautkan hati kita pada hari pernikahan lalu, janji suci kita ucapkan di lidah yang kelu, diamini oleh hati yang bergemuruh. Luluh lunglai raga tatkala "walimah ijab kabul" mengalir indah. Gemetar jiwa manakala kau terima aku dan kuterima kau sebagai pendamping hidupku. Para malaikatpun berdo'a bersama kita, berharap ikatan tali kasih kita kekal dan abadi...
Kini, kita telah memiliki belahan hati, Alfi dan Alya. Dua malaikat kecil kita, sang jagoan dan bidadari, buah cinta kasih kita yang menjadi penyejuk hati manakala sedih, dan pelengkap utama suasana tatkala bahagia. Untuk mereka bunda dan aku ada. Untuk mereka, aku selalu berusaha dan giat bekerja mencari nafkah. Dan bundalah yang menjaga mereka, sambil bercerita dalam canda tawa, dari bangun pagi sampai anak-anak kita lelap dalam mimpi di tidur malamnya...
Bunda, telah kutulis puisi untukmu, mengutip syair indah dari pujangga, saat kita baru membina rumah tangga dulu. Kutulis puisi itu dengan sederhana pada selembar kertas, dan kuberikan kepada bunda. Lalu bunda pajang puisiku di dinding kamar kita, sampai lusuh dan berdebu, sampai tiada...
Namun, puisi itu masih kuingat bait-bait syairnya...
"Aku ingin mencintaimu dengan sederhana,
seperti kata yang tak sempat diucapkan awan
kepada angin yang menjadikannya hujan,
seperti pesan yang tak sempat disampaikan kayu
kepada api yang menjadikannya abu,
seperti janji yang dibisikkan embun
kepada matahari yang menjadikannya tiada..."
Selamat ulang tahun bunda "Vera Yulita", isteriku tercinta...
Salam PALM
Read More..
Selasa, 28 Juli 2009
AYAM & PADI
Sedangkan PADI, adalah sumber karbohidrat yang menjadi bahan makanan pokok masyarakat kita. Padi menjadi komoditas utama di negeri ini, lantaran 80% lebih masyarakat Indonesia mengkonsumsi nasi yang berasal dari bulir padi. Karenanya juga padi atau beras atau nasi, menjadi komoditi yang bersifat politis. Stabilitas politik negeri ini, salah satu causalitas yang menjadi indikatornya sangat signifikan dengan stok padi atau ketersediaan beras.
Ayam dan padi adalah dua jenis makhluk hidup yang bersinergis. Ayam sebagai fauna herbivora, memakan padi. Padi sebagai flora, menjadi santapan ayam yang membuang kotorannya. Kotoran ayam menjadi bahan organik yang dibutuhkan padi untuk pertumbuhannya. Antara ayam dan padi memang saling berkaitan, dan diantaranya ada manusia yang me"manage" hubungan antar makhluk hidup. Karena manusia menjadi sentra interaksi lingkungan fisik dan non fisik, hayati dan non hayati.
Manusia menjemur padi, ayam makan padi. Manusia makan nasi, ayam juga makan nasi. Manusia makan nasi dengan lauk ayam, padi dapat sumber makanan (hara) dari manusia dan ayam. Tapi tidak ada ayam (sebenarnya) yang makan padi berlauk manusia...
Mungkin ada saja jika ayam dimaksud adalah ayam lain dalam tanda kutip, seperti idiom "ayam" di atas. Jika idiomnya adalah "ayam kampung", biasa menjadi mangsa "predator kota yang berduit". Jika "ayam kampus", selain menjadi mangsa, juga menjadi "pemangsa korban yang sok berduit".
Nah, jika idiom ayam adalah "ayam kantoran", maka inilah yang paling berbahaya... White crime adalah salah satu modusnya. Persis kategori level manusia sebagai makhluk omnivora, yaitu pada tingkatan level "makan apa, makan dimana dan akhirnya makan siapa"...
Salam PALM
Read More..
Senin, 27 Juli 2009
HAK-HAK PETANI (yang hilang)
Salah satu bentuk "hak petani yang hilang" adalah hilangnya akses ke sumberdaya hayati yang beranekaragam. Hilangnya akses petani ke keanekaragaman hayati dapat dilihat dari menurunnya pengetahuan petani mengenai tanaman-tanaman tradisional, baik untuk kebutuhan makanan pokok (jenis padi-padian), karbohidrat (jenis umbi-umbian) dan protein (jenis polong-polongan). Selain itu petani juga memiliki sistem bertani yang menghormati alam, sehingga prinsip-prinsip keberlanjutan dalam bertani terpelihara.
Introduksi sarana dan produksi penunjang petanian modern, seperti mesin, pupuk kimia, pestisida, bibit unggul, terutama dalam rangka ‘Revolusi Hijau’ yang cukup sering dilakukan dengan memaksa, menyebabkan pengetahuan bertani tradisional yang menjaga keseimbangan alam, mulai hilang. Tidak adanya informasi kepada petani mengenai dampak “kemajuan” ini, mendorong petani pada ketergantungan pada mesin, pupuk kimia dan pemberantas hama kimia. Dengan demikian, keuntungan dari kegiatan pertanian tidak lagi dinikmati oleh petani, tetapi lebih dinikmati oleh para pengusaha dan penguasa.
Petani telah ribuan tahun mengembangkan sumber-sumber genetika dan plasma nuftah serta melestarikan keanekaragaman hayati, namun tidak ada pengakuan terhadap pengetahuan mereka tersebut. Menurunnya peran petani dalam pemanfaatan dan kegiatan bertani, diakibatkan oleh tidak adanya pengakuan tersebut dan juga akibat pelaksanaan program ‘Revolusi Hijau’. Justru peran mereka digantikan oleh para ahli yang mengatasnamakan pengetahuan yang diperoleh berdasarkan pengetahuan tradisional petani.
Pengetahuan tradisional petani yang diwarisi turun-temurun tidak diakui, sementara pengetahuan para ahli diakui, karena dianggap sesuatu yang ilmiah. IRRI merupakan contoh yang jelas, yang mengakui hak tani sebagai pengembang dan penangkar tanaman tanpa mengakui hak mereka atas hasilnya. Jadi, di sini yang diakui adalah hak petani sebagai pemelihara plasma nuftah, bukan sebagai pemilik ataupun penemu. Sementara itu para ahli yang bekerja berdasarkan metode-metode ilmiah mendapatkan pengakuan pemilikan atas bibit yang mereka tangkar.
Petani telah mempunyai pengetahuan tradisional dalam menemukan dan memelihara plasma nuftah dan keanekaragaman hayati. Perlindungan terhadap pengetahuan tradisional mereka ini dapat dilakukan dengan melembagakan dan mengesahkan hak petani atas pengetahuan tersebut. Juga lebih luas pengakuan atas hak mereka untuk meneruskan budaya dan tradisi tradisional mereka, termasuk di dalamnya cara-cara bertani dan mengembangkan sumberdaya hayati serta melestarikan keanekaragaman hayati.
Selanjutnya petani juga perlu dilindungi haknya untuk menentukan, kepada siapa mereka akan membagi pengetahuan mereka tersebut, yaitu apakah mereka akan memberikannya kepada kelompok atau pihak lain dengan perhitungan tidak disalahgunakan untuk kepentingan pribadi, atau membagikannya kepada siapa saja sesuai dengan prinsip kolektif yang ada pada mereka.
Kewajiban petani adalah bertani dan menghasilkan produksi pertanian, dan kewajiban itu sudah dilaksanakan serta telah dinikmati hasil keringat petani oleh kita semua. Tinggal lagi, jika petani menuntut hak-haknya, maka kepada siapa lagi petani mengadu mohon bantu...
Salam PALM
Read More..
Minggu, 26 Juli 2009
BERSAMPAN
Ada 48 hari minggu dalam setahun, hari dimana aktivitas kerja berhenti sejenak untuk menghilangkan penat dan jenuh dari rutinitas. Meskipun, ada banyak pekerja yang tidak memanfaatkan waktu bersantai akhir pekan dengan optimal. Bisajadi karena masih disibukkan dengan pekerjaan, atau karena tidak ada rencana berakhir pekan, atau tidak terbiasa lantaran tidak ada seorangpun yang dapat diajak berakhir pekan. Life alone...
Sendiri memang sunyi, sepi dan nirkomunikasi... Hanya intrakomunikasi alias bicara dengan diri sendiri. Sungguh aktivitas yang sangat egois dan menjadikan kita hanya fokus kepada apa yang ada, individualis centris. Padahal, sebagai makhluk sosial, interaksi sangat penting. Dan ketika interaksi hanya terbatas pada ruang, waktu, frame dan lapisan terbatas, maka jadilah individu yang skeptis, apatis dan egois...
Dengan bersampan, benefid (jika ukurannya ekonomis) bisa didapatkan, selain value added (jika ukurannya opportunis) jelas ada nilai dari sisi refreshing otak, hati dan fikiran untuk siap menghadapi beban pekerjaan di hari mendatang. I like monday, it's true, really... Jika akhir pekan ada refresh, maka para pekerja akan selalu siap menghadapi hari senin, hari dimana mulai lagi bekerja dalam periode seminggu.
Jika akhir pekan tidak ada refresh, walau hanya sekedar bersampan atau kegiatan lainnya yang non budgeting, seperti menyiram bunga, mencuci mobil, memberi makan ikan, jalan dengan hewan peliharaan di seputar lingkungan, atau sekedar bermain dengan keluarga, maka menghadapi hari senin seperti beban berat. Senin menjadi momok menakutkan, karena pekerjaan minggu lalu belum selesai dan pekerjaan minggu ini sudah menanti.
Manusia memang naif. Yang namanya pekerjaan, tidak akan ada habisnya, selalu ada dan datang ketika memang itu yang diharapkan. Namun berbeda untuk mereka yang memang lebih memilih untuk tidak bekerja, bersantai dan menghabiskan harta warisan keluarga. Sampai seberapa lama warisan masih ada, sampai itu juga nafas manusia yang bernama "pemalas".
Namun untuk penggila kerja (workaholic), bekerja memang menjadi kebutuhan, sama halnya dengan makan dan minum. 24 jam waktu sehari hanya disisihkan 3 jam saja untuk sekedar mengistirahatkan mata, alias tidur. 21 jam sehari waktunya bekerja. Padahal saran dokter, setidaknya 7 jam sehari manusia harus tidur.
Padahal dokter sendiri tidak tidur selama itu, karena jam pagi bekerja di instansi kesehatan pemerintahan, sore sampai malam buka praktek di rumah atau khusus tempat praktek. Jika waktu istirahat diatas jam 12 malam, dan bangun paginya sang dokter pada jam 5, maka hanya 5 jam saja tidur orang yang menyarankan 7 jam tidur kepada orang lain.
Jika memang 7 jam kita (mesti) tidur dalam sehari, maka dalam setahun (365 hari) selama 2.555 jam kita tertidur. Jika umur kita sudah 30 tahun, maka 76.650 jam kita tidur. Waktu yang cukup banyak terbuang... Memang tidak percuma, karena tidur juga memang kita butuhkan. Namun dengan waktu sebanyak itu, barangkali ada hal lain yang dapat dilakukan, yang mendatangkan manfaat secara langsung ataupun tidak langsung, seperti halnya bersampan...
Ayo bersampan... Jangan tunggu sampai sisa usia kita habis, tidak sempat menikmati, meskipun hanya satu kali saja untuk bersampan. Bersampan sambil bersenda-gurau, atau bernyanyi lagu bebas, boleh lagu Mbah Surip, yang penting... i love you full.
Salam PALM
Read More..
Sabtu, 25 Juli 2009
CAFE 'U
Cafe 'U memang sepanjang tahun 2009 ini menjadi soroton, tujuan, incaran, perhatian dan objek sekaligus subjek diskusi serta opini publik, bahkan publik mancanegara. Aura cafe 'u mampu membuat publik figur lokal, nasional dan internasional memberikan interest khusus. Mulai awal tahun sampai hari ini, cafe 'u selalu ramai. Bahkan mesti dijaga ketat aparat keamanan, bahkan ketika manajemen cafe 'u menggelar agenda tahapan program yang telah diputuskan sejak setahun yang lalu di 2008. Baik agenda untuk parlemen, maupun untuk top birokrasi kenegaraan.
Setiap hari, semua media massa meng-ekspose berita up to date semua gerak, riak dan statement yang dimunculkan manajemen cafe 'u. Luar biasa memang... Meskipun dengan segala hal yang luar biasa, cafe 'u tidak tercatat dalam rekor dunia, rekor MURI pun tidak. Karena suatu kewajaran dari apa yang diakibatkan atau disebabkan oleh cafe 'u menjadi sensasional atau hot issue, karena budgeting cafe 'u pun membuat berdecak "ngiler" bangsa ini. Bukan lagi milyaran, bahkan trilyunan dana dihabiskan untuk menggelar event besar, yang sumber dananya justru dari customer.
Customer cafe 'u adalah kita, masyarakat wajib pajak dan bangsa ini dari sumber devisa negara yang tertuang dalam anggaran belanja nasional, bahkan disubsidi dari dana dampingan anggaran belanja daerah. Memang, korbanan untuk sekedar menikmati kopi hangat plus kudapan, sembari online, senda gurau, caci maki, atau tak peduli, cukup besar secara simultan dan kolektif.
Cafe 'u sebagaimana cafe-cafe lain yang bertebaran di metropolis, atau juga telah hadir di pelosok lebih 400 daerah di lebih dari 30 wilayah, selalu ramai pada saat tertentu. Kemudian sepi pada saat yang lain. Tergantung promo, event dan improv manajemen cafe. Jika cafe 'u adalah sebuah event organizer, dibutuhkan kembang lobi yang artistik, camera face dan komunikatif, selain rutinitas open-close cafe.
Lantas, apakah cafe 'u dengan modal trilyunan akan mencapai kondisi ROI (Return Of Investment) atau hanya BEP (Break Event Point) dalam waktu 5 tahun pada satu periode manajemennya..? Indikator jawabannya sangat kualitatif, bahkan cenderung kabur... Lho, lalu apa yang diharapkan para investor pada cafe yang tidak prospektif dan feasible, seperti cafe 'u?
Sepertinya para investor layak untuk melakukan audit dan evaluasi secara internal, juga eksternal. Hal ini penting mengingat fungsi manajerial di akhir event, setelah planning, organizing dan actuating adalah controlling. Namun, celakanya (barangkali) justru, para auditor cafe 'u bekerja part time, atau berdasarkan negosiasi tender, atau menunggu sponsorship yang berkepentingan terhadap kinerja dan hasil kerja dari manajemen cafe 'u.
Bangsa ini telah terkooptasi dalam "euphoria reformasi demokratisasi", sampai lupa bahwa setiap reorganisasi selalu dianggap "party". Hura-hura, huru-hara dan lupa diri... Lupa bahwa para customer cafe adalah raja yang harus mendapat pelayanan yang baik, dari pelayan maupun dari manajemen cafe.
Ulasan diatas bukan bermaksud satire, sarkasme ataupun input destruktif. Bukan, bukan itu... Adalah hal yang wajar, jika sebagai penikmat hidangan cafe 'u, kita memberikan reaksi beragam. Mungkin mendamprat pelayan, protes kepada manajemen, atau sekedar mengerenyitkan dahi ketika cafe 'u tidak memberikan "satisfaction". Jawaban dari manajemen cafe 'u pastilah, kami bukan "alat pemuas", hehe...
Namun kitapun bisa juga menjawab, "kami bukan mencari kepuasan" tapi mengharapkan manfaat sepadan ketika ber"opportunity" mengorbankan "resourches", sekecil apapun yang dimiliki. Jika manajemen cafe 'u selalu mengelak diplomatis, maka niscaya cafe ini akan sepi, atau malah tambah ramai. Bukan ramai karena pengunjung yang akan relaksasi, tapi pengunjung yang akan ber-reaksi, instropeksi alias "mikir-mikir", mau dibawa kemana bangsa ini oleh institusi publik bernama cafe 'u...
Bukan tidak mungkin, investasi yang tertanam (bahkan menguap) dipertanyakan dan back to country cash atau to cases... Jadilah Nazarudin atau Mulyana. Jangan lagi Hafidz and ganks mengalami hal yang sama, walau dengan cases dan modus berbeda. Lho, apa pula ini. Ya... cafe dimaksud adalah KPU...
Salam PALM
Read More..
Jumat, 24 Juli 2009
SELAMAT ULTAH, NAK
Alfi, jagoan ayah... Sudah 2.555 hari dilalui, 61.320 jam dilewati, 3.679.200 menit dilampaui, dan 220.752.000 detik dijalani. Ayah selalu ingat, ketika Alfi lahir dengan berat badan hanya 1,4 kilogram, premateur. 48 hari Alfi hidup di tabung inkubator rumah sakit umum. Selama sebulan setengah lebih, Alfi berjuang hidup, dan Alfi terus hidup... Doa ayah, bunda, kakek, nenek, om, tante dan keluarga besar kita terus membuncah, melambung gema harapan dan pinta kepada Sang Maha Pencipta hidup...
Alfi harus terus hidup dan hidup... Jika saatnya nanti, kalahkan kerasnya hidup dan kehidupan. Karena Alfi adalah laki-laki. Karena laki-laki tidak pantas menangis cengeng, hanya karena hidup yang sangat egois dan rumit. Karena kehidupan nan rumit tidak butuh laki-laki pengecut... Karena laki-laki pengecut tempatnya selalu di belakang, berlindung di balik congkaknya kekuasaan dan uang.
Alfi tidak mesti menjadi seperti ayah. Jadilah diri sendiri, nak. Boleh berbeda karena kelebihan, boleh tidak sama karena kemampuan, boleh tidak ikut yang lain karena kepiawaian, dan boleh mengatakan tidak karena keteguhan... Alfi boleh saja menjadi angin, yang lembut tatkala dibutuhkan, yang menakutkan manakala diremehkan.
Alfi boleh juga menjadi air yang mengairi sawah ladang untuk kemakmuran, atau banjir yang dapat memporak-porandakan semua untuk mengingatkan keangkuhan manusia. Atau Alfi bisa saja menjadi api yang menghangatkan, bahkan meluluhlantakkan kepongahan. Bahkan, menjadi tanahpun Alfi bisa, yang menjadi tempat berpijak dan menghasilkan apa saja bagi kehidupan.
Angin, air, api dan tanah, adalah unsur kehidupan. Jika Alfi menjadi salah satunya atau semuanya, maka Alfi pasti hidup dan dapat tempat di kehidupan. Jika sudah mendapatkan hidup dan tempat, jangan lupa berbagi tempat dengan yang lainnya. Karena kehidupan sangat ramai, jika Alfi tidak ingin sendiri...
Namamu adalah do'a ayah dan bunda, nak. Alfi artinya seribu gunung, Aushaf artinya yang mempunyai sifat-sifat baik, Fernanda artinya putra pertama ayah dan bunda. Selamat ulang tahun, nak. Doa ayah dan bunda tak pernah berhenti untukmu, juga untuk adikmu Alya. Jaga Alya sebagai bidadari keluarga kita, jaga bunda sebagai peri yang baik hati. Dan jaga ayah ketika sudah renta...
Sekali lagi, selamat ulang tahun Alfi. Seribu gunung pasti mampu Alfi daki, dengan semua sifat-sifat baik yang ada denganmu, jagoanku...
Salam PALM
Read More..
BEACH
Beach atau pantai, suatu tempat yang menjadi salah satu objek wisata (tourism) yang menyejukkan mata dan hati, juga matahati. Terbit dan tenggelamnya matahari, atau muncul dan tenggelamnya bulan di ufuk batas pandang mata nun jauh terlihat bibir laut yang mencium langit, seolah menjadi pembuktian bahwa bumi ini bundar.
Pun batas pandang mata seolah mengatakan bahwa dunia ini luas, tapi hanya seluas mata memandang. Ini artinya bahwa, semakin luas perjalanan yang kita tempuh, maka semakin luas pandangan mata dan semakin banyak dunia lain yang kita pahami.
Jika pandangan mata dan hati serta matahati sempit, maka istilah yang sesuai untuk sifat dimaksud adalah bagai katak dalam tempurung. Katak yang terjebak dalam sempitnya tempurung, hanya tahu bahwa dunianya kecil, sekecil tempurung kelapa.
Padahal kelapa ada di sepanjang pantai dan menjadi landmark "beach" di belahan dunia manapun. Ada banyak kelapa di banyak pantai, sementara sang katak hanya tahu satu tempurung kelapa. Kasihan sekali sang katak...
Pantai, kelapa dan katak adalah sedikit elemen filosofis bumi dan langit, matahari dan bulan, laut dan daratan, mata dan hati...
Salam PALM
Read More..
Kamis, 23 Juli 2009
GULA AREN
Sumber pembuatan bahan baku gula aren murni adalah nira atau "air kabung", sebutan lain bahasa daerah. Satu pohon aren pada umur tiga tahun, atau sudah mengeluarkan malai bunga, sudah dapat diambil niranya. Pengambilan nira dengan cara disadap dari ujung tandan malai bunga aren yang dipancung, sehingga mengeluarkan air nira dari ujung tandan yang dipancung. Satu tandan malai bunga aren, mampu menghasilkan satu sampai tiga liter air nira seharinya. Dan satu tandannya mampu memproduksi air nira sebanyak 15 sampai 20 liter, tergantung besarnya malai dan umur pohon aren, serta musim.
Untuk membuat gula aren, air nira dimasak di dalam kuali besar dengan panas di atas 100 derajat celcius sampai mendidih. Saat sudah mendidih, air nira terus diaduk-aduk selama 5-6 jam, untuk kemudian dicetak dengan batok kelapa atau bambu, sesuai selera pasar. Dalam 10 liter air nira, dapat dihasilkan 1 sampai 3 kilogram gula aren, tergantung kandungan sukrosa pada air nira.
Musim juga sangat berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas nira sebagai bahan baku utama pembuatan gula aren. Kemudian teknik pembuatan gula aren dan juga bahan pencampur nira, dapat turut menentukan produksi gula aren terutama kualitasnya. Termasuk teknik penyadapan, ternyata juga dapat mempengaruhi kualitas dari rasa air nira yang akhirnya akan mempengaruhi mutu gula aren itu sendiri.
Terlepas dari persoalan teknis budidaya dan produksi aren, tanaman aren sekarang sudah semakin sulit ditemui. Padahal, selain sumber penghasil gula, tanaman aren juga menghasilkan ijuk, "beluluk" atau buah aren yang diolah sebagai bahan makanan, serta tentu saja lidi untuk sapu dan pelepah kering untuk bahan bakar organis.
Bahan bakar organis..? Hemmm... andai bahan bakar anorganis yang berasal dari fosil akan habis bahkan sudah punah di muka bumi, bukankah bahan bakar organis dari sumber-sumber hayati dapat menjadi pilihan bijaksana..? Bukankah masih banyak masyarakat, terutama di pedesaan yang menggunakan bahan bakar organis.
Seperti halnya yang dilakukan oleh para pembuat gula aren, yang memanfaatkan pelepah kering tanaman aren untuk memasak gula aren dan menghasilkan berton-ton gula aren untuk kemudian membeli tanah yang ditanami pohon aren yang akan menghasilkan nira, gula, beluluk, ijuk, lidi dan pelepah aren... Hemmm... bisa jadi ini sebuah integrited production system dari integrated farming system. Why not....?
Salam PALM
Read More..
Rabu, 22 Juli 2009
WATERVANG
Watervang didirikan pada zaman penjajahan Jepang, di tahun 1942. Bendungan ini didirikan untuk mengatur debit air Sungai Kelingi, sungai yang membelah Kota Lubuklinggau yang pada zaman dahulu menjadi urat nadi perekonomian masyarakat. Bendungan Watervang menjadi "ulu-ulu" irigasi primer yang mengairi ribuan hektar sawah dan kolam ikan milik ribuan keluarga petani. Bayangkan, sudah generasi ketiga yang menikmati berkah Bendungan Watervang.
Bahkan pada musim kemarau, walaupun debit air Sungai Kelingi berkurang, Watervang tetap mampu memberikan suplai air ke petak-petak sawah dan kolam ikan air tawar milik petani. Ratusan ton padi dan ikan tetap dapat kontinyu dihasilkan, sehingga menjadi lumbung pangan bagi Provinsi Sumatera Selatan. Namun siapa yang peduli dengan Watervang itu sendiri....?
Bendungan tua di kota yang terkenal dengan alpukat, gula merah, batu giling dan ikan air derasnya ini, hanya menjadi simbol pariwisata. Benar-benar simbol, karena belum serius dijadikan objek wisata. Padahal, cerita dari zaman kakek-nenek kita yang pernah singgah atau menetap di Kota Lubuklinggau, Watervang menjadi saksi sebuah kenangan indah ketika bersantai menikmati gemuruh air bendungan dengan latar belakang sawah dan Bukit Sulap yang nampak di kejauhan.
Karakter orang Indonesia memang belum seperti orang Eropa, yang menjadikan bangunan tua bernilai histori dan tourism. Atau karakter orang Sumatera yang belum sampai seperti orang Jawa atau Bali yang mampu membuat bangunan tua lebih dihargai, apalagi sudah jelas-jelas memberikan multimanfaat, seperti Watervang.
Maaf saja jika orang Lubuklinggau kurang berkenan. Karena saya lahir dan besar di Kota Lubuklinggau, sehingga ini hanyalah sebuah otokritik. Ungkapan rasa cinta yang mendalam dari seorang yang pernah banyak kenangan di Watervang...
Salam PALM
Read More..
Selasa, 21 Juli 2009
BEBEK
Bebek juga sering menjadi makna multitafsir yang berkonotasi seorang yang lebih piawai menjadi pengikut (member) daripada pemimpin (leader). Lantaran sifat dan prilaku bebek yang suka berjalan berbaris dengan suara ribut tapi seragam, kwek... kwek... Saking menjadi satire, bebek menjadi tokoh kartun yang laris manis dan banyak fans, "Donald Bebek".
Terlepas ungkapan miring yang melekat, bebek menjadi sumber inspirasi bagi banyak kalangan. Hidangan bebek panggang yang menggugah selera makan, atau ungkapan cuek bebek bagi orang yang "tambeng dan ndablek...", sampai slogan "jangan jadi bebek", lantaran "ngoceh" tanpa makna berbobot apalagi saran konstruktif...
Kasihan dengan bebek yang menjadi objek penderita, lagi-lagi nasib apes yang menimpa makhluk bernama "hewan". Sepertinya kita, makhluk bernama "manusia" tidaklah mau dikatakan "bebek". Padahal, sering tanpa kita sadari, atau sangat sadar, bahwa kita sering "membebek...". Misalnya ketika diminta pendapat tentang kebijakan yang dibuat oleh "decision maker", atau diharapkan ide tentang "rencana yang akan dibuat" oleh teamwork... Beragam gaya bahasa, tapi satu suara, setuju...
Jadilah para bebek ada di kandang "parlemen", atau di lapangan umbaran "instansi", atau di tempat bermain "mall", atau hanya nongkrong di kandang bertelur "home". Bahkan di dunia maya virtual, banyak bebek yang copy paste, plagiat dan ekor dari link populer.
Mau jadi bebek, atau peternak bebek, atau pemilik ranch bebek...? Pilihannya ada di kita sendiri. Kwek...kwek...kwek....
Salam PALM
Read More..
BERI PANCING
Memancing bukan hanya menjadi pekerjaan untuk mendapatkan hasil tangkapan, lantas kemudian dimakan atau dijual untuk kebutuhan hidup yang lain, seperti pekerjaan para nelayan. Memancing juga menjadi seni dan hobi yang kian marak diminati orang-orang yang bosan dengan rutinitas kehidupan dan kerja yang tidak ada habisnya. Dengan kegiatan memancing, konon dapat melatih kesabaran sekaligus akan mendapatkan kepuasan dan kesenangan tersendiri ketika pancing ditangkap ikan-ikan yang tertarik akan umpan yang diberikan. Dan ternyata, selain kepandaian memancing, umpan juga berperan terhadap hasil tangkapan.
Umpan yang baik, akan membuat ikan-ikan tertarik mendekat, lalu menangkap umpan. Dan sebaliknya umpan yang kurang baik, akan membuat ikan-ikan tidak berminat sama sekali menangkap umpan, atau ikan-ikan tertentu saja yang tidak sengaja menangkap umpan yang diberikan. Nasib dari hasil tangkapan, kadangkala sangat tergantung dari umpan apa yang diberikan, sehingga ikan jenis apa yang diharapkan, dapat diprediksi bahkan dihitung banyak sedikitnya dari korbanan waktu, tenaga dan umpan yang telah disangkutkan di mata pancing.
Selanjutnya kemampuan merasakan dan menentukan daerah tangkapan ikan yang potensial, adalah juga insting yang tidak terabaikan. Percuma memiliki pancing yang bagus dan mahal, umpan yang baik dan mengundang selera tangkapan, namun tidak memiliki "sense of fishing", maka jadilah memancing kegiatan yang membosankan bahkan membuat sang pemancing frustasi. Tidak perlu belajar banyak tentang teknik memancing, karena yang terpenting adalah mengasah ketajaman naluri sebagai "fisherman" yang handal.
Pun demikian jika ilustrasi pancing diibaratkan bisnis. Ketika memulai bisnis baru, taktik dan strategi bisnis adalah nomor sekian. Diperlukan lebih dari sekedar ilmu bisnis. Butuh pancing bisnis yang baik, umpan bisnis yang sexy dan "sense of bisnis" yang spekulatif. Maka jadilah ia pancing yang bisa jadi akan menangkap banyak ikan untuk mengisi pundi bisnis menjadi gurita korporasi yang tangguh. Ketika pancing, umpan, sense dan seabrek syarat yang kadangkala bukanlah prioritas, yang diperlukan selanjutnya adalah "lucky".
Lucky atau keberuntungan, tidaklah selalu menghinggapi para pemancing pemula. Namun juga tidak mesti pemancing senior selalu dihinggapi keberuntungan. Rezeki sebenarnya ada di sepanjang jalan, tinggal kita cari dan temukan. Hal ini berarti rezeki harus dicari, tidak datang sendiri dari langit. Apalagi hanya dengan modal harapan, do'a dan cita-cita...
Butuh kerja keras, ide cerdas dan hati yang ikhlas untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat (benefit) dan bernilai ekonomi (marjin). Pancing tinggallah pancing... Tidak akan mendapatkan ikan, jika tidak dilempar ke air wilayah tangkapan. Umpan tinggallah umpan... Tidak akan ditangkap ikan, jika tidak dikaitkan di pancing yang kuat, tajam dan "bertuah".
Artinya, tetap harus ada pemancing yang memahami manajerial memancing. Dan mestinya ada juga sederetan motivasi, perencanaan, pengorganisasian, action dan evaluasi... Jika sudah lengkap, maka tinggal "go fishing...!"
Salam PALM
Read More..
Minggu, 19 Juli 2009
MERAH, PUTIH & BUIH
PUTIH diyakini warna perlambang kesucian dan kepoloson, karena putih adalah warna dasar dari sebelum ada warna lain. Padahal selain putih, warna lawannya adalah hitam yang juga warna dasar akronim putih. Bahkan perdebatan hitam dan putih tidak pernah tuntas, sampai mulut kita berbuih.
BUIH diyakini adalah percampuran beberapa unsur cair, padat dan gas, yang teraduk-aduk menghasilkan bola-bola mikro. Padahal antara merah, putih dan buih tidaklah ada hubungan yang signifikan. Tetapi ketiganya dapat bersinergis menciptakan sebuah harmonisasi nan indah...
MERAH, PUTIH dan BUIH sejatinya adalah bendera negeri tercinta bernama Indonesia yang berkibar di buritan kapal, laksana melambai-lambai kepada buih-buih yang tercipta dari kipasan baling-baling kapal. Tidak ada yang protes, kenapa sang merah putih ada di belakang kapal, bukannya di depan atau di atas menara kapal. Sang nakhoda pun berkilah, sudah biasa dan dari dulu juga seperti itu, tidak usah protes atau diperdebatkan...
Merah mukaku mendengar penjelasan sang nakhoda kapal yang mengantarkan aku ke salah satu pulau dari ribuan pulau di nusantara. Tapi bung, yang terpenting adalah ketika sang merah putih terus berkibar di hati kita, itu yang menunjukkan nasionalisme dan patriotisme kita tetap ada, tambah sang nakhoda. Tidak perlu angkat senjata membela kedaulatan bangsa dan negara, karena itu tugas utama tentara. Dan tidak perlu juga angkat bicara, seolah-olah pahlawan yang membela nasib rakyat yang terus saja hidup menderita, bahkan ketika sudah merdeka...
Putih hatiku mendengar opini sang nakhoda kapal, yang jika dipikir ada benarnya. Tapi yang paling menyentuh nuraniku adalah ketika sang nakhoda melanjutkan obrolan kami kala senja temaram, sesaat kapal memasuki muara sungai. Bahwa kita ini adalah buih dari luasnya samudera kehidupan. Jadikan buih itu indah, atau tidak berarti sama sekali, ujar sang nakhoda kapal. Lihat saja, sebentar saja buih-buih akan bercampur dengan air samudera. Apa jadinya ketika samudera tidak berbuih, maka itu artinya tidak ada unsur oksigen dan berarti kematian bagi semua makhluk hidup. Maknanya adalah, sekecil dan setidakberartinya buih bagi luasnya samudera, tetap dia ada untuk mengisi nilai kehidupan...
Merah putih tidak akan berarti apa-apa tanpa kita, buih-buih kehidupan yang memaknai sang saka, sebagai simbol keberanian berbuat dari kesucian hati... Aku tersenyum, aku menangis, aku memaki, dalam hati... Tak tahu lagi akan bereaksi apa terhadap obrolan senja di buritan kapal bersama sang nakhoda.
Maka yang dapat aku perbuat, meski malu-malu dan lagi-lagi dalam hati, adalah hormat kepada sang merah putih, hormat kepada semua buih-buih yang telah memaknai hidup, dan hormat kepada sang nakhoda paruh baya yang menghabiskan waktu bersama aku, merah putih dan buih-buih di buritan kapal...
Salam PALM
Read More..
Sabtu, 18 Juli 2009
PALM KIDS
Jumat, 17 Juli 2009
BOM BARU
Bom Baru yang dimaksud adalah "pelabuhan" di Kota Palembang. Bom Baru merupakan pelabuhan tua, tempat bersandar dan keluar masuk kapal besar dan kecil yang datang dan pergi dari Palembang. Tempatnya di pinggiran muara Sungai Musi, sungai terbesar di Indonesia. Pelabuhan ini sudah ada sejak zaman Kerajaan Sriwijaya.
Namun karena pendangkalan sungai, Pelabuhan Bom Baru tidak lagi disinggahi kapal-kapal besar. Hanya kapal ukuran sedang dan kecil saja yang masih singgah di Bom Baru, itupun dalam jumlah yang tidak banyak lagi, mengingat kapasitas pelapuhan juga tidak dapat menampung lebih dari 5 buah kapal. Disamping itu, fasilitas yang layaknya dimiliki sebuah pelabuhan, belum lengkap dan fasilitas yang ada juga terkesan kurang terawat. Ditambah sebentar lagi akan segera dioperasikan pelabuhan yang lebih besar lagi, yaitu Pelabuhan Tanjung Siapi-Api, yang merupakan pelabuhan samudera, praktis aktivitas Bom Baru sepi...
Padahal, denyut nadi perekonomian Sumatera Selatan khususnya, pada zaman dahulu sangat tergantung pada Pelabuhan Bom Baru. Zaman sekarang pun, masih banyak masyarakat yang memanfaatkan Bom Baru sebagai akses masuk untuk membawa hasil bumi dari berbagai daerah di Sumatera Selatan untuk dipasarkan ke Kota Palembang, serta mengeluarkan produk ekonomi lainnya dari Palembang untuk didistribusikan ke daerah-daerah, terutama yang memiliki sungai yang berhubungan dengan Sungai Musi di wilayah Provinsi Sumatera Selatan.
Bom Baru, memang bukan pelabuhan baru. Bom Baru juga bukan rekayasa rakitan teknologi baru. Bom Baru hanyalah pelabuhan tua, dimana kakek-nenek orang Sumatera Selatan sangat mengenalnya, manakala mereka datang dan pergi ke Kota Palembang... Hanya sekedar datang membawa kelapa, rempah, dan hasil bumi lainnya, untuk kemudian ditukar dengan minyak, garam, ikan asin dan peralatan rumah tangga...
Bom Baru, satu dari sekian banyak pelabuhan tua yang telah sepi, namun tetap memberikan kenangan tersendiri di hati manusia yang pernah menyinggahinya. Walau hanya satu atau dua hari, meski hanya datang dan pergi sendiri...
Salam PALM Read More..
Kamis, 16 Juli 2009
PALM POWER
PALM adalah bahasa populer untuk semua jenis tanaman palmae. Ada ribuan species palmae di dunia, dan sebagian besar species palmae terdapat di benua Asia, khususnya sebuah negara megadiversity seperti Indonesia.
Beberapa species palmae telah menjadi sahabat manusia sejak lama dan menjadi sumber kebutuhan hidup, komoditas bernilai eknomi, bahkan memiliki kekuatan ekologis sebagai penyeimbang iklim mikro maupun makro. Dengan sifat pertumbuhannya yang pioner, species palmae mampu beradaptasi pada iklim yang ekstrim, dengan suhu rendah ataupun tinggi, di dataran rendah tepi laut, maupun dataran tinggi pegunungan. Sehingga, species palmae akrab dan menjadi bagian dari kehidupan makhluk bernama manusia, di pantai, rimba belantara, sampai pegunungan.
Sebut saja kelapa (cocos nucifera). Kelapa selain menjadi penghias pantai nan indah, juga tumbuh di pelosok negeri sebagai tanaman "bertuah". Menjadi bagian tak terpisahkan dari bumbu dapur, pelengkap ritual adat, bahkan perlambang atau ikon bagi beberapa organisasi. Karena sifatnya yang familiar, kelapa menjadi sangat populer. Semua bagian tanaman kelapa dapat memberikan nilai manfaat (benefid). Dari mulai ujung tanaman, daun, lidi, pelepah, sampai bagian batang, buah tentu saja, dan tunggul akarnya yang eksotis.
Belum lagi varietas kelapa yang telah memberikan kontribusi cukup berarti bagi perekonomian negara, seperti kelapa sawit (elaeis guenensis). Booming produk kelapa sawit dan variannya, telah memacu pembukaan lahan perkebunan sawit secara besar-besaran di semua negara khatulistiwa, demikian juga Indonesia. Bahkan karena marjin pasar yang cukup menggiurkan, ekspansi perkebunan sawit menjadi opportunity pemilik modal.
Hal tersebut kemudian, justru kemudian mendatangkan dampak ekologis dan sosial ekonomi bagi masyarakat marjinal pada tataran grassroot. Persoalan lahan yang selalu ada, belum lagi hak-hak adat yang terkangkangi, sampai masalah tenaga kerja dan sharing keuntungan bagi kesejahteraan sosial masyarakat yang belum terselesaikan secara adil dan partisipatif, menjadi warna tersendiri dari "palm power", kekuatan tanaman palm.
Varietas tanaman palmae yang lain, meskipun belum begitu menjanjikan pangsa pasarnya, namun telah juga menjadi alternatif komoditi bisnis, misalnya menjadi tanaman hias eksotis. Varietas palmae lainnya, juga menjadi tanaman penghasil buah segar khas Nusantara, seperti salak (salacca edulis). Bentuk, tekstur dan citarasa buahnya yang khas, menjadikan buah salak sebagai pilihan hidangan penutup (dessert), kudapan santai, sampai pencegah sakit perut (mules dan mencret). Sebagai buah tangan (oleh-oleh) dari bepergian, buah salak pun jadi pilihan.
Banyak lagi kekuatan dari family Palmae... Ini adalah segelintir ulasan santai tentang PALM, sebagai pembuka ulasan lebih lanjut...
Salam PALM
Read More..